KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Sabtu, 23 April 2011

Jerbasuki Mawa Bea

     Hembusan sang bayu dini hari begitu mencucuk persendian, pendopo padukuhan lembah cimanuk tampak lengang, dua orang penjaga pintu gerbang terkantuk didepan perapian yg telah lama padam sembari memeluk tombak dan merapatkan prisai kebadannya, kabut tipis melayang diantara ranting pepohonan angsana.
Sekelebatan bayangan putih meremang diatas dinding benteng, sedetik kemudian melesat dg cepat keatap bangunan dimana rd. Wiralodra, akuwu padukuhan lembah cimanuk berada.
Sementara itu didalam bilik, rd.wiralodra yg tengah terpekur setelah salat shubuh
hentikakan sejenak putaran tasbihnya, laporan aki tinggil mengenai peristiwa tragis kedua puluh lima pangeran dari pulau swarna bumi kemarin, kembali mengusik bhatinnya.
"aku harus menemui tabib wanita itu.."
gumamnya pelan, ketika kedua matanya kembali terpejam, telinganya yg tajam menangkap getaran2 alus diatap wuwungan. Dg cepat akuwu cimanuk ini lapal aji halimunan dan dlm sekejap sosoknya kini telah berada satu langkah dibelakang orang berjubah putih dg rambut dijalin kebelakang.
"sobat, kenapa harus menyelinap, gerbang padukuhan ini terbuka lebar untukmu.."
0rang berjubah putih ini tersentak sesaat, kedua tangannya terkepal erat alur2 bara api terpercik samar, tapi begitu mengetahui siapa yg datang senyum menyeruak dari bibirnya.
"akuwu..maap aku sengaja mengusik ketentramanmu.."
"tidak usah sungkan sobat wong agung, aku senang melihatmu berada ditanah jawadwipa ini.."
"akuwu, ada sesuatu yg perlu kau ketahui.."
"sobat wong agung, baiknya kita mencari tempat yg enak untuk mengobrol, kopi pait kesukaanmu menanti.."
"waktu ku tidak banyak, temui aku tepat tengah hari di tepi pecantilan karang gosong.."
"sobat.."
belum selesai ucapan rd.wiralodra dari bibirnya, wong agung manok wari telah raib dari pandangannya.
"karang gosong, dimana tempat itu, ah..terlalu lama aku meninggalkan padukuhan ini, mungkin aki tinggil tahu tempat itu.."
rd. Wiralodra masih termenung diatas atap wuwungan, akuwu cimanuk ini pandang sejenak arah dimana wong agung lenyap. sekilas pemuda ini merasakan keganjilan atas diri sahabat dari kepulauan kasuwari itu namun entah apa? Akhirnya pemuda tegap ini kembali jejakan kakinya dg ringan ketanah.

                                                -¤-
"karang gosong, tempat itu terletak disebelah tenggara padukuhan ini raden, ada keperluan apa dg tempat itu.." ujar aki tinggil heran.
"sobat wong agung, memintaku menemuinya disana.."
"raden, maapkan saya, aki lupa menceritakan peristiwa dipecantilan itu.."
"apa ada yg terlewat, selain peristiwa gugurnya pangeran selawe, aki.."
dg singkat kyai tinggil menceritakan peristiwa penghancuran pecantilan oleh dewi lahar kerak bumi alias mindi wahi.
"dewi lahar kerak bumi..mindi wahi.., aku tahu wanita ini, tapi bukankah dia terjebak digua seribu satu jalur sesat dilereng gunung jaya wijaya kepulauan kasuari, kenapa bisa lolos.." membatin rd.wiralodra.(mengenai riwayat dewi lahar kerak bumi atau mindi wahi, silahkan baca bhumi deres mili. Eps: Bianglala Atap langit. Pen)
"apa yg raden pikirkan.."
"ini hal yg aneh aki..tapi sebaiknya sekarang aku ke lembah bojong sari dulu, menemui nyimas.endang dharma.."
"hati2 raden, sesuatu yg aneh biasanya mengandung bahala."
akuwu cimanuk ini anggukan kepalanya, tak lama sosoknya tampak melesat kearah selatan, pemuda gagah ini tak menyadari diatas pucuk pohon sepasang mata tajam mengawasi gerak-geriknya, ketika rd. Wiralodra melesat ke selatan sosok ini lenyap amblas kedalam bumi.
                                                  -¤-
     Hembusan angin utara menyibak gerai rambut nyimas. Endang dharma, parasnya yg anggun sesaat memerah saga sedang rd. Wiralodra diam terpaku ditempatnya berdiri, sedang aki ragil dan cucunya menak sanggarung cuma bisa diam memperhatikan gerak-gerik keduanya.
"akuwu, saya memang salah telah membuat onar dan petaka di padukuhan tapi itu semua diluar kehendak saya.."
"nyimas, aku bukan tipe orang yg selalu mencari kesalahan orang lain namun demi menjaga kewibawaan padukuhan dimata umum terpaksa aku harus tegas.."
"stttt...sttt..settt...!!"
belum selesai akuwu cimanuk ini berucap tiga larik jalur api melesat ke tiga titik mematikan rd. Wiralodra, pemuda gagah ini lantas dg cepat rapal aji lembu sekilan lalu putar kedua tangannya kedepan, sejengkal lagi pukulan maut itu menembus tubuhnya.
" bum..buum..buum..!"
dentuman dahsyat mengguncang lembah bojong sari, aki ragil dan menak sanggarung terlempar kebelakang dan ambruk ketanah dg keras. Sedang rd.wiralodra kokohkan kuda2nya, sinar kuning tipis membias dari kedua tapak kakinya.
"nyimas, apa maksud semua ini.."
"maap akuwu, bukan saya yg melakukan.."
pemuda baju putih ini cuma diam, hatinya meradang.
"jelas2 serangan itu datang dari arahmu nyimas, kau masih menyangkal..seperti sangkalanmu terhadap pembunuhan pangeran guru.."
"raden, entah dg cara apa lagi saya menjelaskan semua kesalah pahaman ini.."
"nyimas, tdk usah menjelaskan apa2, semuanya telah jelas, besok aku tunggu di alam astral palagan pilar langit padang rumput teki.."
belum sempat tabib wanita ini menjawab sosok pemuda gagah akuwu cimanuk ini sudah raib dari pandangannya.
"duh, gusti Allah..berilah hambamu ketabahan menghadapi semua ini.."
nyimas.endang dharma terdiam dalam gejolak batin yg tak menentu sedang aki ragil dan menak sanggarung tampak menghampirinya.
"nyimas. Biar aku yg menghadapi akuwu wiralodra besok.."
"terimakasih menak sanggarung, tapi ini semua sudah jadi tanggung jawab saya.."
"bersabarlah nyimas..serahkan semuanya pada gusti Allah.."
"iya, paman ragil.."

                                                  -¤-


pecantilan karang gosong.

Tepat ketika mentari mencapi titik pulminasi akuwu cimanuk, rd. Wiralodra sampai ditempat dimana wong agung manok wari menunggunya.
Sahabat rd.wiralodra dari kepulauan kasuwari ini tampak gelisah menanti kedatangannya.
"sobat wong agung, kenapa harus jauh2 ketempat ini..ada apa sebenarnya..apa ada urusannya dg dewi lahar kerak bumi.."
"akuwu, waktuku tidak banyak mendekatlah cepat dihadapanku.."
"tunggu sobat, sejak kapan andika memakai kata2 aku.."
"sejak kau mengurungku diperut bumi seribu satu jalur sesat..jaya wijaya.."
"dhuaaaarr...!!"
dentuman keras mengguncang karang gosong, akuwu cimanuk yg sudah curiga dg cepat lentingkan tubuhnya ke belakang dilain kejap, sosok wong agung manok wari menjelma jadi dewi lahar kerak bumi.
"sudah ku duga, kau mindi wahi.."
"tidak salah dugaanmu pemuda jawa, dimana wong agung.."
"saya disini..."
satu sosok berjubah putih dg rambut dijalin kebelakang tampak berdiri dibelakang rd.wiralodra.
"sobat wong agung.." sentak rd. wiralodra
"ha.ha..apa kabar akuwu.."
"cukup basa-basi kalian.." teriak dewi lahar kerak bumi sementara gumpalan lahar semakin menebal mengelilingi tubuhnya.
"mindi wahi, saya kagum kau bisa lolos dari seribu satu jalur sesat jaya wijaya, tapi apa ini kali kau bisa lolos dari biang lala atap langit.."
"wong agung, perangkap murahanmu itu sudah tidak mempan lagi, kau dan pemuda itu akan musnah setelah itu baru kedaton jayapurantala.."
"buktikan ucapanmu mindi wahi.."
dewi lahar kerak bumi atau mindi wahi lipat gandakan tenaga dalamnya, gumpalan lahar panas semakin menebal bergulung hingga hawa yg ditimbulkan mampu melelehkan pepohonan dan rerumputan bahkan batu disekitarnya.
"sobat ada kekuatan lain yg menyokongnya.." bisik rd.wiralodra pada wong agung manok wari.
"saya tahu akuwu..waspadalah.."

                                                        -¤-
 "wong agung dan kau pemuda jawa..sudah selesai diskusi kalian.."
sentak mindi wahi alias dewi lahar kerak bumi sementara gumpalan lahar semakin menebal bergulung ditubuhnya hingga efek yg ditimbulkan mampu membakar semak belukar disekelilingnya.
"akuwu waspadalah.." bisik wong agung pada rd.wiralodra."
"cukup..lihat serangan..!!" teriak mindi wahi lantang yg langsung melesat kearah keduanya gumpalan lahar panas ikut melesat mengembang membentuk ratusan bayangan pedang panas membara.
"buuuuumm..!!"
dentuman keras terdengar, debu berterbangan menutupi pandangan, ketika suasana kembali terang wong agung manokwari dan rd.wiralodra telah raib.
"pengecut..jangan lari kalian.." mindi wahi tampak gusar, dijejaknya tanah dengan keras.
"blaaaarr..!!"
kembali karang gosong seperti diguncang lindu, hingga retak menjalar kepinggir pesisir pantai membentuk teluk.
Kelak puluhan tahun mendatang tempat dimana bekas jejakan mindi wahi dikenal orang dengan teluk karang song (allahu alam bhisowab).

                                                      -¤-

      setetes embun pagi membangunkan sosok pemuda berbaju putih dari pingsannya, ketika melihat raut wajah dihadapannya pemuda ini lantas berusaha bangkit tapi kembali ambruk.
"akuwu, kondisimu belum pulih.."
"nyimas. Endang dharma kenapa aku berada disini..mana wong agung.."
"sahabat akuwu masih belum sadar, tapi aliran darahnya sudah kembali normal.."
"berapa lama aku pingsan."
"dua hari akuwu.."
rd.wiralodra tercekat
"pukulan bayangan pedang lahar telak menghujam dada wong agung, untungnya jika sesenti lagi bergeser kekiri nyawanya tak tertolong.." ujar nyimas endang dharma menerangkan.
rd.wiralodra cuma diam, pemuda gagah ini sesaat tatap paras tabib wanita dihadapannya, hatinya berkecamuk dua hari yg lalu dirinya menantang nyimas endang dharma tanding jurit di alam astral padang rumput teki seribu pilar atap langit namun kenyataannya malah dirinya diselamatkan oleh tabib wanita dari pesisir belambangan ini.
"nyimas endang dharma.."
"saya akuwu.."
"aku berterimakasih atas pertolonganmu pada ku dan wong agung manok wari..tapi.." rd.wiralodra tak meneruskan ucapannya.
nyimas endang dharma cuma tersenyum
"saya paham akwu, bila kondisi akuwu pulih, saya siap tanding jurit.."
"maapkan aku nyimas, tapi ini demi kewibawaan padukuhan, mohon nyimas mengerti.."
"saya menyadarinya akuwu.."
keduanya diam sesaat berkelana dg alam pikirannya masing2, sebenarnya jauh dilubuk hati rd.wiralodra dirinya tidak ada niat tanding jurit dg wanita yg ada dihadapannya, tapi demi menegakkan wibawa padukuhan yg telah dirintisnya maka tak ada jalan lain, ah..kenapa semuanya terjadi seperti ini, keluh rd. Wiralodra dlm hati...
                                              -¤-

Alam astral padang rumput teki seratus pilar atap langit meremang dlm kabut dini hari hawa dingin luar biasa berhembus dari lereng bukit sebelah timur, pilar2 batu andesit berukuran raksaksa menjulang bak pancang2 dari neraka, menebar aroma mistis yg tak terpecahkan. (utk lebih jelas mengenai misteri tempat ini, harap baca, eps. Dahana bukit ilalang. Pen)
Dari arah tenggara bukit ilalang satu sosok bayangan putih melesat dg sebat dan mendarat dg ringan disalah satu pilar.
"terlalu cepat aku sampai ditempat ini.."gumam sosok yg ternyata rd.wiralodra, tapi alangkah terkejutnya pemuda gagah ini dalam keremangan kabut satu sosok lain telah menantinya.
"nyimas, ternyata datang mendahului.."tegur rd.wiralodra.
"maap mengecewakanmu kisanak.."
pemuda ini tercekat, suara itu bukan nyimas endang dharma namun sebelum akuwu cimanuk ini menyadarinya pilar yg dipijaknya bergetar hebat dan didahului gemuruh yg samar pilar batu andesit ini amblas kedalam tanah menyedot tubuhnya. Terpaut satu detik dimana nyimas. Endang dharma sampai ditempat tsb.

                                                   -¤-

kita tinggalkan sejenak pilar atap langit.
      Disatu tempat dua orang muda-mudi tengah melangkah mendaki sebuah bukit batu cadas, disalah satu bahu sang pemuda tergolek satu sosok yg sepertinya dalam kondisi pingsan, sementara disampingnya seorang dara berbaju kuning ringkas tampak menerabas semak belukar yg menghalangi jalan dengan pedangnya, mentari semburat diufuk timur dilamping sebuah tebing keduanya melepas lelah.
"kakang puro, bagaimana kondisi adikmu.."
"demamnya semakin tinggi, niluh seroja apakah resi maruta mandra bersedia menolong adiku, aku telah mengecewakan harapannya.." keluh rd.puronegoro masgul,
dara ayu niluh seroja cuma tersenyum.
"percayalah kakang, kakek guru bukan tipe pendendam dan bukankah beliau adalah gurumu juga, lebih baik kita percepat mendaki bukit cadas gempal ini agar adikmu segera tertolong.."
rd.puronegoro anggukan kepalanya dipanggulnya kembali rd.purwo adiknya dibahu sebelah kiri dan tak menunggu lama keduanya kembali mendaki bukit cadas gempal, sepanjang perjalanan putra tumenggung seda krapyak ini gelisah tak menentu, dua tahun sudah dia meninggalkan tempat ini tanpa kabar dan berita setelah dirinya menguasai ajian tapak cecak warisan resi maruta mandra, yg seharusnya resi sakti ini membunuh dirinya atas permintaan wuluh balang ayah dari niluh seroja yg juga salah satu warok hutan sinang perbukitan loyang dimana komunitas kesangyangan bermarkas dan menyusun pemberontakan terhadap kedaton pakung wati di kesultanan cerbon.

                                                 -¤-
Puncak bukit cadas gempal sebulan sebelum niluh seroja dan rd.puronegoro datang.
Resi maruta mandra terpekur dalam semadinya, orang tua berjanggut kelabu berselempang kain hitam ini mendadak lentingkan badannya menembus atap rumah lalu sosoknya tampak mendarat di sebuah batu pipih masih dalam keadaan bersila dan mata terpejam, sementara dua sosok melesat mengikutinya dan kini terpisah jarak tiga langkah dihadapan sang resi.
"perbuatan mu kelewat batas wuluh balang mengusik semadi orang.."
orang tua berjubah biru kehitaman tampak menyeringai sedangkan satu sosok lagi seorang pemuda tegap dengan ikat kepala kain merah sunggingkan senyum jumawa.
"guru apa kabarmu.."
"kau masih menganggapku gurumu, setelah lancang mengusik semadiku.." resi maruta mandra yg duduk bersila silangkan kedua telapak tangannya didada.
"jungjungan..sekarang..!!"
belum kering ucapan wuluh balang dari bibirnya, pemuda tegap berikat kain merah ini lantas pukulkan telapak tangannya kearah resi maruta mandra.
"blaaaarr..!!"
dentuman keras terdengar debu pasir hitam meluncur deras melabrak batu besar tempat duduk resi maruta mandra.
"racun warangan temiang geni.." teriak resi ini sambil lentingkan badan dan jejakan kakinya diatas sebuah pohon.
"murid murtad, kau wuluh balang, kau menyuruh orang ini menghabisiku.."
"maapkan aku guru, kau pilih kasih kenapa ajian tapak cecak itu kau wariskan pada musuh, bukan pada ku.."
"ah, masalah itu rupanya, wuluh dengar itu sudah suratan takdir sang hyang widhi.."
"perduli amat..yg jelas kami datang menginginkan jiwamu.."
"kau benar2 murid murtad, niluh seroja tak pantas jadi anakmu.."
"jangan bawa2 anak durhaka itu, karena dialah pemuda murid sunan jati purba itu mewarisi ajian tapak cecak.."
"murid murtad nan licik aku menyesal jadi gurumu.."
"tua bangka terima ajalmu.."
kembali pemuda tegap berikat kepala merah lentingkan badannya keudara dan dari sepuluh jari2nya membersit racun mematikan warangan temiang geni, resi maruta mandra kebut lengan jubahnya serangkum angin membuyarka serpihan2 debu mematikan tsb.
"siapa kau kisanak, apa hubunganmu dg resi sesat mahendra thabita.."
pemuda tegap yg dipanggil jungjungan oleh wuluh balang ini cuma menyeringai,
"dengar orang tua, agar kematianmu tak penasaran aku adalah jungjungan para warok hutan loyang perbukitan sinang, sudah puas dg keteranganku.."
"ah ternyata kau orangnya, yg sempat menggegerkan kedaton pakung wati"
"cukup basa-basinya orang tua..lihat serangan.." kembali pemuda ini lancarkan serangan beruntun kearah resi maruta mandra, seratus jurus tlah berlalu dalam satu kesempatan resi ujur ini berhasil mendesak lawannya namun tak dinyana dari belakang sebuah benda tumpul menghantam kepalanya hingga ambruk. "wuluh balang kau.."
ucapan resi maruta mandra tersendat dirasakannya kini dadanya sesak dan pandangannya gelap, racun warangan temiang geni telak menghantam dadanya.

                                                -¤-

      mentari sepenggalah ketika niluh seroja dan rd.puronegoro sampai dipuncak bukit cadas gempal, keduanya lantas menuju gubuk dimana resi maruta mandra tinggal, tapi alangkah kagetnya kedua orang ini, didepan gubuk sosok resi ini tampak bersila namun yg tinggal cuma tulang belulang yg sudah lapuk.
"kakek guru, apa yg terjadi dg dirimu.."
"niluh tunggu jangan disentuh.."
"kenapa kakang."
"racun warangan temiang geni..kau akan ikut mengering bila menyentuhnya.."
"kau tahu pelakunya kakang.."
"aku cuma pernah mendengar kisahnya dari sultan cerbon.."
mata tajam rd.puronegoro melihat sesuatu yg tergeletak direrumputan lalu diambilnya.
"pendulum milik bopo..apakah..tidak mungkin..tidak mungkin.." niluh seroja tertunduk ditanah setelah suasana hatinya reda dara ayu ini duduk bersandar dibawah pohon.
"kakang maapkan aku, adikmu tidak bisa ditolong.."
"sudahlah niluh seroja, aku dengar dipadukuhan lembah cimanuk bermukin tabib yg mumpuni, akupun dulu pernah ditolongnya kita bawa adikku kesana.."
niluh seroja cuma mengangguk, tak lama keduanya kembali menuruni bukit cadas gempal.

                                                    -¤-
Kembali ke alam astral seratus pilar atap langit.
      Tubuh rd.wiralodra yg amblas kedalam tanah segera menerapkan aji halimunan untuk meloloskan diri, namun kekuatan aneh mementahkan ajian tsb.
"maap bila sambutan ku kurang berkenan, kisanak.."
akuwu cimanuk ini sesaat tatap wanita bersanggul dg bunga kantil didepannya, dicobanya lagi merapal ajian halimunan tapi kembali gagal.
"akuwu berada di alam tanpa batas tanpa rupa segala jenis ilmu, dan ajian akan netral dg sendirinya, hanya senjata mustika yg berfungsi disini.."
"siapa nyisanak ini, ada silang sengketa apa hingga aku diperlakukan seperti ini.."
"aku rara anting, maapkan..tapi aku butuh bantuan akuwu.."
"tunggu kau mengenal diriku.."
"siapa yg tak kenal dirimu akuwu, makanya aku sengaja membawamu kemari.."
"kau bilang butuh bantuanku, apa yg mesti aku lakukan.."
"bunuh aku, sempurnakan diriku dengan senjata cakra yg kau miliki.."
tercekat akuwu cimanuk ini dibuatnya dan seperti yg dialami senopati muda kacirebonan andawiyah wira panjunan sebelumnya akuwu cimanuk ini mampu melihat secara gamblang kisah hidup dari dewi rara anting. (mengenai kisah tsb, harap baca eps: dahana bukit ilalang,pen)
"nah akuwu, aku mohon padamu.."
sebelum menjawab rd.wiralodra merasakan cakra yg ada dipinggang kanannya bergetar tak lama selarik bayangan putih melesat dan membentuk sosok orang tua dg janggut, kumis, alis menjuntai berwarna putih..
"kyai.cakra bhasuara.." gumam sang akuwu, orang tua perwujudan senjata mustika ini lantas melangkah menghampiri rara anting.
"nisanak larasati, apa kau lupa dg ucapan mpu.danurwenda.."
rara anting terkesiap orang mengenal nama aslinya.
"maapkan saya orang bijak, sekian tahun saya terkurung ditempat ini namun orang yg dikatakan kakang mpu danur wenda tak kunjung datang.."
"hanya gusti Allah pemilik semua rahasia.."
bersamaan dg ucapannya tubuh kyai.cakra bhasuara raib kembali kebentuk semula dan tak menunggu lama tubuh rd.wiralodra melesat kepermukaan tanah berbarengan dg datangnya nyimas.endang dharma ditempat itu.
"maap akuwu, saya terlambat.."
"dengan siapa nyimas kemari.."
"paman ragil dan cucunya menak senggarung.."
mentari mulai condong kebarat disaat keduanya saling berhadapan, alam mulai menunjukan keprihatinannya, hembusan sang bayu terasa menusuk tulang sum-sum sebentar lagi kedua orang yg semestinya dipertemukan dlm damai dan cinta kini saling mengukur kekuatan masing2.

                                             -¤-
     Kabut tipis melayang turun dari puncak bukit ilalang, diatas pilar2 atap langit dua orang yg tak lain dari rd.wiralodra dan nyimas.endang dharma tampak berdiri mematung berhadapan, satu jam lebih keduanya dalam posisi seperti itu, sepertinya tengah mengukur kekuatan masing2 lawannya, suasana pagi itu begitu hening tapi sebenarnya tanding jurit telah berlangsung sengit dialam pikiran keduanya.
Nyimas.endang dharma melesat bak kilat dan putar tubuhnya begitu serangan yg dilancarkan rd.wiralodra menggempurnya bak air bah, dg mengandalkan ringan tubuh yg sempurna tabib wanita dari pesisir selatan blambangan ini mampu membendung setiap serangan yg mencecarnya, seratus jurus tlah berlalu memasuki jurus keduaratus akuwu lembah cimanuk tampak kewalahan dan entah dari mana datangnya kini ditangan kanan rd. Wiralodra tergenggam sebilah keris eluk duabelas, kyai.bagelen, sedang ditangan kanan nyimas.endang dharma secarik selendang cinde warna kuning bergulung membentuk benteng pertahanan, walau sebuah selendang tapi karena sudah dialiri tenaga dalam tingkat tinggi kain itu seolah menjadi perisai baja menangkis setiap hujaman keris kyai.bagelen milik rd.wiralodra.
Sementara ditempat lain aki ragil tampak gelisah memandang keduanya.
"kek..sudah hampir dua jam mereka diam mematung, sampai kapan seperti itu.." bisik menak sanggarung yg berada disamping aki.ragil.
"menak sanggarung, kau musti asah lagi indra waskitamu.."
"maksud kakek.."
"pertempuran yg sebenarnya telah berlangsung..walau dialam fikiran keduanya.."
"saya belum faham kek.."
"kelak, kau akan mencapi level seperti mereka asal tekun melatih olah bhatinmu.., sudah, kau perhatikan saja sekelilingmu, jangan biarkan apapun mengusik mereka berdua.."
menak sanggarung cuma anggukan kepalannya, pemuda gagah dg sarung tangan hitam ditangan kirinya ini lantas kembali memperhatikan sosok nyimas.endang dharma dan rd.wiralodra yg masih diam mematung.

                                            -¤-

Kembali kita ikuti perjalanan rd.puronegoro bersama niluh seroja yg tengah menuju padukuhan lembah cimanuk untuk mengobati luka dalam yg diderita rd.purwo akibat pukulan maut sepuluh jalur pasir jantra bolang, seperti diketahui sebelumnya keduanya telah membawa adik dari rd.puronegoro ini ke bukit cadas gempal dimana resi maruta mandra bermukim tapi karena sang resi tewas akibat racun warangan temiang geni maka diputuskan menemui tabib nyimas.endang dharma dipadukuhan lembah cimanuk, mentari hampir diubun2 ketika keduanya memasuki kawasan sebelah barat hutan sancang.
"kakang aku masih belum percaya kenapa bopo tega membunuh resi maruta mandra.." gumam niluh seroja sambil memperhatikan pendulum milik wuluh balang, ayahnya.
"niluh, aku rasa ada orang lain yg terlibat atas tewasnya sang resi.."
"kakang mencurigai seseorang.."
"aku masih sangsi, tapi racun warangan temiang geni saat ini menurut sinuhun cerbon dimiliki oleh rd.menjangan wulung yg beberapa waktu lalu menggemparkan kesultanan.."
"jadi.." belum sempat niluh seroja meneruskan ucapannya mendadak suasana yg semula terang mendadak redup disusul gelak tawa menggelegar disesantro tempat.
"aji gelap ngampar.."
sentak rd.puronegoro tegang.
Tak menunggu lama satu sosok pemuda tegap berikat kain merah sudah berdiri lima langkah dihadapan niluh seroja dan rd. Puronegoro..
"kau..." sentak rd.puronegoro dan niluh seroja berbarengan
"hahaha..kompak sekali kalian, putra tumenggung seda krapyak aku salut kau pulih dari ajian gelap ngamparku..tapi apa sekarang keberuntunganmu masih ada.."
"kau yg membunuh resi.maruta mandra.."
sentak niluh seroja sengit.
"hahaha..perlu kau ketahui, ayahmu juga terlibat..niluh seroja.."
amarah dara berbaju kuning ini menggelegak dg cepat cabut pedang tipis yg ada dipunggungnya dan dengan sebat melancarkan serangan kilat kearah pemuda berikat kepala kain merah, yg tak lain rd.menjangan wulung junjungan para warok hutan sinang perbukitan loyang.
                                                   -¤-
     Pedang tipis niluh seroja berdesing mengurung dg rapat tubuh rd.menjangan wulung, namun olah kanuragan gadis ini teramat jauh dibawah junjungan para warok hutan sinang perbukitan loyang ini dan pada kesempatan berikutnya sebuah sambaran jatuhan tumit mendarat telak di bahu kanan dara murid mendiang resi maruta mandra itu, tubuh gadis malang ini terbanting kererumputan namun sebuah sambaran tepat menangkap laju jatuhnya, sosok yg ternyata rd. Puronegoro mendukung dan menempatkannya ditempat kelindungan.
"amboy..sok jadi pahlawan kau ya.." tandas rd. Menjangan wulung yg dg cepat rubah kuda2nya.
"aku lawan mu..penghianat.." tukas rd. Puronegoro sangar yg dibalas tawa bekakakan dri pemuda berikat kain merah ini.
"apa tdk kebalik, resi maruta mandra dg suka rela mewariskan jurus tapak cecak pada mu, tapi setelah itu kau menghilang meninggalkannya tanpa pamit.."
putra tumenggung seda krapyak ini cuma diam namun darah mudanya langsung mendidih keubun2.
"jaga bicaramu menjangan wulung..kalau tidak.."
"kalau tidak apa.., kau mau gunakan jurus itu untuk menghadapi ajian warangan temiang geni miliku.." ujar rd.menjangan wulung, hingga membuat kesabaran rd.puronegoro tandas, diawali bentakan nyaring tubuhnya melesat bak kilat dan bersalto beberapa kali diudara disusul tusukan berantai kearah rd.menjangan wulung, pertempuran sengit pun pecah diantara keduanya, sementara itu niluh seroja mulai siuman dari pingsannya dg tertatih beringsut mendekati sosok rd.purwo yg bersandar pingsan disebuah batang pohon. Dilain pihak suasana yg semula terang perlahan meredup, bentakan diselingi gelak tawa rd.menjangan wulung serta hawa panas dan aneh dirasakan menghimpit dada rd.purnegoro.
"celaka..warangan temiang geni.." keluh pemuda ini dlm hati dan tanpa membuang waktu segera rapal ajian tapak cecak level sembilan.
"BLAAAARRR..!!"
Hutan sancang bergetar seperti diterjang lindu, debu, kerikil dan abu berterbangan menutup pemandangan untuk beberapa menit lamanya, ketika suasana mulai terang rd.puronegoro bersama adiknya rd.purwo serta niluh seroja tak ada ladi ditempat itu.
"heh..pengecut..jangan lari kalian.." sentak rd.menjangan wulung,
"krak..byarr.." sebatang pohon hancur luluh kena tendangan pemuda ini, dan dg sekali jejakan kaki sosoknya raib kearah selatan, pemuda tegap ini tak sadar seluruh bajunya tanggal dari badannya.

                                             _¤_ 
     Alam astral palagan padang rumpu teki pilar atap langit disaput keheningan yg mencekam, dua sosok masih tampak berdiri disalah satu puncak pilar raksasa batu andesit, hampir tiga jam mereka dlm sikap yg sama, memasuki menit berikutnya raga nyimas endang dharma tampak bergetar begitu pun dg tubuh tegap rd.wiralodra bulir2 keringat mulai memercik dari kening dan lengannya.
"reeettt.."
Selendang cinde nyimas endang dharma tampak melesat mengarah ke tiga titik tubuh akuwu lembah cimanuk, dg sigap pemuda gagah berbaju putih ini putar keris kyai bagelen didepan dadanya.
"trang..trang..trang..!"
Tiga kali dentangan beradunya senjata tajam terdengar memekakan telinga, dilain kejap kedua insan yg seharusnya dipertemukan dalam damai dan cinta ini terlihat saling beradu olah kanuragan dg sengitnya, sepuluh jurus berlalu sudah tanding jurit diantara keduanya terus berlangsung, dilain tempat aki ragil dan cucunya menak sanggarung yg menyaksikan mulai khawatir melihat sikap berdiri nyimas endang dharma yg mulai goyah. "kek..apa yg terjadi dg nyimas endang dharma.."
Aki ragil menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan pemuda disampingnya ini
"ini kali nyimas mendapat lawan yg tangguh, dua level diatas tingkatnya.."
"jadi sudah dapat dipastikan hasil akhirnya ya kek.."
"menak sanggarung, kadang kita hanya bisa menilai air yg beriak tanda tak dalam, namun tdk menutup kemungkinan terdapat pusaran air yg dahsyat dibawahnya.."
"hem..maksud kakek.."
"kelak seiring bergulirnya waktu, kau akan menemukan jawabannya..sudah, kau perhatikan saja disekitarmu, jaga jangan sampai apapun mengusik raga wadak mereka.."
Pemuda tegap dg tangan kiri terbalut sarung tangan hitam ini cuma mengangguk, matanya yg tajam kembali memperhatikan kedua sosok yg masih diam bak patung pualam dipuncak pilar batu andesit.
"nyimas, aku hanya perlu pengakuanmu yg jujur.."
"maap akuwu, berulang kali saya katakan bukan saya yg menyebabkan pangeran guru tewas..akuwu bisa menyelidiki langsung jenazahnya.."
"pangeran guru dan keduapuluh empat muridnya telah dikebumikan, nyimas perlu saksi agar masalah ini tak berlarut-larut.."
"saksinya saya sendiri dan gusti Allah..akuwu.."
Akuwu lembah cimanuk ini cuma diam dlm kebimbangan, perang bhatin kembali berkecamuk, ditatapnya paras anggun yg diam2 dikaguminya ini dg galau, hati terdalamnya menjerit kenapa harus wanita ini yg menjadi lawannya..
"nyimas, maapkan aku.."
"silahkan akuwu.."
Kembali rd.wiralodra tempelkan keris mustika kyai bagelen dikeningnya, sedangkan tabib wanita dari pesisir timur blambangan ini genggam pangkal selendang cinde dg tangan kirinya..detik berikutnya tanding jurit kembali berkecamuk..

                                                      _¤_

      Pemuda tegap berikat kain merah di kepalanya ini hentikan larinya, serapah terdengar dari mulutnya manakala menyadari dirinya berlari tanpa busana, dg gerakan kilat ditujunya sebuah dangau ditengah tegalan, beruntung disalah satu bilik bambu ditemukannya seperangkat pakaian hitam mungkin punya petani ditempat itu.
"aku tidak mengira ajian tapak cecak itu begitu dahsyat, kalau anak tumenggung seda krapyak itu mau, salah satu anggota tubuhku pasti ditanggalkannya.." membatin pemuda yg ternyata rd.menjangan wulung ini dg gusar, mendadak telinganya yg tajam mendengar suara tiupan seruling dikejauhan dg sigap rd.menjangan wulung lesatkan tubuhnya mencari sumber suara seruling berasal, sudah hampir setengah tegalan dijelajahi namun sang peniup seruling tak juga ditemukan.
"aneh,suaranya terdengar mendekat namun tdk ada seorangpun ditempat ini.."
Tapi alangkah kagetnya pemuda ini ketika kembali ke dangau satu sosok tubuh ramping tengah asik meniup seruling diatas atap dangau tsb.
"hebat, tiupan serulingnya bisa menjauh dan mendekat namun ternyata orangnya berada ditempat yg sama," membatin rd. Menjangan wulung tapi pemuda ini tersentak begitu sebuah sinar merah berhawa panas meluncur kearah dirinya.

                                                    _¤_
Rd.menjangan wulung miringkan tubuhnya ke samping kiri, dibelakangnya kobaran api membakar semak pepohonan.
"nyi sanak ada silang sengketa apa hingga menurunkan tangan jahat padaku.."
Dara ayu diatas wuwungan dangau cuma sunggingkan senyum sinis kearahnya, didekatkanya kembali lubang seruling dibibirnya tak lama suara seruling menggema syahdu jauh dibalik lamping bukit sebelah selatan..
"gadis aneh..menyerang tiba2 dan sekarang meniup serulingnya tanpa memperdulikan sekelilingnya seakan aku tak ada ditempat ini.." membatin rd. Menjangan wulung.
"Blaaaaarrr..!!"
Ini kali junjungan para warok alas sinang perbukitan loyang dibuat kalang kabut dentuman keras menggetarkan tempatnya berpijak, dg sigap pemuda berikat kepala kain merah ini lentingkan tubuhnya keatas bersalto beberapa kali keudara dan ketika jejakan kakinya ketanah dg sebat rd.menjangan wulung siapkan pukulan balasan namun pemuda tegap ini tercekat, dara jelita peniup seruling sudah tdk ada ditempatnya lagi, namun gema suara serulingnya terdengar syahdu disekitar rd.menjangan wulung berdiri.
"heh..siapa gadis itu..tenaga dalamnya satu tingkat diatasku.." keluh rd.menjangan wulung.
"aku harus segera kembali ke hutan sinang perbukitan loyang untuk menghimpun kekuatan kembali..tunggu pembalasanku wong2 cerbon.." dg sekali jejakan kaki sosok pemuda tegap ini raib dari pandangan mata.

                                                    _¤_

      Kita kembali ikuti tanding jurit antara rd.wiralodra dengan nyimas. Endang dharma dialam astral palagan padang rumput teki pilar raksaksa batu andesit.

Bagaskara mulai condong kearah barat, lembayung senja menguning diangkasa semilir angin utara menyibakan rambut nyimas endang dharma harum bunga seroja semerbak memenuhi rongga hidung akuwu lembah cimanuk ini.
"duh, gusti Allah haruskah semua ini terjadi.." gumam akuwu lembah cimanuk ini masgul. Tak ada yg mengira tiba2 tubuh ramping nyimas endang dharma yg hampir seharian berdiri mematung lentingkan badannya keudara dan dilain kejap sosoknya melesat kearah tenggara dimana sungai besar berair deras berada dan tanpa seorangpun bisa mencegah orang kedua yg telah membesarkan dan memajukan padukuhan lembah cimanuk ini menceburkan dirinya dialiran deras sungai cimanuk.
"nyimas..endang dharmaa.."
Teriakan rd.wiralodra tenggelam diantara gemuruh derasnya sungai cimanuk..tanpa buang waktu pemuda gagah ini terjun kedalam sungai dan dengan sekuat tenaga berenang melawan arusnya, namun sosok dara ayu nyimas endang dharma seakan raib ditelan bumi, tertatih akhirnya akuwu lembah cimanuk ini merambat ketepian sungai.
"gusti Allah..mengapa berakhir seperti ini..nyimas, apa kau tidak tahu..sebenarnya aku amat mengagumimu.."
Tak terasa butiran hangat meluncur dari kelopak matanya, disaat yg sama ketika aki ragil dan menak sanggarung sampai ditepian sungai cimanuk yg mulai meremang disaput kegelapan senja hari.

                                         _¤_
 penulis
   kyt 
menyusul : Amukti Sang Senopati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers