KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Minggu, 10 April 2011

Titik Balik Angkara



     Bukit cadas gempal meremang dalam kebisuan, satu tahun telah lewat namun sosok ramping berbaju jingga ini selalu datang ketempat yg sama untuk satu tujuan yg entah sampai kapan terwujud, sementara itu dari atas lamping bukit sosok renta berjubah hitam memandangnya dg hati masgul.
"niluh seroja, kasihan anak ini..rd. Puronegoro apa sebenarnya yang terjadi, aku yakin jurus tapak cecak telah dikuasai, delta sungai kapetakan sudah ditinggalkannya..".


Siapakah mereka?


Pada awal kisah Bhumi deres mili diceritakan karena jasa niluh seroja rd. Puronegoro anak tumenggung seda krapyak lolos dari jebakan maut yang direncanakan wuluh balang salah satu warok hutan alas sinang perbukitan loyang yang merupakan ayah dari niluh seroja sendiri, dengan jasa niluh seroja pula resi maruta mandra guru dari wuluh  balang menurunkan kedigjayaan jurus tapak cecak  pada rd. Puronegoro yang seharusnya sang resi sakti ini membunuh rd.puronegoro sesuai surat yang dibuat wuluh balang yang isinya diganti oleh niluh seroja. (utk lebih lengkapnya, silahkan pembaca lihat eps.1: pangeran puronegoro, pen).
Mentari sudah tepat diubun-ubun ketika sosok ramping baju jingga niluh seroja balikan badan tak dinyana satu suara yang sangat dirindukan menegurnya.
"kakang puronegoro, benarkah ini kau.."
orang tua separuh baya tampak tercekat.
" nduk, apa matamu telah buta hingga tak mengenali bopomu lagi.."
niluh seroja tersentak dari lamunannya, rupanya rasa kangen  tak terhingga pada rd.puronegoro membuat gadis ini larut dalam hayalan.
"bopo.."
"benar aku bopomu nduk, apa yg terjadi dg dirimu..dimana resi maruta mandra.."
belum kering ucapan balang wuluh sesosok tubuh berjubah hitam telah berdiri diantara keduanya.
"aku disini  wuluh.."
mengetahui siapa yg datang balang wuluh rangkapkan kedua telapak tangan didada
"guru terimalah salam bakti muridmu.."
resi maruta mandra cuma tersenyum simpul.
"kau datang untuk menyambangiku atau mau menemui anak dan menantumu.."
maruta mandra kerutkan keningnya
"menantu.., maksud guru apa.."
"bukankah pemuda yang bernama puronegoro itu suami dari niluh seroja anakmu, setahun yang lalu kau mengirim surat dan meminta padaku agar pemuda itu diberi kedigjayaan dahsyat.."

wuluh balang tercekat dipandangnya niluh seroja dg tajam.
"ternyata apa yg dikatakan rd.menjangan wulung benar adanya.." membatin balang wuluh dlm hati.
"nduk, jadi semua ini ulahmu.." ujar wuluh balang pelan
"bopo saya..saya.."
niluh seroja tidak bisa meneruskan kata-katanya isak tangisnya mulai terdengar.
"sebenarnya apa yang terjadi dg kalian.."
sang resi sakti ini tampak kebingungan, dengan singkat wuluh balang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mendengar semua itu resi maruta mandra cuma bisa diam sesekali hembusan napasnya terdengar berat.
"semuanya sudah jadi kehendak sang hyang widhi wasya..cinta kasih mengalahkan segalanya, aku tidak menyesal telah menurunkan sebagian kedigjayaan pada anak itu, wuluh  balang aku tidak melarang atau mendukungmu untuk melakukan hal yg kau yakini..".
"baik guru, saya akan kembali kehutan alas sinang perbukitan loyang barisan pinangeran kacerbonan sudah mulai bergerak, dan untukmu nduk..lakukanlah sesuai dengan keyakinanmu.."
sekali jejakan kaki ketanah tubuh wuluh balang tampak melesat  sebat lalu hilang diantara rimbunnya belukar bukit cadas gempal. 


------¤------



      sementara itu, prajurit pinangeran kacerbonan dibawah komando senopati muda andawiyah wira panjunan dan kepala pasukan panglima muntar brojo luwuk yang telah terbebas dari jerat kubah tabir oyod ming-mang atas bantuan rd. Arya wiralodra.(baca eps: Bhagaskara kelam girh Jhati) Kembali meneruskan perjalanannya menyisir kedalaman hutan alas sinang perbukitan loyang.
"kakang senopati, kita harus mengatur strategi jitu agar laskar kesangyangan bisa kita tumpas, bagaimana kalau kita serang selagi mereka lengah..)
senopati andawiyah pandang bawahannya sesaat.
"tidak adik muntar, itu cara licik etika dalam peperangan tetap kita jungjung tinggi.."
"apa perlu etika perang itu diberlakukan bagi orang murtad macam mereka.."
"adik muntar dengar, kanjeng nabi muhamad pun tetap melakukan etika perang ketika menghadapi pasukan dari suku kuraisy..masa kita sebagai umatnya tidak dapat mengikuti jejak langkahnya.."
"baiklah kakang senopati, lalu kita kirim siapa untuk menemui kepala pasukan kesangyangan.."
"kirim telik sandi elang tandang drajat dan elang tandang kumala ke markas laskar kesangyangan.."
tak menunggu lama dua ekor kuda berwarna hitam melesat dengan cepat masuk kedalam hutan alas sinang perbukitan loyang.

                                                     oo0oo



     Semakin kedalam suasana hutan alas sinang perbukitan loyang tambah redup, angin seakan berhenti berhembus kicauan burung dan suara binatang hutan seakan sirap, pohon-pohon besar berusia ratusan tahun menjulang bak menembus angkasa.
Dua ekor kuda warna hitam berbendera putih terlihat berhenti mana kala dihadapannya berdiri sepuluh orang tegap dan kekar berikat kepala ungu kehitaman (wulung, jawa.pen). Salah seorang dari kesepuluh orang itu memberi isyarat agar dua orang berkuda turun dari kudanya, dengan sekali lentingkan tubuh kedua pemuda itu sudah berdiri tiga langkah dihadapan orang-orang berikat kepala wulung.
"siapa kalian, dan ada urusan apa datang kemari.."
salah seorang penunggang kuda tampak maju kedepan
"kami duta dari prajurit pinangeran kacerbonan, pertemukan kami dengan pemimpinmu.."
orang berikat kain wulung ini pandang kedua telik sandi tandang drajat dan tandang kumala dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"ada keperluan apa.."
"kami hanya mau bicara dengan pemimpin kalian.."
"pemimpin kami sedang sibuk, lekas katakan saja keperluan kalian.."
"maap kisanak, sekali lagi kami hanya akan bicara dengan pemimpin kalian.."
salah seorang dari kesepuluh orang berikat kain wulung tampak gusar dengan bersungut balikan badannya tapi denan cepat lancarkan jurus totokan maut kearah pangkal leher prajurit telik sandi tandang derajat, prajurit telik sandi yang sejak sedari tadi waspada lantas putar tubuhnya dengan cepat sambil lancarkan tendangan melingkar kearah kepala.
"bruaak.."
orang berikat kain wulung melintir ambruk ketanah lantas degan  lantang menyuruh anak buahnya untuk menyerang.
"habisi mereka.."
tanpa dikomando dua kali kesembilan orang berperawakan tegap lesatkan tubuh masing-masing sambil arahkan golok berkilat kearah dua orang telik sandi kacirebonan, dalam sekejap hutan yang semula sunyi berubah jadi ajang pertempuran  seru,  pertempuran yang tidak seimbang,  beberapa jurus telah berlalu ketika sebuah suara bak guntur menghentikan pertempuran, seorang dengan cambang bawuksambil timang golok berbentuk gergaji telah berdiri ditengah pertempuran.
"siapa yang bertanggung jawab ditempat ini.." ujar lelaki ini garang
"saya..saya warok brambang.."
orang tinggi besar bercambang bawuk dengan golok seperti gergaji pandang orang berikat kepala wulung yang tergeletak direrumputan.
"sura banda, lancang sekali kau mendahului perintah dua warok.."
"maapkan saya warok berambang..saya..saya.."
warok berambang jambak rambut sura banda hingga orang ini meringis kesakitan. 
"berdiri.." 
masih menahan rasa sakit sura banda tampak berdiri bertopang sebuah pokok pohon yang mati
"kau tahu sangsi bagi yang melanggar aturan.."
"saya..saya..tahu warok, tapi.."
"cabut golok mu, aku masih memberimu kesempatan untuk membela diri.."
dalam ketakutan yg amat sangat kadang seseorang akan berbuat nekad untuk mempertahankan dirinya, maka didahului bentakan tubuh sura banda tampak melesat bak kilat kearah warok berambang yang adalah pemimpinnya, sejengkal lagi golok sura banda akan menembus tenggorokan warok berambang tak disangkanya tubuh warok tiba-tiba sudah berada disamping kirinya. sura banda langsung sabetkan golok kearah samping kiri, tapi kini tubuh warok berambang telah berada di belakangnya, begitu seterusnya hingga satu tendangan melambungkan tubuh sura banda keudara dan langsung disongsong warok berambang yang melesat keatas, diudara warok berambang tampak menghujamkan goloknya ke dada sura banda dan jejakan kaki ketubuh sura banda yang meluncur deras ketanahorang itu tergletak tak bernyawa.
"itulah hukuman bagi kalian yang membangkang.."
kedua telik sandi pasukan pingeran ini sama-samatahan napas.
"maapkan kisanak atas kelancangan anak buahku, aku warok berambang pemimpin mereka, siapa kalian dan ada keperluan apa.."
"kami duta dari pasukan pinangeran."
"baiklah, aku tahu tujuan kalian..sampaikan pada pimpinanmu kami laskar kesangyangan akan menggunakan strategi gelar wakul buaya mangap dalam pertempuran itu.." ujar warok brambang
"sebaliknya dari pihak prajurit pinangeran akan menggunakan tak-tik supit urang.." tandang kumala menerangkan.

Setelah bertukar strategi dalam pertempuran yang akan berlangsung kedua telik sandi pinangeran ini naiki kuda masing-masing dan kembali ke induk pasukan pinangeran yang berkemah dipinggir hutan alas sinang perbukitan loyang.
                                      oo0oo
     Lembah sekar kamulyan meremang dalam kesunyian dini hari, lembah ini beberapa tahun belakangan merupakan bekas sebuah padukuhan yg ditinggalkan penghuninya karena satu petaka dimana kala itu beberapa pemuda-pemuda yang baru menginjak dewasa hilang tanpa jejak ( silahkan pembaca lihat eps: pangeran puronegoro. Pen) dibekas padukuhan inilah prajurit pinangeran dibawah komando senopati muda andawiyah wira panjunan dan kepala pasukan panglima muntar brojo luwuk mendirikan tenda sebagai basis pertahanan dlm menghadapi laskar kesangyangan hutan alas sinang perbukitan loyang.
Sementara itu jauh ditengah hutan alas sinang perbukitan loyang, puluhan bahkan mungkin ratu san orang dg mengenakan baju zirah warna ungu kehitaman atau wulung terlihat bergerak perlahan menuju arah utara, kalau kita perhatikan dengan seksama beberapa orang diantaranya masih berusia belasan tahun  ber wajah pucat pandangan kosong seperti mayat hidup layaknya, merekalah para pemuda-pemuda tanggung yang diculik lalu dicuci otaknya serta dijadikan senjata biologis tanpa rasa belas kasihan untuk menghadapi pasukan pinangeran kacerbonan.            
                                                     oo0oo



      fajar sidik semburat diufuk timur, embun masih menggantung dipucuk daun dari lamping sebuah bukit pasukan pinangeran kacerbonan terlihat berbaris siaga, panji-panji kacerbonan bergambar macan ali berkibar ditiup angin dipagi hari, dibarisan depan tampak senopati muda andawiyah wira panjunan dan panglima muntar brojo luwuk masing-masing menunggang kuda warna hitam berbelang putih, beberapa lama tampak dua ekor kuda merapat kearah barisan prajurit pinangeran.
"bagaimana telik sandi tandang drajat dan tandang kumala, apa tugas kalian telah dilaksanakan.."
"sendika senopati, dan menurut perhitungan saya sekarang ini laskar kesangyangan tengah bergerak kemari.." ujar prajurit telik sandi tandang kumala.
"kira-kira berapa lama lagi laskar kesangyangan sampai dilembah sekar kamulyan ini.."
"disaat mentari sepenggalah, senopati.." telik sandi tandang drajat menambahkan.
"baiklah semua siaga di pos masing-masing, gelas strategi supit urang sesuai dengan komando ku.."
"sendika senopati.."

      Angin berhembus semakin kencang panji-panji macan ali berkibar meliuk diangkasa, mentari perlahan semburatkan sinarnya kesegala arah, tepat disaat sang bagaskara mencapai sepenggalah dari arah selatan terdengar gemuruh kaki-kaki kuda yang tengah dipacu dan berhenti dua puluh depa didepan prajurit pinangeran yg tampak tengah siaga, beberapa saat lamanya kedua pasukan yang kini tengah berhadap-hadapan diam membisu bak patung seakan tengah mengukur kekuatan lawan masing-masing, tak lama dari masing-masing induk pasukan dua ekor kuda dipacu maju ke tengah arena pertempuran, tiga langkah keempatnya tampak hentikan kuda masing-masing.
"hem..kakang senopati andawiyah wira panjunan apa kabar.."
senopati muda ini cuma tersenyum simpul.
"adik warok dusta, kabarku baik..sayang kita dipertemukan dalam situasi seperti ini, tapi masih ada kesempatan buatmu untuk bertobat, kembali ke jalan NYA.."
"maap kakang senopati, jalankan saja apa yg menjadi kewajibanmu dan akupun melaksanakan apa yg menjadi tanggung jawabku.."
"adik dusta dan berambang, kita ini saudara seperguruan.."
"dulu kakang senopati, tapi semenjak peristiwa golek sarpa, kami mengambil jalan ini.."
"baiklah kalau kalian bersikeras, semoga gusti Allah memberi hidayahnya.."

tak menunggu lama keempatnya pacu kuda masing-masing kembali ke induk pasukan.
Mentari mulai terik membakar bumi, hembusan angin semakin kencang. Didahului tiupan terompet dari bambu dan kerang kedua pasukn yg berlawanan arah tampak bergerak perlahan ketengah arena.
     Tepat ketika matahari memancarkan sinarnya yg terik kedua pasukan yang sama-sama bergerak ketengah gelanggang tampak saling serang, pertempuran antara prajurit kacerbonan dan laskar kesangyangan berkecamuk dengan hebat, jerit kesakitan siuran pedang dan desingan anak panah tumpah ruah jadi satu. Satu persatu tubuh-tubuh baik dari prajurit pinangeran kacerbonan maupun laskar kesangyangan roboh bersimbah darah, dengan kuda tunggangannya panglima muntar brojo luwuk terus merangsek ke garis depan setiap kali pedang yg digenggamnya dikibaskan lima orang prajurit kesangyangan tampak terkapar bermandi darah tanpa sempat berteriak, dipihak lain warok berambang dengan menunggang kuda warna coklat putar-putargolok bergeriginya sangat cepat setiap hentakan tali kekang kudanya beberapa prajurit kacerbonan tampak terjengkang dengan dada atau kepala remuk kena tendangan kaki belakang kuda atau sambaran golok bergerigi warok berambang.
"formasi supit urang..!!"
senopati andawiyah wira panjunan memberi aba-aba dari garis belakang.
"formasi supit urang..!!"
panglima muntar brojo luwuk meneruskan aba-aba yang diteriakan oleh senopati andawiyah wira panjunan pada prajurit kacerbonan.
Serentak prajurit kacerbonan garis depan buka barisan tengah seakan mundur membiarkan laskar kesangyangan merangsak kedepan begitu sampai di tengah dg tiba-tiba dari arah kanan dan kiri melesat dengan cepat dan bersamaan beberapa prajurit pinangeran menggempur laskar kesangyangan, puluhan laskar kesangyangan bergelimpangan bersimbah darah, melihat hal itu warok dusta terlihat meberikan aba-aba.
Secara mengejutkan laskar kesangyangan yang semula tampak terperangkap strategi supit urang, bisa meloloskan diri dengan melentingkan tubuh secara bersamaan keudara lalu dengan cepat menyerang dari berbagai penjuru mengepung prajurit pinangeran dan menggempur bak air bah susul menyusul,
puluhan prajurit yang tidak sempat menghindar dari strategi wakul buaya mangap laskar kesangyangan terlihat berkaparan ketanah bersimbah darah.
bagaskara tepat di ubun-unun, namun pertempuran semakin sengit, belum ada tanda-tanda dari pihak manapun yg bakal memenangkan pertempuran kedua belah pihak sama-sama tangguh.
"kakang senopati ada yang aneh dengan laskar kesangyangan.."
"maksud adik muntar.."
"mereka seakan tidak merasakan sakit, setiap kena hujaman pedang, tombak atau panah. mereka tewas tanpa berteriak kesakitan sedikit pun.."
"memang ada yg janggal adik muntar, untuk sementara pertahankan strategi supit urang, aku akan mencari tahu.."
"sendika kakang senopati.."
dg sigap kembali panglima muntar brojo luwuk lesatkan kudanya kearena pertempuran, sedangkan senopati andawiyah wira panjunan tampak menggebrak kudanya berusaha mendekati warok dusta yg dg beringas membantai prajurit pinangeran tanpa ampun.
"warok dusta aku lawanmu.."
"ha.ha. Akhirnya sang senopati turun gelanggang.."
"warok dusta, apa yg telah kau lakukan terhadap laskar-laskar mu.."
"ah..senopati, dengan benda ini aku mengendalikan mereka.."
warok dusta tampak bolang-baling sebuah benda dihadapan senopati muda muntar wira panjunan yg tampak tercekat.
"pendulum pencuci otak, jadi selama ini.."
"betul sekali senopati, kamilah yg beberapa tahun belakangan menculik para pemuda tanggung dari berbagai padukuhan dan menjadikan mereka senjata mematikan tanpa kenal belas kasihan.."
senopati andawiyah wira panjunan cuma geleng kan kepalanya.
"kalian benar-benar keterlaluan.."
"kenapa senopati.. Apa kau takut.."
"dengar warok dusta, hanya gusti Allah yg aku takuti.."
"bagus  senopati..sekarang berdoalah pada gusti Allahmu, karena sebentar lagi ajalmu akan tiba.."
didahului teriakan nyaring warok dusta dengan tombak ditangan gebrak kudanya kearah senopati andawiyah yang juga  bersenjatakan tombak tampak pacu kuda hitam belang putih kearah warok dusta.
"traaaang..!!, traaang."
dalam sekejap kedua pemimpin pasukan ini terlibat duel tombak diatas kudanya masing-masing dengan seru.
pertempuran terus berkecamuk, dan baru berhenti manakala sang bagaskara mulai condong kearah barat, masing-masing dari kedua belah pihak pasukan kembali ke basis pertahanannya, sementara dimana-mana mayat-mayat tampak bergelimpangan, bau amis dan anyir darah tercium sampai radius kiloan meter, diudara burung gagak dan pemakan bangkai berputar-putar mencari mangsa, malampun menjelang lembah sekar kamulyan dilingkupi kesunyian yang menggidikan.

     Sejenak kita tinggalkan lembah sekar kamulyan...
Pada episode "Bagaskara Kelam Giri Jhati" dikisahkan setelah rd.menjangan wulung junjungan para warok alas hutan sinang perbukitan loyang terpental oleh anak panah yang dilesatkan sinuhun cerbon, hingga kubah masjid agung sang cipta rasa kacerbonan juga ikut melesat entah kemana, saat itulah melalui permohonan dari kanjeng sunan kali jaga, sultan cerbon sunan jati purba mengutus murid kinasihnya kakak beradik rd. Puronegoro dan rd. Purwonegoro untuk mencari pokok pohon jati tunggal untuk dijadikan soko guru atau tiang penyangga dari masjid agung sang cipta rasa kacerbonan, yg menurut petunjuk gaib berada disebuah hutan sebelah selatan padukuhan cimanuk.
(untuk lebih jelas, silahkan baca eps: Bagaskara Kelam Giri jhati).
Senja temaram melingkupi telaga luas berair hijau ketika dari arah tenggara dua orang penunggang kuda hentikan tunggangannya ditepian telaga, dua pemuda gagah duta kedaton pakungwati yang tidak lain dari kakak beradik rd. Puronegoro dan rd. Purwonegoro tampak membasuh wajahnya ditelaga yang sejuk dan asri tsb. belum sempat kedua pemuda ini meluruskan badan dari rasa lelah yg mendera dari tengah telaga terdengar gemuruh angin yg kencang, permukaan telaga yg tenang tampak bergolak pusaran air tampak bergejolak sesaat kemudian dari dalam telaga melesat satu sosok tinggi besar menyeramkan dan jejakan kakinya deng ringan tiga langkah dihadapan kedua pemuda yang dengan sigap lesatkan tubuhnya ke belakang lalu pasang kuda-uda penuh kewaspadaan.
"anak manusia tidak tahu adat, tanpa izin menjamah daerah kekuasaan ku.."
mahluk raksaksa yg hanya mengenakan cawat hitam itu terlihat hembuskan nafasnya yg berat, rd. Puronegoro rangkapkan kedua tangan didepan dada.
"maapkan kami, bila telah mengganggu ketenangan daerah kekuasaanmu.."
mahluk menyeramkan ini unjukan seringai dengan caling yang tampak berkilat.
"sifat manusia, merusak baru minta maap.."
"kami tidak merusak apa-apa."
"kau meminum dan membasuh muka kalian tanpa izin ku, aku anggap itu satu pelanggaran.."
"sekalilagi kami minta maap.."
"sayang sekali sudah terlambat, aku jantra bolang..penguasa telaga bolang ini meminta masing-masing satu dari dua mata kalian.."
tersentak kedua pemuda ini dibuatnya.
"jantra bolang, permintaanmu itu terlalu mengada-ada.."
"terserah apa kata kalian, menolak maut jawabannya, tinggal pilih salah satu mata kalian atau mati.."
"jantra bolang, baik kau jual aku beli.."
"bagus terima ajal kalian.."
didahului suaranya yg menggembor hebat sosok tinggi besar penguasa telaga bolang ini kembangkan tangannya yg berkuku panjang hitam kedepan, dlm sekejap berkiblat sinar hitam menderu kearah kedua kesatria putra tumenggung seda krapyak tsb.
     Kedua kakak beradik putra tumenggung seda krapyak ini dg replek lentingkan tubuh keatas bersalto beberapa kali diudara dan ketika injakan kaki kembali ketanah ditangan masing-masing sudah tergenggam sebilah pedang tipis nan lentur. Sementara dibelakang mereka sebuah pohon randu pugur ranggas menghitam lalu luruh menjadi debu terkena larikan sinar maut jantra bolang.
"hebat juga kalian anak manusia, tapi apakah ini kali gadaku bisa juga kalian tahan.."
entah darimana datangnya sebuah penggada terbuat dari lempengan baja hitam tampak tergenggam ditangan kanan sosok tinggi besar jantra bolang yg kembali dg ganas menyerang kedua murid sunan jati purba ini.
"trang..trang..trang.!"
suara dentingan beradunya senjata terdengar memekakan telinga, jantra bolang terus merangsek kedua lawannya diputar2nya penggada baja hitam dg cepat sedang dari tangan kirinya yg berkuku panjang melesat lima larik sinar hitam kesegala arah.
"adik purwo kerahkan tenaga pelindung.."
rd. Puronegoro berteriak keras ketika dua dari lima sinar maut mengarah tepat ke dada dan kepala adiknya.
"deeesss..!!"
tubuh rd.purwo tampak terlempar kebelakang lalu ambruk ketanah muntahkan darah segar.
"jantra bolang kau telah mencelakai adiku, aku mengadu jiwa dg mu.."
jantra bolang sunggingkan seringai mengejek.
"anak manusia, aku terima tantanganmu."
tubuh rd. Puronegoro tampak bergetar sinar tipis kekuningan terlihat membungkus tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung jari kaki, dg sekali hentakan tubuhnya melesat dg sebat kearah jantra bolang.
duel kembali berlangsung dengan seru dentingan pedang beradu dengan penggada baja hitam semakin memekakan telinga, bunga api berpijar terang menyilaukan pandangan mata, seratus jurus telah berlalu tapi keduanya sama-sama tangguh. Semak belukar, bebatuan berterbangan akibat pengaruh tenaga dalam dari keduanya.
"serang tepat diubun-ubunnya dengan jurus tapak cecak.."
mengiang suara seperti nyamuk ditelinga kanan rd.puronegoro, tanpa berpikir panjang murid kacerbonan ini
lentingkan tubuhnya tiga tombak keatas, pedang tipis dipindahkan ketangan kiri lalu tukikan tubuhnya kebawah dg mengembangkan telapak tangan kanannya kearah ubun-ubunjantra bolang yang saat itu tengah memutar-mutar penggada baja hitam dg cepat.
"DHUAAARRR..!!"
dentuman keras terdengar membahana manakala telapak tangan kanan rd. Puronegoro tepat mengenai ubun-ubun jantra bolang, tubuh hitam tinggi besar jantra bolang meledak menjadi serpihan-serpihan bubuk berwarna hitam dan tampak melesat masuk kedalam telaga, air telaga tampak bergolak pusaran air terlihat berputar dengan cepat lalu sedetik kemudian suasana telaga bolang kembali tenang.
" apa dia sudah musnah.."
 membatin rd. Puronegoro yg dg sebat menghampiri tubuh adiknya yang tergeletak ditanah.
"dia cuma pingsan tapi terluka dalam cukup parah.."
kembali suara seperti nyamuk mengiang ditelinganya, rd. Puronegoro sapu sesantro telaga dg pandangannya tapi orang yg mengirim suara jarak jauh seperti sirap ditelan bumi.
"orang itu tahu, kalau aku menguasai jurus tapak cecak..apakah dia guruku resi maruta mandra atau.."
belum selesai rd.puronegoro membatin sebuah sentuhan lembut memegang bahu kanannya.
"niluh seroja.."
sosok dara berbaju jingga ini tampak tersenyum.
"kakang puronegoro, siapa orang yang kau dukung itu.."
"dia adiku..niluh seroja aku.."
"saya tahu apa yg akan kakang katakan, adikmu terluka dalam cukup parah, hanya kakek guru resi maruta mandra yg mampu menangkal pukulan lima jari pasir jantra bolang.."
"jadi kita ke cadas gempal.."
"betul kakang puro.."
"tapi.."
"sudahlah kakang, kakek guru sudah tahu dan tidak mempermasalahkan semua itu, yang penting adikmu bisa tertolong.."
"baiklah niluh seroja, sekarang juga kita ke bukit cadas gempal.."
dengan segera keduanya melesat kearah timur laut, dalam perjalanan rd. Puronegoro sambil mendukung adiknya cuma bisa diam, dadanya berkecamuk dia tidak habis pikir kenapa disaat seperti ini niluh seroja yg setahun yg lalu ditinggalkannya tanpa pamit setelah dirinya mengusai jurus tapak cecak warisan resi maruta mandra yg juga guru dari wuluh balang salah satu warok hutan alas sinang perbukitan loyang musuh orang-orang kacerbonan yang sekarang ini sedang berperang di lembah sekar kamulyan.
"niluh seroja apakah kau marah padaku."
tiba-tiba rd. Puronegoro ajukan pertanyaan setelah sekian lama membisu, gadis berbaju jingga ini cuma pandang rd. Puronegoro lalu senyum manis merekah dari sudut bibirnya.
"kakang puronegoro, melihat dirimu baik-baik saja itu sudah cukup membuat saya bahagia.."
rd. Puronegoro tertegun mendengar ucapan niluh seroja
"lain yg ditanya, lain pula jawabannya..ah, aku tidak mengerti jalan pikiran gadis ini.." membatin rd. Puronegoro.
Siapakah niluh seroja? Bagi pembaca yg mengikuti alur kisah Bhumi deres mili dari awal episod pasti mengetahui peristiwa heroik niluh seroja terhadap diri rd. Puronegoro.
                                             oo0oo

     Kembali ke palagan lembah sekar kamulyan dimana prajurit pinangeran kacerbonan tengah tanding jurit dengan pasukan laskar kesangyangan.
Hari kedua. Pertempuran semakin sengit korban dari kedua belah pihak bertambah tiap detik, panah-panah tampak melesat diangkasa disusul jerit kesakitan prajurit yg terkapar terluka parah, tubuh-tubuh ambruk meregang nyawa terpenggal pedang tertembus tombak, banjir darah dimana-mana, diangkasa burung-burung hering dan gagak pemakan bangkai terbang rendah berputar-putar mengintai mangsa.
"kakang warok dusta, izinkan aku menjajal kehebatan senopati muda itu.."
"silahkan warok brambang, waspadalah pada jurus tombaknya, kemarin hampir saja dadaku tertembus senjatanya.."
warok brambang pacu kuda coklatnya ketengah gelanggang setiap prajurit pinangeran yg menghadang langkahnya terkapar disambar golok besar bergerigi atau rengkah batok kepala dan dadanya tertendang kuda tunggangannya, mata tajam warok brambang sekilas melihat sosok senopati muda andawiyah wira panjunan yg duduk dikuda hitam belang putih tengah memutar tombaknya setiap kali tombak digerakan lima sampai sepuluh laskar kesangyangan terkapar bermandikan darah, warok brambang pacu kuda tunggangannya ke arah senopati andawiyah wira panjunan.
"senopati..aku menantangmu..duel.."
"warok brambang aku terima tantanganmu."
keduanya lalu pacu kuda masing-masing berlawanan arah, ketika terpaut jarak sepuluh depa secara bersamaan balikkan kuda dan pacu kuda keduanya dg cepat sambil angsurkan senjata masing-masing kedepan.
"trang..trang..trang.."
sedetik kemudian senopati muda andawiyah wira panjunan dan warok brambang sudah terlibat dalam duel maut diatas kuda.
Sementara itu digaris belakang laskar kesangyangan warok dusta tampak duduk dikudanya disebelahnya seseorang yg juga memakai baju zirah berwarna wulung tampak membolang-balik tongkat berpendulum.
"warok wuluh balang, kenapa pangeran menjangan wulung sesepuh para warok belum juga datang, apakah usahanya memporak porandakan kedaton cerbon pakung wati berhasil.."
lelaki separuh baya yg ternyata wuluh balang ayah dari niluh seroja ini tempelkan tongkat berpendulum didadanya sebelum menjawab pertanyaan warok dusta.
"kabar terakhir yg tersirat pangeran menjangan wulung terpental bersama kubah masjid sang cipta rasa kacerbonan entah kemana, tapi sebelumnya sempat mencelakai putra mahkota rd. Saba kingkin.."( baca eps: Bagaskara kelam giri Jhati).
Warok dusta tampak angguk2kan kepalanya.
"lalu apakah gurumu, resi sakti dari bukit cadas gempal akan datang membantu kita.."
"sayang sekali, guruku itu telah menarik diri dari dunia persilatan.."
"aku dengar resi maruta mandra memiliki jurus dahsyat "tapak cecak" apakah kau diwarisi jurus itu.."
wuluh balang tampak menarik nafas panjang.
"kenapa wuluh balang"
"jurus itu telah diwariskan pada seseorang.."
"siapa.."
"rd. Puronegoro yg sekarang jadi murid dari sunan jati purba."
wajah warok dusta tampak tercekat.
"kenapa bisa begitu, wuluh balang."
"anaku niluh seroja, mengubah surat yg aku tulis pd guruku untuk membunuh pemuda itu, malah menggantinya agar diwariskan jurus tapak cecak, dg mengaku sebagai suaminya.."
"cinta memang buta.."
gumam warok dusta.
Sementara itu pertempuran antara prajurit pinangeran kacerbonan dan laskar kesangyangan semakin seru.
                                            oo0oo
Palagan lembah sekar kamulyan.
Tujuh hari telah berlalu, korban-korban dari kedua belah pihak terus berjatuhan.
disaat sang bagaskara tepat dititik pulminasi. langit yg seharusnya terik dan panas mendadak redup, awan gelap menggantung diangkasa tak berapa lama kilat melintas gelegar halilintar membahana enam kali berturut-turut.
"astagfirullah..gelap ngampar tingkat enam..". Gumam senopati andawiyah wira panjunan.
"apa yg terjadi kakang senopati..". Tukas panglima muntar brojo luwuk.
"adik muntar, tarik pasukan kearah barat laut.."
"sendika kakang senopati.."
dengan sigap panglima muda ini bunyikan terompet dari kerang tiga kali berturut-turut. Tanpa dikomando dua kali prajurit pinangeran segera buka formasi supit urang dan secara berkala mundur kearah barat laut dimana terdapat satu dinding batu karang hitam dg celah sempit ditengahnya kesanalah prajurit pinangeran kacerbonan berlindung dari serangan aneh yg tiba-tiba menyerang dengan kasat mata.
"adik muntar, kekuatan gaib pasukan bunian membantu laskar kesangyangan.."
"lalu bagaimana langkah kita selanjutnya, kakang senopati.."
senopati muda ini tampak menarik napas dalam.
"untuk sementara kita bertahan dilamping cadas karang ini, tapi tetap siagakan prajurit pinangeran.."
"sendika kakang senopati.."
belum sempat keduanya menyudahi pembicaraan, diangkasa yg semakin kelam dengan diiringi gelegar halilintar dan gemuruh angin yg berhembus tindih menindih, bayangan-bayang hitam samar kasat mata terlihat melesat dan tanpa ampun menerjang sisa-sisa prajurit pinangeran yang tengah siaga didepan dinding bukit cadas sekar kamulyan, tak ayal lagi tubuh-tubu8h prajurit pinangeran tampak terpental berkaparan menemui ajal tanpa mereka tahu siapa yg melakukannya.
"selamatkan diri kalian, mundur.." teriak panglima muntar brojoluwuk,
tanpa sempat menunggang kuda kedua tokoh penting kedaton pakungwati ini dan semua prajurit pinangeran yang tersisa terlihat cerai berai berlarian tanpa arah dan tujuan, dipikiran masing-masing cuma ada satu tekad menyelamatkan diri.
Sementara itu, dipihak laskar kesangyangan dimana setelah serangan gaib memporak-porandakan prajurit pinangeran, satu sosok tegap dg ikat kepala merah tampak berdiri tiga langkah dihadapan laskar kesangyangan ditangan kanan orang ini terlihat menggenggam sebuah ruas bambu putih berduri dg tutup berwarna hitam.
"pangeran menjangan wulung, sesepuh para warok terimalah hormat kami.."
pemuda tegap dg ikat kain merah yg ternyata rd. Menjangan wulung tampak masukan ruas bambu putih berduri ke balik pakaiannya.

-----¤-----

Hal aneh telah terjadi, seperti yg sudah dikisahkan dlm eps: "Bagaskara kelam giri jhati" bukankan pemuda ganas ini terpental bersama kubah masjid sang cipta rasa kacerbonan dan mengapa pula ruas bambu putih berduri berisi racun mematikan warangan temiang geni yg sudah disegel oleh seorang brahmana dari dataran tibet kini berada ditangan rd. Menjangan wulung ?...
Dunia persilatan tanah jawadwipa tengah terancam, tokoh2 aliran hitam mulai bangkit kembali menggalang persatuan untuk membumi hanguskan kebenaran.

* bagaimana nasib prajurit pinangeran kacerbonan yg tengah diburu laskar kesangyangan dari pasukan bunian?

                                             oo0oo 
baca juga : Bianglala Atap Langit

1 komentar:

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers