KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Sabtu, 09 April 2011

Dilema Katresnan Sang Akuwu


     Gelombang ombak laut jawa di awal bulan kedelapan begitu ganas menggelora, menghempaskan apa saja yg berada diatasnya, hampir sebagian para nelayan dibulan itu menghentikan aktivitasnya melaut mencari ikan,  disatu garis cakrawala tampak sebuah titik hitam terombang ambing ombak jika ditilik lebih lama ternyata titik hitam itu adalah sebuah perahu sejenis pinisi,  perahu khas tanah bugis berbendera kepala seekor harimau kumbang dengan sepasang taring panjang yang jika terpendar matahari sepasang taring itu tampak berkilat-kilat keperakan,  disebuah anjungan seorang pemuda gagah ber ikat kepala runcing  tampak mengawasi sesosok tubuh yang tengah berdiri di salah satu tiang layar.
 "badarudin ali, apa yg waang tilik disiko.. ". 
Pemuda tegap dengan sepasang gelang akar bahar tampak tarik temali dan mengikatnya dengan kuat ditiang layar, sebuah teropong dari bambu tergantung dipinggang kanannya.
"belum tampak apo-apo didepan siko angku mudo sutan alam nan kayo..". 

 Sekali hentakan kaki tubuh tegap badarudin ali tampak melayang dan dg ringan injakan kaki dilantai perahu.
 "sudah tigo pekan kito terombang-ambing tak ado tujuan yg jelas, bagaimano perbekalan kito.." . 
 "Ambo kiro masih cukup untuk beberapo pekan dimuko angku mudo..".
Sementara itu gelombang samudra semakin mengganas, ombak setinggi lima meter tampak melaju dengan kecepatan tinggi dari tengah laut lepas menghempas badan perahu, semua orang yg ada di buritan berpekikan ngeri deru angin terdengar bergemuruh, air laut tergenang semakin banyak masuk kedalam perahu. 

"turunkan layar utama..".
 badarudin ali berteriak lantang memerintahkan anak buahnya. diangkasa awan hitam semakin banyak berkumpul mengandung butiran air hujan, didahului lesatan kilat, gelegar halilintar terdengar susul menyusul memekakan telinga hujan badai bergemuruh menerjang perahu pinisi dengan ganas, tak ayal  perahu besar itu tampak terlempar beberapa tombak ke atas kemudian terbalik dan pecah menjadi dua bagian menyusul semua orang yang ada didalam perahu terlempar keudara  disambut gelombang samudra yang maha dahsyat.

                                             oo0oo




     Pantai tirta maya, terletak kurang lebih lima ratus hasta dari padukuhan lembah cimanuk, debur ombak terdengar bergemuruh manakala menerjang bebatuan karang yang banyak terhampar ditepian pantai, kabut tipis melayang diantara pohon nyiur kemudian buyar manakala sinar surya semburat menerpanya.

Sebuah badan perahu yang tinggal setengah teronggok diantara batu karang, sedang dibeberapa bagian sisi perahu tampak sosok-sosok tubuh bergelimpangan entah pingsan atau sudah tak bernyawa,  mendadak salah satu sosok dengan gelang akar bahar di lengannya terlihat bergerak dan membuka kedua matanya manakala seorang pemuda gagah dengan ikat kepala runcing mengguncang tubuhnya. 
"badarudin ali, tak apa-apakah waang..". 
pemuda dengan gelang akar bahar sandarkan punggung di salah satu batu karang berbentuk pilar. 
"angku mudo dimana kito sekarang ni..". 
sutan alam tampak gelengkan kepalanya. 
"bagaimano dengan kerabat kito yg lainnyo..".
tertatih keduanya menghampiri beberapa tubuh yg bergelimpangan, satu persatu diperiksanya dan alangkah terkejutnya sutan alam nan kayo begitu matanya membentur satu sosok yg tertelungkup sambil kedua tangannya menggenggam tiang bendera dengan gambar kepala macan kumbang bertaring panjang panjang. 
"adek kinanti, tak salahkah pandangan ambo..". dengan sigap sutan alam dukung tubuh gadis itu lalu membaringkannya disalah satu batu pipih. 
"adek kinanti, ternyato iku dalam rombongan kito, tanpo ambo sadari..bagaimano kondisinyo angku mudo..". ujar badarudin ali
"tak usah kawatir, hanyo pingsan sajo badarudin ali.."
ketika matahari semakin tinggi semua orang yang pingsan akibat di terjang badai laut jawa siuman dari pingsannya. 
"ambo tidak menemukan mamak bilung mangkuto..". 
 ujar Sutan alam sembari pandang semua orang yang ada ditepian pantai dengan wajah khawatir. 
"angku mudo sutan, mari kito susuri tepian pantai ini siapo tahu mamak bilung mangkuto akan kito temukan..".  
"waang benar badarudin ali, mari kito susuri tepian pantai ini ..". dengan tertatih sosok-sosok yang tak lain dari partai tariang bakilat susuri tepian pantai tirtamaya kearah timur, kurang lebih seratus langkah disalah satu bibir pantai tampak sesosok tubuh tergeletak disela-sela pohon nyiur yg condong kearah pantai,dengan sigap sutan alam balikan tubuh renta yg tertelungkup di atas pasir. 
"bukan mamak bilung mangkuto." ujarnya. 
perlahan sosok tubuh renta berpakaian hitam ini  membuka kedua matanya, ketika melihat wajah sutan alam orang tua itu tampak ketakutan. 
 "ampun, jangan sakiti saya lagi belum cukupkah kalian menganiaya orang lemah..".
sutan alam kerutkan keningnya. 
"mamak ini siapa, kami bukan orang jahat.".
orang tua ini pandang sutan alam dari ujung rambut sampai ujung kaki. 
"kalian bukan orang-orangnya pandanarang." ujar orang tua ini lemah
"siapo pandanarang itu, kami tidak kenal.." sahut sutan alam "maap salah sangka, saya kigedeng junti, orang-orang pandanarang memporak porandakan desa kami.."
disaat itu dari sebelah timur melesat puluhan orang  bersenjatakan pedang kearah dimana sutan alam berada. 
"celaka orang-orang pandanarang .."
sentak orang tua berpakaian hitam ini tercekat.

                                                oo0oo



     Kita tinggalkan sejenak tepian pantai tirtamaya, tiga hari sebelum orang-orang tariang bakilat terdampar di pesisir tirta maya, disebuah pecantilan sebelah selatan padukuhan cimanuk, tepatnya pecantilan junti, tersebutlah kigedeng junti, kedatangan  orang bernama kipandanarang utusan dari ageng dampo awang seorang saudagar keturunan tiongkok untuk melamar putri kawunganten, putri semata wayang gedeng junti. 
"bagaimana gedeng junti, apakah lamaran ageng dampo awang diterima..".ujar ki pandanarang
Orang tua berpakaian hitam sesepuh pecantilan junti itu tampak menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan orang.
"maap kisanak pandanarang, bukannya kami menolak niat baik ageng dampo awang, tapi seperti yg sudah saya utarakan berkali-kal, putri saya itu masih teramat muda untuk berumah tangga.."
pandanarang tampak bangkit dari duduknya sekali kelebat. "bruaaak..!!" 
 tubuh renta gedeng junti terpelanting terkena tendangan kilat pandanarang..". 
"alasan kapiran..bilang saja lamaran ageng dampo awang ditolak.." ujar lelaki ini beringas 
 "bukan begitu maksudnya kipandanarang..". 
"baik aku beri waktu dua hari, syarat apapun akan kami penuhi.."

Setelah dua hari, akhirnya gedeng junti meminta persyaratan agar kebun bambu ori milik gedeng junti harus diratakan dalam waktu semalam untuk tempat prosesi pernikahan. Tapi dengan cara licik gedeng dampo awang pada malam yang telah ditentukan menaburkan uang emas di sepanjang kebun bambu ori, maka ribuan orang berdesakan berebut uang emas hingga tidak disadari dalam semalam kebun bambu ori sama rata dengan tanah, mengetahui hal itu  gedeng junti segera mengungsikan putrinya kawunganten disatu tempat tersembunyi.
dan tepat hari ketiga, disaat orang-orang partai tariang bakilat terdampar di pesisir tirta maya, gedeng junti tengah dalam pelarian menghindari kejaran  anak buah pandanarang utusan ageng dampo awang.


    sekitar dua puluh orang dengan pedang terhunus mengurung  rapat semua orang yang berdiri ditepi pantai.
"gedeng junti, pantas membangkang ada yang diandalkan rupanya.." ujar pandanarang sewot 
"maap saya baru mengenal kisanak-kisanak ini..pandanarang..". "pembohong..serang anak-anak.."
 "tahan serangan.."  sentak sutan alam nan kayo lalu kelebatkan tubuhnya sambil kerahkan hawa pelindung, tak ayal lima orang yang ada dibagian depan terpelanting berkaparan 
"maap, apo yg dikatakan inyiek ini benar, kami baru sajo berjumpo.."
pandanarang maju tiga langkah dihadapan sutan alam nan kayo.
"bocah rupanya kau bukan orang sini.." sentak pandanarang
 "benar mamak, kami orang seberang..".
"aku tidak peduli, kau telah melukai lima orang anak buahku, jadi kini kalian adalah musuh kami..".
"terserah apo kato mamak..".
"anak-anak serang, jika melawan bunuh semua..!!"
 serentak sepuluh orang dengan pedang terhunus lancarkan serangan ganas beruntun, mereka tidak menyadari sedang berurusan dengan siapa, kelima kawannya yang terpelanting hanya dalam satu gebrakan hawa pelindung seakan terlupakan.
     Sutan alam nan kayo lentingkan tubuhnya dan bersalto beberapa kali diudara, begitu melayang turun kedua kakinya dengan cepat disilangkan kedepan 
"braaakk..!!"
kembali lima penyerang meraung setinggi langit begitu tendangan menyilang  telak melibasnya, mengetahui hal itu pandanarang lentingkan tubuhnya satu depa kebelakang lalu dengan kecepatan yang sukar di ikuti,  tubuhnya melesat bak kilat kearah sutan alam nan kayo
 "trang..trang..trang..!!" 
dentingan benda tajam beradu sampai memercikan bunga api, dengan menggunakan sebilah pedang pandanarang serang sutan alam nan kayo yang bersenjatakan sebilah badik bergagang perak. Seperti yg kita ketahui badik emas pemberian kakek yang sekaligus gurunya terjatuh pada waktu akan dihukum gantung oleh sutan prawira alam syah ayah kandungnya sendiri. (mengenai kisah miris tsb, harap baca eps: Senandung cinta sang Dhuta).
pedang pandanarang patah jadi tiga bagian. 
"anak-anak mundur.."
 tanpa dikomando dua kali anak buah pandanarang yang tersisa segera kelebatkan tubuh ke belakang dan ambil langkah seribu dari tepian pesisir pantai tirtamaya, sutan alam nan kayo sarungkan kembali badik perak kewarangkanya dan selipkan di pinggang kanan balik baju birunya.
"terimakasih kisanak..atas pertolongannya." ujar gedeng junti sambil susun kedua telapak tangan didepan dada 
"samo-samoinyiek, sebenarnyo apo yg terjadi.."
 ujar sutan alam pelan, lalu dengan singkat gedeng junti ceritakan apa yang tengah menimpanya.
"kalau begitu, ajak ambo ke pecantilan inyiek..".
"tapi anak buah suruhan dampo awang, pasti sudah mengobrak-abrik pecantilan junti.." ujar gedeng junti lirih 
"inyiek tidak usah takut, kami akan membela  sekuat tenaga..". "sekalilagi saya ucapkan terimakasih, maap kalau tidak salah duga apa kalian ini berasal dari tanah seberang.." 
"inyiek benar, kami dari tanah swarnadwipa atau pulau andalas wilayah selatan..".
"sriwijaya..?".
"sekarang phai-liem-bang, inyiek.." (kisah sriwijaya berubah menjadi phai-liem-bang atau palembang masa kini, harap baca babad cirebon, pen).
"inyiek, apa namo daerah ini..".
"pesisir tirtamaya masuk dalam wilayah padukuhan lembah cimanuk gusti Arya Wiralodra sebagai akuwunya..".
"satu saat kami ingin menemui beliau.." ujar sutan alam nan kayo
tak terasa rombongan partai tariang bakilat telah memasuki pecantilan junti yang kini porak -poranda, disebuah bangunan berbentuk pendopo  gedeng junti hentikan langkahnya.
"anak buah  dampo awang, pasti akan mencari kisanak.."
"kami akan menunggunya disini  inyiek"
dengan peralatan yang ada pendopo rumah gedeng junti diperbaiki hingga layak untuk ditempati.
hampir tengah malam pekerjaan memperbaiki kediaman gedeng junti rampung, semua orang tampak tertidur kelelahan.
Tanpa mereka sadari anak buah dampo awang dibawah komando pandanarang dalam jumlah besar tengah mengintai dan mengurung kediaman gedeng junti.
"seeett..seeett..!!!"
ratusan anak panah berapi tampak melesat diangkasa berdesing mengarah kediaman gedeng junti yg kini mulai dikobari api. 
                                             oo0oo

 Kita tinggalkan pecantilan junti.
      dalam eps: mustika lembah cimanuk, aki tinggil, tangan kanan rd.Wiralodra kedatangan seorang tabib wanita nyi mas endang dharma dari pesisir selatan belambangan, walaupun saat itu akuwu wiralodra tidak ada ditempat karen sedang melaksanakan tugas dari sultan cerbon. Tapi  sebelum berangkat rd.wiralodra memasrahkan sepenuhnya tanggung jawab padukuhan cimanuk pada. Ki tinggil, maka nyi mas. Endang dharma dengan segera dapat menempati tanah padukuhan cimanuk yang ditentukan aki tinggil,dalam waktu singkat nama tabib wanita nyi mas endang dharma menjadi terkenal sesantro padukuhan cimanuk, karena bukan saja menguasai ilmu pengobatan, ilmu pertanian dan kanuragan pun dikuasai tabib manita dari pesisir selatan belambangan ini, jadi tidak heran banyak penduduk yang menimba ilmu dan menjadi muridnya. dengan didampingi aki ragil sebagai pembantu setianya keduanya bahu membahu mengharumkan padukuhan cimanuk, hal mana membuat beberapa tokoh rimba putih dan rimba hitam partai-partai persilatan kala itu ingin menjajal kehebatan ilmu nyi mas endang dharma.


partai serikat telaga biru, merupakan salah satu partai silat lintas aliran yg sangat disegani kala itu,  dibawah pimpinan seorang lelaki separuh baya  berperawakan tinggi besar bernama dhanawa gandrung partai silat itu sempat menggegerkan dunia persilatan sampai ke pulau seram.
"bajul saketi, siapkan anak buah pilihan, hari ini juga kita berangkat kepulau jawadwipa untuk menjajal ilmu seorang tabib sakti yang juga katanya seorang wanita  sangat cantik, siapa tahu dia bersedia aku jadikan istri ke senelas ku.ha.ha.ha.."
sang anak buah bajul saketi cuma anggukan kepalanya, dia tahu maksud sebenarnya dari sang pemimpin.
Maka hari itu juga dg mengendarai sebuah perahu besar samudra arapuru siap di layarinya menuju tanah jawadwipa.
                                           oo0oo

     Malam merangkak kepuncaknya, dalam diginnya udara pagi  yang kelam melesat ratusan anak panah berapi berdesing menghujam rumah joglo milik kigedeng junti, dalam sekejap api melalap habis bangunan dimana orang-orang partai tariang bakilat bermalam. Tapi sampai rumah  ludes dan sama rata deng tanah, tak satupun terdengar jerit tangis kesakitan.
"aneh, aku yakin mereka tadi sore masih berada disini.."
bisik salah seorang dari pemanah pada pandanarang. 
"coba periksa puing-puingitu, siapa tahu mereka terbakar pada saat tidur pulas, jadi langsung menemui ajal tidak sempat menjerit.." ujar pandanarang, tak lama lima orang tampak melesat kebekas reruntuhan yang sudah gosong, sesaat kemudian kelimanya kembali melapor 
"tak ada satu pun bangkai yg terbakar, kakang pandanarang..". pandanarang kernyitkan kening, hirup udara malam menjelang dini hari dalam-dalam, parasnya sesaat berubah 
"strategi istana kosong.." gumamnya pelan 
"strategi istana kosong, maksud kakang apa.."
belum sempat pandanarang menjawab, dari berbagai arah melesat ratusan anak panah berapi berdesing menghujam tanah
"DHUAAAARR..!!"
 letusan menggelegar disaat anak panah berapi menghujam bumi, sebuah lingkaran api semburat dari tanah mengepung anak buah pandanarang.
"jebakan..siagakan diri kalian..!!" sentak pandanarang
semua orang yg terkepung api terlihat panik, beberapa orang yg nekat melewati lingkaran api terkapar dengan dada tertembus anak panah yang melesat dari berbagai penjuru, jerit kesakitan terdengar merobek langit, beberapa anak buah pandanarang yang berhasil melewati lingkaran api langsung disambut hujaman pedang dan tombak, dalam sekejap bau sangit daging terbakar tercium kemana-mana...saat itulah dari kegelapan malam sesosok bayangan berkelebat ketengah-tengah lingkaran api dan dengan kecepatan yang sukar diikuti pandangan mata, sosok ini putar benda yang ada digenggamannya dengan cepat, dan dari bayang-bayang putaran benda itu melesat sinar kuning berbuntal kesegala arah memadamkan kobaran lingkaran api, dalam hitungan detik api langsung padam, kini ditengah lingkaran hitam berdiri satu sosok tinggi besar dengan cambang bawuk lebat berhidung bangir bermata sipit, ditangan kanannya tergenggam sebuah pendayung berwarna kuning keemasan.
"kiageng dampu awang, sukurlah sampean datang.." ujar pandanarang lantang, orang yang dipanggil dampu awang ini sunggingkan senyum simpul. 
"pandanarang, baru menghadapi situasi seperti ini kamu sudah jerih..".
"kami dijebak kiageng..".
kiageng dampu awang tidak pedulikan ucapan orang matanya yang sipit pandang lurus kedepan.
"kalian yang berlindung di selimut malam, tunjukan rupamu..".
belum sirap gema suara kiageng dampu awang dalam sekejap puluhan orang tampak melesat mengurungnya ditengah-tengah.
"hanya kerco-keroco, tunjukan tuan besarmu.." sentak kiageng damp awang lantang, tak lama diudara malam melesat satu sosok dan dengan ringan jejakan kaki ditanah.
"apa kau pemimpinnya..".
pandanarang tampak membisikan sesuatu ke telinga kiageng dampu awang.
"bukan dia, orang yang mempecundangi kami ditepi pesisir pantai tirtamaya memakai ikat kepala lancip didepan.."
"kenapo berbisik-bisik.." ujar sosok yang  tak lain dari badarudin ali
"aku mencari pemuda yg memaki ikat kepal runcing, bukan kau..monyet bergelang akar bahar.."
dikatakan monyet bergelang akar bahar, badarudin ali cuma senyum-senyum saja..".
"waang hiduang mancuang, hadapi dulu monyetnya baru baruak gadang belakangan.." ujar badarudin ali 
"bocah jumawa..lihat dayung..!!" 
didahuluh bentakan nyaring tubuh tinggi besar kiageng dampu awang putar dayung emas di tangannya dengan cepat dan dalam satu kelebatan, tubuh tinggi besar itu hujamkan pendayung kearah badarudin ali, badarudin ali miringkan tubuh kesamping mengindari pendayung
 "craaass.." 
punggung kanan baju badarudin ali tampak robek besar hangus terkena sambaran bayangan dayung.
"cilako, baru bayangan dari senjatonya sajo mampu melukai.." gumam badarudin ali lalu lentingkan tubuh dan bersalto beberapa kali diudara ketika injakan kakinya kembali ditanah tanpa diduganya sosok kiageng dampo awang sudah berada satu tombak diatasnya
 "deess.." 
sebuah jatuhan tumit mendarat tepat di bahu badarudin ali yang robek, tubuh pemuda ini tampak terhuyung tapi dengan sigap lesatkan tubuhnya kebelakang .
"ck.ck.ck..meleset..seharusnya kena disini nih.."
gumam kiageng dampu awang sambil tepuk-tepuk kepalanya beberapa kali.
"hiduang mancuang, boleh juga waang.."
"tidak usah banyak cakap lihat serangan.."
kiageng dampu awang kelebatkan tubuhnya hingga lenyap dari pandangan badarudin ali. 
"serangan dari atas lagi.."
 gumamnya badarudin ali 
" dueess.."
 tak disangka dari arah samping kiri sebuah sapuan kaki melibas tubuh bagian bawah badarudin ali.

     Badarudin ali lentingkan tubuhnya keatas menghindari jurus sapuan kiageng dampu awang, tapi tanpa diduga tubuh tinggi besar dampu awang kini berada satu langkah dihadapannya sambil menyilangkan dayung emas kedepan, dengan sigap badarudin ali tangkap pendayung dengan kedua tangannya.
"kena kau..".
gumam dampu awang sambil sunggingkan senyum lantas dorong dayung yang ada ditangannya kedepan lalu dilepaskan, tak ayal tubuh badarudin ali terjengkang kebelakang oleh tenaganya sendiri dilain kejap sebuah tendangan beruntun telak menghujam dadanya yang diakhiri tendangan melingkar kearah kepala. 
"dess."
 tubuh badarudin ali terjengkang dayung emas lepas dari genggamannya yang langsung disambut kembali oleh dampu awang kini dengan ganas arahkan dayung emas kearah batok kepala badarudin ali, sejengkal lagi kepala badarudin ali remuk kena hujaman dayung, selarik sinar putih menahan laju dayung hingga terpaksa kiageng dampu awang tarik pulang pendayung yang dirasakannya panas membara.
"cah bagus, siapa kowe..".
Sutan alam nan kayo cuma tersenyum dengan cepat masukan kembali badik perak kedalam balik pakaiannya, rupanya senjata itulah yg dipakai menangkis pendayung yang  hendak meremukan kepala badarudin ali.
"maapkan bila sambutan ambo tak berkenan di hati mamak..". Kiageng dampu awang pandang pemuda gagah yg ada didepannya.
"ah, rupanya kaulah pemimpinnya cah bagus..". 
sutan alam nan kayo rangkapkan kedua tangan di dada dan tundukan kepala, pada saat yang sama dikejauhan menggaung suara terompet dari kerang.
"kiageng, panggilan berlayar dari laksamana cheng-ho sudah terdengar..". bisik ki pandanarang.
"aku tahu..." gumam kiageng dampo awang, dengan senyum dikulum kiageng dampu awang maju selangkah kehadapan sutan alam nan kayo
"cah bagus, sayang aku belum sempat menguji kemampuanmu, dan kau gedeng junti lima purnama dari sekarang aku akan datang memboyong nyi mas kawunganten, ingat itu baik-baik.".
kiageng dampu awang lantas langkahkan kakinya kearah utara diikuti pandanarang dan sisa-sisa anak buahnya, sekali lagi di kejauhan gema terompet dari kerang terdengar, dilain kejap sebuah perahu besar tampak melaju membelah laut jawa kearah barat daya.
ooooOoooo

      sebuah perahu besar tampak lempar sauh dipesisir pantai eretan kulon, dari dalam bilik keluar seorang lelaki tinggi besar dengan rambut dikepang kebelakang.
"bajul saketi, apa kita sudah sampai di tanah jawadwipa..".
"menurut peta dan perhitungan bintang, kita sekarang berada dipesisir eretan bagian barat, untuk menuju padukuhan cimanuk kita ambil jalan darat ke arah tenggara, tuanku jong danawa gandrung.."
"bagus-bagus, aku sudah tidak sabar untuk dapat menjajal kemampuan tabib itu, ha.ha.ha..".

Siapakah mereka? Rupanya keharuman nama nyimas Endang dharma bukan saja tersebar dikalangan padukuhan cimanuk dan tanah jawadwipa saja, malahan dari pulau paling jauh diujung nusantara puncak jaya wijaya nama tabib wanita itu seakan terbawa angin mamiri ke peloksok negri, tersebutlah partai telaga biru dibawah pimpinan danawa gandrung yang kini sudah mendarat di tanah jawadwipa tengah menuju padukuhan cimanuk.
"bajul saketi, sebelum kita menuju ke padukuhan cimanuk tidak ada salahnya kalau kita taklukan dulu partai-partai silat tanah jawadwipa ini..".
"rencana yang jitu tuan jong danawa gandrung.." ujar bajul saketi
"baiklah mari kita tancapkan taring partai telaga biru mulai dari pesisir eretan ini.."
sentak danawa gandrung, tak lama beberapa orang dengan perawakan tegap dan wajah-wajah sangar tampak berlompatan dari dalam perahu besar.
                                                 oo0oo

     Pulau jawadwipa, terkenal melahirkan banyak tokoh-tokoh kosen mumpuni sejak zaman kerajaan mataram kuno sampai dg kerajaan islam pertama samudra pasai, kebanyakan tokoh-tokoh ini diambang usianya yg senja banyak mendirikan partai-partai perguruan silat yang gaungnya mampu menembus luar kepulauan nusantara raya sampai ke semenanjung galapagos, partai silat cakar liong adalah salah satu partai yg sangat disegani seantero pesisir utara sampai pesisir kidul disebelah selatan kala itu, pagi itu disaat beberapa murid cakar liong sedang berlatih gerakan-gerakan ninjut-tsu salah satu aliran beladiri ala negri tirai bambu, china.
"bruaaak...!!" 
tiba-tiba pintu gerbang yang terbuat dari rangkaian batang bambu hancur, dua sosok murid cakar liong terkapar dengan tubuh kaku terbungkus lapisan es, disusul berkelebat beberapa orang berwajah sangar, salah seorang dengan perawakan tinggi besar dan rambut dijalin kebelakang berdiri berkacak pinggang.
"mana suhu kalian, suruh keluar..kami ada sedikit urusan..".
seorang anak murid yang rupanya dituakan oleh rekan-rekannya lesatkan badan lalu dengan ringan jejakan kaki lima langkah dari hadapan orang tinggi besar. 
"kau suhu, partai ini..".
"maap kisanak, suhu kami sedang ada urusan disatu daerah, aku wang-tchi penanggung jawab partai ini.." 
orang tinggi besar dengan rambut dijalin kebelakang pandang lekat-lekat pemuda keturunan yang ada dihadapannya.
"tak apa, suhu kalian tidak ada ditempat, dengar mulai hari ini partai cakar liong berada dibawah kekuasaan partai perserikatan telaga biru.."
ujar orang tinggi besar yang tak lain dari danawa gandrung
wang-tchi pemuda keturunan ini kerutkan kening sampai alisnya yang mencuat keatas tambah runcing.
"kisanak, kalian datang dengan maksud tidak baik, maap kalau sambutan dari partai kami jadi kurang berkenan.."
jong danawa gandrung sunggingkan senyum tipis. 
"bocah peranakan cina bau kencur, lihat serangan..". 
sebuah sambaran angin teramat dingin melesat dari telapak tangan danawa gandrung, wang-tchi yang sudah siaga sejak tadi putar samurai ditangan kanannya menangkis serangan, hawa teramat dingin buyar melesat ke sebuah pohon yang langsung terbungkus lapisan es tipis lalu ketika mencair pohon tersebut meledak jadi serpihan-serpihansalju.
"aji tapak salju jaya wijaya..ternyata, kau murid penghianat yg diceritakan suhu.."
danawa gandrung tersentak orang mengenali aji pukulan saktinya.
"siapa nama suhumu.."
"wong agung manok wari.."
danawa gandrung tambah terkejut, selintas terbayang dibenaknya sesosok tubuh lelaki tua dengan rambut putih dikepang kebelakang.
"murid murtad, bilangan tahun kau melarikan kitab pusaka inti salju abadi milik suhu wong agung manok wari, sekarang atas nama suhu dan partai, kembalikan kitab pusaka itu..".
"baik hari ini aku kembalikan kitab itu padamu, tapi sebelumnya..anak-anak musnahkan partai cakar liong sama rata dengan tanah.." 
sentak danawa gandrung lantang disusul beberapa orang dengan perawakan kekar serta tampang  sangar merangsak kedepan dalam waktu singkat pecah pertempuran yang dahsyat.

      Lambat laun, karena kalah jumlah ditambah dengan ilmu maut tapak salju jaya wijaya dalam waktu singkat partai cakar liong dapat ditaklukkan, tapi wang-tchi salah satu anak murid cakar liong dapat meloloskan diri.
"cukup, tidak usah dikejar..lukanya cukup parah, tapak saljuku sempat mengenainya kalu sampai besok tidak diobati nyawanya tinggal bilangan jam.." ujar danawa gandrung 

dan begitulah, setelah partai cakar liong dapat ditundukan, partai-partai kecil lainnya disepanjang tepi pesisir pantai utara dalam waktu kurang lebih satu bulan menjadi taklukan partai serikat telaga biru.

                                                ooo0ooo

    

     Senja temaram, semilir angin mengandung garam terasa kesat menerpa kulit, dari balik lamping bukit karang seorang pemuda gagah berbaju putih ringkas hentikan langkahnya, sekali hentakan kaki tubuhnya sebat melesat diantara deretan pohon nyiur yg melambai ditiup angin senja, diantara gundukan karang sesosok tubuh tampak tertelungkup pemuda baju putih balikan tubuh orang.
"dingin seperti es.."
gumam sang pemuda,
"orang ini terluka dalam cukup parah, denyut jantungnya sangat lemah, anehnya sekujur tubuh seperti dilapisi es.."
pemuda baju putih lantas tempelkan telapak tangan didada sebelah kiri orang yang tampak tengah sekarat, perlahan hawa hangat menjalar keseluruh tubuh, lapisan-lapisan es seperti kristal meleleh lalu sirna, kini tubuh yang semula dingin kaku mulai bergerak kedua mata perlahan terbuka.
"alhamdulilah kisanak sudah siuman.."
pemuda bermata sipit yang ternyata wang-tchi, anak perguruan partai cakar liong pandang sekeliling, ingatannya mulai pulih.
"terima kasih, tuan telah menolong saya.., siapa tuan pendekar ini"
" saya wiralodra.."
"sukurlah, apakah sekarang saya tengah berhadapan dengan akuwu padukuhan  lembah cimanuk.."
"betul kisanak, lalu apa yang terjadi dengan kisanak ini..".
"saya wang-tchi, anak perguruan partai cakar liong..".
"partai cakar liong, bagai mana kabar wong agung manok wari suhu mu itu.."
"tuan akuwu mengenal suhu saya.."
"saya sahabat lama suhumu itu.." .
Lalu dg singkat wang-tchi, menceritakan nasib yang tengah dialami partai cakar liong.
"saya mengenal jong danawa gandrung murid pertama wong agung manok wari itu, tak disangka kedatangannya jauh-jauh dari pulau cendrawasih mempunyai niat yang kurang baik, lalu suhumu wong agung manok wari ada dimana sekarang.."
"suhu sedang mengunjungi seorang sahabat dipulau nias tanah toraja..".
"baiklah wang-tchi, kejadian di kawasan padukuhan cimanuk menjadi tanggung jawab saya, sekarang susul suhumu, ceritakan semua kejadian yang kalian alami.." ujar raden wiralodra
"baik tuan akuwu, sekarang juga saya berangkat menyusul suhu..".
keduanya lalu berpisah, kelak dikemudian hari disaat padukuhan cimanuk berkembang dengan pesat dan menjelma menjadi kota kadipaten serta rd.arya wiralodra diangkat sebagai adipatinya anak keturunan dari wang-tchi ini lah yang akan meramaikan pembangunan kota dengan gedung-gedung eksotiknya.
                                                   ooo0ooo


      Nyimas endang dharma dan pengikut setianya aki ragil pagi itu tengah melakukan kunjungan rutinnya di pecantilan-pecantilan wilayah padukuhan cimanuk, sambil mendermakan ilmu pertanian dan ketabiban yang dikuasainya, tiba-tiba ditengah perjalanan aki ragil menghentikan laju pedatinya.
"ada apa paman ragil.."
"den ayu, didepan sana ada orang tertelungkup di pingir jalan.."
"coba paman lihat, siapa tahu dia butuh bantuan..".
dengan sekali hentakan kaki, tubuh ringkih ki ragil tampak melesat dg sebat dan jejakan kaki dihadapan sosok yg tergeletak di tepi jalan, aki ragil tempelkan telinga di dada orang.
"hanya pingsan den ayu..".
"lekas bawa naik kepedati paman..".
aki ragil lantas dukung tubuh orang dipundak kirinya dan kembali hentakan kaki melesat kearah pedati.
"tubuhnya lemah sekali paman, mari kita bawa ke rumah.."
aki ragil kembali jalankan pedatinya, kurang lebih seratus langkah berjalan dari arah depan terdengar jeritan dan teriakan-teriakan disusul beberapa orang tampak berlari berhamburan, aki ragil lantas bertanya pada salah seorang yang tengah lari memapasinya.
"ada apa kisanak.."
"partai serikat telaga biru, kembali membuat onar..partai silat pedang sembilan diobrak-abrik..".
"apa yg terjadi paman..".
"partai serikat telaga biru kembali beraksi den ayu..".
"paman ayo kita lihat kesana..".
"tapi den ayu, partai itu sangat berbahaya.."
"paman ragil, kita bukan mau melawan partai serikat telaga biru tapi mau melihat kondisi partai pedang sembilan, siapa tahu mereka perlu pertolongan mengobati yang terluka..".
mau tidak mau aki ragil arahkan pedati ke jalan yg menuju partai silat pedang sembilan, saat pedati memasuki halaman perguruan silat partai pedang sembilan pemandangan mengerikan terpampang didepan mata, mayat-mayat bergelimpangan, ceceran darah terpendar kemana-mana  ditambah kobaran api mulai membakar gedung utama perguruan silat pedang sembilan.
"paman kita terlambat, sebelum kembali ke rumah mari kita makamkan jenajah orang-orang malang ini.."

Setelah semua mayat diurus secara layak, keduanya kembali melanjutkan perjalanan pulang ke padukuhan cimanuk, nyimas endang dharma tidak menyadari maut tengah menantinya .
                                             ooo0ooo
     
     Teluk itu begitu besar, hingga beberapa orang menamainya teluk agung, diatas sebuah karang yang kokoh dari hantaman gelombang pantai limbangan berdiri sebuah bangunan berbentuk rumah gadang khas minangkabau dengan bendera segitiga berumbai warna merah bergambar kepala macan kumbang dengan taring yang berkilat keperakan manakala tertimpa sang surya dipagi hari, sementara itu diluar pintu gerbang beberapa sosok terlihat berkelebat dan saat berikutnya seorang tinggi besar dengan cambang bawuk dan rambut panjang dijalin kebelakang sudah berdiri lima langkah dari bangunan.
"ketua partai tariang bakilat, harap unjukan diri..".
Tak lama gaung suara orang sirap diudara melesat beberapa sosok tubuh dan dengan enteng jejakan kaki ditanah.
"selamat datang dipartai tariang bakilat inyiek.."
"tidak usah basa-basi, aku dhanawa gandrung atas nama ketua partai serikat telaga biru, mulai hari ini partaimu dibawah kekuasaan partai kami, mengerti.."
ketua partai tariang bakilat, sutan alam nan kayo sesaat pandang wajah orang dihadapannya.
"maap inyiek pandeka gadang, tak elok rasanyo ucapan nan ambo dengar, kami tak mencari lantai terjungkat dinagari rantau..".
"tak usuh banyak bicara, anak-anak ubrak-abrik dan sama ratakan tempat ini dengan tanah..".
Sekitar selusin orang bertampang sangar dg pedang terhunus melesat kearah anggota tariang bakilat dan dalam sekejap pertempuran diteluk agung pecah.
beberapa anggota partai tariang bakilat dibawah aba-aba badarudin ali dengan bersenjatakan rencong kembar menggebrak habis-habisan lawannya, sedang sutan alam dengan badik peraknya  bergerak lincah  melesat kian kemari, setiap ayunan badik lima orang anggota partai serikat telaga biru terjengkang menemui ajal dengan tubuh membiru, mengetahui pihaknya banyak jatuh korban dhanawa gandrung lentingkan tubuhnya  dengan ilmu telapak salju jaya wijaya kearah sutan alam.
"blaaar..!!"
sebatang pohon kiara hancur jadi bubuk salju manakala angin pukulan telapak salju jaya wijaya memantul ditangkis bilah badik perak sutan alam.
"tapak salju jaya wijaya, apa hubungan orang ini dengan wong agung manok wari sobat kakek guruku.."
membatin sutan alam tapi lamunan sutan alam harus dibayar mahal manakala sebuah tendangan beruntun telak mengenai hulu hatinya disusul sambaran angin teramat dingin membekukan sekujur tubuhnya. Melihat lawannya kaku tak bergerak dhanawa gandrung pukulkan dua tapak tangan sekaligus rupanya ketua partai serikat telaga biru ini bermaksud menghabisi sutan alam dg cepat, sejengkal lagi pukulan maut yg menggegerkan rimba persilatan sampai ujung timur nuswantara ini melibas tubuh sutan alam.
"blaaaarrr..!!"
sosok tinggi besar dhanawa gandrung terbanting ketanah, tapi dengan sigap lentingkan tubuhnya keatas bersalto beberapa kali diudara dan jejakan kakinya dengan ringan ditanah lalu siap menyerang kembali, tapi alangkah kagetnya ketua partai serikat telaga biru ini begitu melihat dihadapannya kini berdiri seorang pemuda gagah berbaju putih ringkas.
"wiralodra, benarkah pandanganku ini.."
pemuda gagah baju putih rangkapkan kedua tangan didepan dada.
"dhanawa gandrung, gurumu wong agung manok wari mengirim pesan padaku agar kau menyerahkan kitab pusaka inti salju abadi yang kau curi.."
dhanawa gandrung pandang pemuda gagah dihadapannya beberapa saat, ingatannya kembali kemasa sepuluh tahun dimana dia masih menjadi murid wong agung manok wari di kepulauan cendrawasih puncak jaya wijaya.
"ternyata benar kau wiralodra, sepuluh tahun yg lewat kita pernah duel pada saat kau berkunjung ke puncak jaya wijaya.."
"ingatanmu masih tajam dhanawa gandrung, sayang kita dipertemukan dlm situasi yang tidak mengenakan.."
"dengar wiralodra, sebenarnya aku datang jauh-jauh mencarimu gara-gara kamu ajian bayu bajra tidak bisa aku miliki, karena wong agung manok wari sudah terlebih dulu memberikannya padamu, makanya aku curi kitab pusaka inti salju abadi, untuk menantangmu berduel..".
"rupanya tangan jahatmu pada pemuda ini dilambari oleh ajian yang kau pelajari dari kitab pusaka itu.."
"tepat sekali wiralodra..".
"dhanawa gandrung, kita pernah jadi sahabat.."
"sudahlah wiralodra, itu masa lalu, zaman sudah berubah.."
"dhanawa gandrung, aku sebagai akuwu daerah ini berhak bertindak tegas padamu.."
"terserah apa katamu, wiralodra."
dhanawa gandrung kembali melesat dengan sebat, dilain kejap satu sinar merah dari langit tampak masuk ketubuh dhanawa gandrung tanpa dia sadari, begitu tapak tangannya dikibaskan selarik sinar putih terbungkus gumpalan sinar merah menderu kearah tubuh rd. Wiralodra, akuwu cimanuk ini dengan cepat rapal aji lembu sekilan.
"blarrr..!!"
dentuman meledak menghambur berbalik kearah tubuh dhanawa gandrung, tubuh tinggi besar itu terlihat cerai berai jadi abu, tapi aneh begitu tertiup semilir angin tubuh dhanawa gandrung kembali utuh.
"pancasona..!!"
sebuah teriakan menggelegar mengagetkan rd.wiralodra.
                                                oo0oo

     Kita tinggal sejenak pertempuran antara dhanawa gandrung dan rd.arya wiralodra di teluk agung markas partai tariang bakilat.
masih diwilayah padukuhan cimanuk sebelah utara disebuah lembah hijau berhawa sejuk bernama bojong sari disanalah nyimas. Endang dharma tinggal atas izin aki tinggil tangan kanan rd. Arya wiralodra, mentari baru sepenggalah ketika tabib dari pesisir timur belambangan ini keluar dari masjid yang didirikannya setelah menunaikan salat duha, tiba-tiba beberapa orang bertampang sangar tampak berdiri lima langkah dihadapannya.
"maap kisanak-kisanak ini siapa dan ada maksud apa sepagi ini datang ke tempat kami..".
Sesosok pemuda tegap dg sebelah tangan kiri dibalut sejenis kain hitam maju selangkah.
"nyimas Endang dharma, mungkin kau akan ingat dengan jurus ini..".
pemuda tegap lentingkan tubuhnya dengan cepat keudara setelah bersalto beberapa kali tangan kiri yang dibalut kain hitam kebutkan ke sebatang pohon tambesi.
"cras..cras..cras..!!"
ketika pemuda tegap ini kembali injakan kaki ditanah dibelakangnya. Pohon tambesi yg sudah berusia ratusan tahun roboh bergemuruh terpotong jadi tiga bagian.
"jurus sambaran swastika iblis, apa hubungan mu dengan menak bhirawa, wedana belambangan itu.."
"duapuluh tahun yang lewat seorang anak sepuluh tahun dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan bagaimana ayahnya dihakimi massa karena laporanmu pada penguasa belambangan.."
"apakah kisanak anak dari wedana itu..".
"aku menak sanggarung, datang menuntut bela atas kematian ayahku..".
"dengar menak sanggarung, ayahmu menemui ajal karena terang-teranganan memberontak kekuasaan raja belambangan, serta ratusan nyawa hilang karena jurus sambaran swastika iblis ayahmu.."
"aku tidak peduli, bagaimanapun juga kau masih adik dari raja belambangan itu, akan aku bunuh satu persatu orang-orang yang disayanginya setelah itu, baru raja blambangan dengan jurus sambaran swastika iblis warisan ayahku.."
nyimas. Endang dharma tertegun sejenak.
" duh gusti Allah..jurus maut itu sangat berbahaya, duapuluh tahun silam baru bisa dimusnahkan dengan gabungan beberapa tokoh silat kawakan, sedang aku sekarang sendirian menghadapinya.."
"nyimas. Endang dharma kenapa diam kau takut.."
"menak sanggarung, hanya gusti Allah yang aku takuti.."
"bagus kalau begitu, bersiaplah menemui ajalmu.."
seperti tadi, menak senggarung lesatkan tubuhnya dan bersalto beberapa kali diudara dan kebutkan telapak tangan kiri kearah nyimas. Endang dharma. Walau sekejap mata tajam tabib wanita ini sempat melihat larikan benang dengan cepat keluar dari tangan kiri menak senggarung, dengan mengandalkan kegesitan tubuh kini nyimas. Endang dharma sudah berada satu tombak diatas kepala menak senggarung yang saat itu sebuah batu besar terbelah jadi tiga bagian terkena jurus sambaran swastika iblis.
"jurus ganas.." membatin nyimas endang dharma yang saat itu masih melayang diudara, mengetahui lawan berada diudara dengan cepat menak senggarung kebutkan kembali tangan kirinya keudara.
"tar..tar..tar..!!"
selarik sinar coklat memapasi jurus sambaran swastika iblis, menyelamatkan nyimas. Endang dharma ,pada waktu yang sama jejakan kakinya kembali ditanah.
Sosok renta aki ragil tampak silangkan cemeti didada kirinya.
"anak wedana pemberontak, menyesal aku dulu menyelamatkan nyawamu dari amukan massa yang akan membantai mu.."
pemuda tegap pandang sesaat tubuh renta dihadapannya.
" kakek buyut kiyai rangga samasta, apa aku tidak salah menduga.."
tubuh pemuda tegap menak sanggarung tampak bergetar dan taklama jatuhkan diri dihadapan aki ragil yang dipanggil kiyai rangga samasta.
"benar aku kiyai rangga samasta kakek buyutmu, ayahmu memang telah salah jalan maka untuk menebus kekeliruan keluarga kita pada baginda raja belambangan aku mengabdikan diri pada keluarga kerajaan, termasuk nyimas. Endang dharma adik dari sang baginda.."
"maapkan saya kyai selama ini amarah telah membutakan mata batin saya.."
"sudahlah menak senggarung, yang lalu biarlah berlalu sekarang kita buka lembaran baru dipadukuhan cimanuk ini, dan mulai sekarang biasakan dirimu memanggilku dengan aki ragil saja.."
"baiklah kakek buyut.." pemuda tegap itu lantas menjura hormat pada nyimas. Endang dharma.
"gusti putri, maafkan semua kekeliruan hamba.."
"saya maafkan menak senggarung, dan mulai saat ini panggil saya dengan nyimas endang dharma saja, seperti saat kau memanggilku ketika tadi kau datang.."
menak sanggarung cuma diam. Sejak saat itulah menak sanggarung menjadi salah seorang pembantu setia nyimas endang dharma bersama kakek buyutnya kiyai rangga samasta atau aki ragil.

ooooOoooo

     Indra waskita rd. Arya wiralodra melihat dhanawa gandrung yg jadi lawan tandingnya ternyata telah disusupi satu kekuatan lain dari musuh lamanya, dhuryudana yang menyempurnakan ajian karang rawarontek dg pancasona.
"dhuryudana, keluar dari raga dhanawa gandrung..". Akuwu cimanuk ini lantas rubah kuda-kudanya dengan cepat.
"ha.ha.ha. ksatria..dengar, selama dunia belum kiamat dhuryudana tak akan pernah musnah.."
kembali sosok dhanawa gandrung yang sudah disusupi arwah dhuryudana hantamkan telapak tangannya kedepan, sinar putih keperakan berbalut gumpalan merah melesat kearah rd. Wiralodra yg kini siapkan pukulan bayubajranya.
"buuuummm...!!"
dentuman keras mengguncang pedataran karang telukagung.
Tubuh dhanawa gandrung cerai berai dibuatnya tapi kembali utuh disaat semilir angin menerpanya. Saat itulah selarik sinar perak keemasan melesat dari balik pinggang pakaian rd. Wiralodra berdesing melesat kearah dada dhanawa gandrung.
"sssttap..!!"
raungan bak serigala keluar dari mulut dhanawa gandrung manakala sebuah anak panah perak keemasan berujung cakra menancap tepat diantara tulang rusuk ketiga sebelah kirinya, sinar merah terlihat melesat menembus langit dari ubun-ubun dhanawa gandrung, suara tanpa ujud membahana berat bak datang dari jurang yg sangat dalam.
"ksatria..kelak, keturunanmu yang bermental angkara dan haus kekuasaan akan menjadi budakku.."
rd. Arya wiralodra usap wajahnya berulang kali sambil berigstifar, panah cakra udaksana kembali terselip dipinggangnya, dengan sekali lompat tubuh akuwu cimanuk ini dekati dhanawa gandrung yang tengah sekarat.
"wiralodra aku.."
"dhanawa gandrung jangan banyak bicara dulu.."
lantas rd. Wiralodra tempelkan telapak tangannya ke dada dhanawa gandrung.
"dengar wiralodra, ajalku sudah dekat, tolong bawa jasadku pada guru.."
bersamaan dengan gelegar halilintar jasad dhanawa gandrung perlahan berubah menjadi segumpal salju yang kemudian dikumpulkan oleh rd.wiralodra  kelak akan dibawanya ke kepulauan cendrawasih atau kasuari puncak jaya wijaya.

      Sementara itu ketua partai tariang bakilat sutan alam nan kayo yang saat itu masih kaku akibat pukulan salju jaya wijaya milik dhanawa gandrung tengah di dukung oleh badarudin ali.
"maap kisanak boleh aku melihat kondisi temanmu.."
badarudin ali anggukan kepalanya, dengan segera rd.wiralodra tempelkan telapak tangannya didada sutan alam yg dalam sekejap butiran-butitan bunga es musnah dari tubuh ketua partai tariang bakilat.
"terimakasih tuan akuwu.."
"jangan sungkan-sungkan kisanak.."
"tuan akuwu kami dari partai tariang bakilat mulai hari ini menyatakan sumpah setia pada tuan akuwu.."
"baiklah datanglah kepadukuhan cimanuk, mungkin satu saat aku membutuhkan kalian"
rd. Arya wiralodra rangkapkan kedua tangan didepan dada setelah mengucap salam sosoknya kini sudah berada jauh belasan langkah dari teluk.
"satu saat dia akan jadi orang besar.." gumam sutan alam dalam hati. 
                                                    oo0oo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers