Dlm awal tulisan dikisahkan bagaimana akhirnya rd.puronegoro berhasil menguasai jurus "tapak cecak" dari resi maruta mandra yg seharusnya putra tumenggung seda krapyak itu harus dibunuh oleh sang resi sakti tsb.(baca eps. Pertama Bhumi deres mili) dalam perjalanan pulang ke bukit cadas gempal setelah melakukan tapa brata di delta sungai kapetakan langkah ringan rd.puronegoro terhenti, seorang tua berjubah putih tau2 sudah berdiri tiga langkah dihadapannya, melihat siapa yg datang pemuda tegap berpakaian hitam tundukan kepala sambil susun kedua telapak tangan ke dada. " kyai sangkan, terimalah hormat saya.". Orang tua berjubah putih sunggingkan senyum diwajahnya yg kelimis. "anak muda, agaknya peristiwa dahsyat baru saja kau alami..". "dugaan kiyai sangkan tidak keliru..". Lalu dengan singkat rd.puronegoro menceritakan pengalamannya. "anak muda, apapun kepusanmu itu semua adalah hak mu, tapi ingat kewajibanmu sebagai seorang kesatria jangan pernah kau abaikan.." rd.puronegoro tercenung mendengar ucapan kyai Sidum, terbayang kembali wajah romonya tumenggung seda kerapyak, wajah tampan itu tampak sesaat murung. "kyai tapi saya.." belum selesai ucapan rd.puronegoro, orang tua berjubah putih telah hilang dari hadapannya. "orang tua aneh datang dan pergi sesukanya..". Rd.puronegoro tampak masih berdiri ditempatnya, perang bathin sedang berkecamuk dalam dadanya, antara melaksanakan titah romonya untuk mengabdi di kesultanan cerbon atau mengikuti gejolak darah mudanya yg masih panas membara, belum sempat rd.puronegoro melangkahkan kaki suasana alam sontak berubah redup disusul gelegar halilintar memekakan telinga, kini lima langkah dihadapannya telah berdiri pemuda berperawakan tegap berikat kepala merah sambil mengumbar tawa." bila ingin sempurna lakukan sendiri, seharusnya dari awal aku tahu wuluh balang memang tidak bisa diandalkan..". Rd. Puronegoro kernyitkan keningnya "apa maksud dari semua kata2mu kisanak..". "kau, anak tumenggung seda krapyak, dungu tapi beruntung..". Rd.puronegoro tambah bingung dg ucapan orang, tapi langsung tercekat begitu pemuda berikat kepala merah melanjutkan kata2nya. "wuluh balang adalah salah satu warok dari komunitas kesangyangan, sengaja menyuruhmu mengantarkan surat pada gurunya resi.maruta mandra untuk membunuhmu, tapi ah..cinta memang buta..rupanya..". "jadi semua itu..". "otakmu mulai jalan raden..tapi terlambat untuk menyesalinya, sekarang seperti ucapanku tadi, pengen sempurna lakukan sendiri, terimalah ajalmu..". Didahului suara menggembor seperti geledek tubuh pemuda tegap berikat kepala merah melesat ke arah rd.puronegoro dg kembangkan dua telapak tangan yang membersitkan sinar merah mengarah kepala dan dada sebelah kiri putra tumenggung seda krapyak yg masih terpaku ditempatnya berdiri.
Disaat kekalutan hati menghimpit perasaan, rd.puronegoro seolah tidak menyadari maut yg tengah mengincar nyawanya. Sejengkal lagi kedua larik sinar merah mencapai kepal dan dadanya, secara reflek tubuh rd. Puronegoro melesat tiga tombak kebelakang tapi dg cepat melesat kembali kedepan laksana kilat sambil memgembangkan kedua telapak tangan menyongsong larik sinar merah."blaaarr..!!!", bumi terasa seperti digoyang lindu, kedua sosok tubuh sama2 terpental lima tombak kebelakang, tapi dg sebat pemuda tegap berikat kepala merah lentingkan tubuhnya dan bersalto beberapa kali diudara, begitu jejakan kakinya kembali ketanah tubuh rd.puronegoro sdh tdk tampak lagi ditempatnya. "hem..apakah pemuda itu lagi yg ikut campur, tapi rasanya bukan dia..aku tdk merasakan hawa aji lembu sekilan ditempat ini, lebih baik aku langsung ke cerbon..". Pemuda tegap berikat kepala merah hentakan kakinya ketanah, dalam sekejap sosoknya hilang dibalik rimbunnya pepohonan. -¤-
Rd.puronegoro merasakan tubuhnya seperti dibawa terbang, dia dapatkan dirinya dipanggul dibahu orang, putra tumenggung seda krapyak itu berusaha palingkan wajah ingin tahu siapa yg mendukung tubuhnya sambil berlari, tapi rasa kantuk tiba2 menyerangnya, dalam kelelahan yg luar biasa pemuda berbaju hitam itu akhirnya tertidur. Sosok yg memanggul tubuh rd.puronegoro sampai di mulut sebuah gua dg cepat kelebatkan tubuhnya masuk kedalam gua, lalu tubuh rd.puronegoro dibaringkannya di atas batu pipih beralas jerami kering, sesaat diperhatikannya kondisi rd.puronegoro, helaan nafas kekhawatiran keluar dari mulutnya. "duh, gusti Allah..mampukah pemuda ini bertahan dari pukulan aji gelap ngampar..hanya ada dua orang yg sanggup memulihkannya..akuwu wiralodra dan sinuhun cerbon, daerah ini dekat dg padukuhan cimanuk, lebih baik aku membawanya kesana..". Dg cepat tubuh rd.puronegoro dipanggulnya kembali dilain kejap sosoknya terlihat jauh dilamping bukit sebelah utara
_o0o_
Dua ekor lembu penarik pedati berhenti tepat di depan bangunan bercungkup padukuhan cimanuk, tak berapa lama pembantu setia rd. Arya wiralodra, aki tinggil tampak mengobrol dg tamunya dipendopo. "perkenalkan saya endang darma, dan ki ragil dri pesisir timur belambangan, maksud kedatangan kami kepaukuhan ini mohon izin utk hijrah, sudi kiranya kami diterima..". Aki tinggil pandang sesaat wanita dg rambut di gelung kebelakang lalu alihkan pandangannya pada sosok kurus ki ragil. " siapapun yg mau menetap di padukuhan cimanuk akan kami terima dg tangan terbuka, tapi sayang rd. Arya wiralodra sebagai akuwu tdk bsa menyambut kalian, beliau sedang menjalankan tugas dari sinuhun cerbon.." .
Tiba2 dari arah pintu gerbang barat seorang pengawal tampak memapah sosok tubuh dibantu seorang tua berjubah putih. Aki tinggil langsung bergegas menyongsong."ki gedeng Alang-Alang sobat lamaku ada angin apa andika datang kemari, siapa pemuda ini..".ki tinggil sebut nama kyai sangkan dg nama aslinya..". "ki tinggil apakah rd. Wiralodra ada di tempat.." dg singkat diceritakannya maksud dan tujuan kedatangannya. "ah, sayang sekali kalau begitu, terpaksa saya harus membawa putra tumenggung seda krapyak ini ke kesultanan cerbon, tapi apakah pemuda ini masi bisa bertahan..". "maap ki tinggil, apa boleh saya melihat kondisi pemuda ini..". Tiba2 Endang darma ajukan pertanyaan. "silahkan nyai..". Tukas ki tinggil. Endang darma perhatikan tanda hitam pada dahi dan dada sebelah kiri sipemuda. " aji gelap ngampar, sesenti lagi pukulan di dada sebelah kiri bergeser nyawanya tdk bsa tertolong.." gumam nyi endang darma, lalu dari balik pakaian di keluarkannya dua buah benda satu berwarna hijau diletakan dikening, satu berwarna merah di letakan di dada sebelah kiri pemuda yg berwarna hitam kebiruan, dlm sekejap kedua benda mustika itu pancarkan sinar, tiba2 tubuh yg terbujur kaku itu tampak bergetar hebat. "bllaaarrr...!!!" dentuman dahsyat mengguncang bumi, orang2 yg berada mengelilingi pemuda terpental keluar pendopo.
Rd.puronegoro merasakan tubuhnya seperti dibawa terbang, dia dapatkan dirinya dipanggul dibahu orang, putra tumenggung seda krapyak itu berusaha palingkan wajah ingin tahu siapa yg mendukung tubuhnya sambil berlari, tapi rasa kantuk tiba2 menyerangnya, dalam kelelahan yg luar biasa pemuda berbaju hitam itu akhirnya tertidur. Sosok yg memanggul tubuh rd.puronegoro sampai di mulut sebuah gua dg cepat kelebatkan tubuhnya masuk kedalam gua, lalu tubuh rd.puronegoro dibaringkannya di atas batu pipih beralas jerami kering, sesaat diperhatikannya kondisi rd.puronegoro, helaan nafas kekhawatiran keluar dari mulutnya. "duh, gusti Allah..mampukah pemuda ini bertahan dari pukulan aji gelap ngampar..hanya ada dua orang yg sanggup memulihkannya..akuwu wiralodra dan sinuhun cerbon, daerah ini dekat dg padukuhan cimanuk, lebih baik aku membawanya kesana..". Dg cepat tubuh rd.puronegoro dipanggulnya kembali dilain kejap sosoknya terlihat jauh dilamping bukit sebelah utara
_o0o_
Dua ekor lembu penarik pedati berhenti tepat di depan bangunan bercungkup padukuhan cimanuk, tak berapa lama pembantu setia rd. Arya wiralodra, aki tinggil tampak mengobrol dg tamunya dipendopo. "perkenalkan saya endang darma, dan ki ragil dri pesisir timur belambangan, maksud kedatangan kami kepaukuhan ini mohon izin utk hijrah, sudi kiranya kami diterima..". Aki tinggil pandang sesaat wanita dg rambut di gelung kebelakang lalu alihkan pandangannya pada sosok kurus ki ragil. " siapapun yg mau menetap di padukuhan cimanuk akan kami terima dg tangan terbuka, tapi sayang rd. Arya wiralodra sebagai akuwu tdk bsa menyambut kalian, beliau sedang menjalankan tugas dari sinuhun cerbon.." .
Tiba2 dari arah pintu gerbang barat seorang pengawal tampak memapah sosok tubuh dibantu seorang tua berjubah putih. Aki tinggil langsung bergegas menyongsong."ki gedeng Alang-Alang sobat lamaku ada angin apa andika datang kemari, siapa pemuda ini..".ki tinggil sebut nama kyai sangkan dg nama aslinya..". "ki tinggil apakah rd. Wiralodra ada di tempat.." dg singkat diceritakannya maksud dan tujuan kedatangannya. "ah, sayang sekali kalau begitu, terpaksa saya harus membawa putra tumenggung seda krapyak ini ke kesultanan cerbon, tapi apakah pemuda ini masi bisa bertahan..". "maap ki tinggil, apa boleh saya melihat kondisi pemuda ini..". Tiba2 Endang darma ajukan pertanyaan. "silahkan nyai..". Tukas ki tinggil. Endang darma perhatikan tanda hitam pada dahi dan dada sebelah kiri sipemuda. " aji gelap ngampar, sesenti lagi pukulan di dada sebelah kiri bergeser nyawanya tdk bsa tertolong.." gumam nyi endang darma, lalu dari balik pakaian di keluarkannya dua buah benda satu berwarna hijau diletakan dikening, satu berwarna merah di letakan di dada sebelah kiri pemuda yg berwarna hitam kebiruan, dlm sekejap kedua benda mustika itu pancarkan sinar, tiba2 tubuh yg terbujur kaku itu tampak bergetar hebat. "bllaaarrr...!!!" dentuman dahsyat mengguncang bumi, orang2 yg berada mengelilingi pemuda terpental keluar pendopo.
_o0o_
---¤---
Nun jauh dipulau andalas kawasan selatan tepatnya kota raja pai lem bang, tersebutlah sebuah partai persilatan yg terdiri dari dua puluh lima orang pangeran dari anak-anak pejabat kerajaan yg pada masa itu sangat disegani dan ditakuti di sesantro kawasan selatan sampai utara, partai "tariang bakilat" itulah nama partainya, seorang pemuda gagah dg ikat kepala lancip didepan bersulam benang emas dg kalung sepasang taring harimau tampak duduk disebuah kursi berukir mewah. " aden belum puas dg cara kerja waang ni, masih banyak partai-partai silat kacangan yg belum kito tundukkan..". "beribu maap angko mudo sutan alam nan kayo." pemuda dg gelang akar bahar di kedua pergelangan tangan angkat bicara. "silahkan badarudin ali..apa yg hendak waang sampaikan..". " ambo dengar pihak kota rajo tdk menyukai keberadaan partai kito, sri bagindo bermaksud membubarkan partai kito angku mudo..". Sutan alam nan kayo kepalkan kedua tangannya. "tak seorangpun dapat membubarkan partai tariang bakilat, tidak juo sri bagindo..". Pemuda dg ikat kepala lancip hantamkan tangan kanannya kemeja kayu di depannya hingga jebol. Sementara itu diluar pondok partai tariang bakilat, puluhan orang dg bersenjatakan perisai dan tombak tampak mengepung rapat, salah seorang dg pakaian bagus turun dari kuda. "angku mudo sutan nan kayo, atas nama kerajaan waang diperintahkan utk menyerahkan diri..!!". Hanya keheningan sebagai jawabannya, sekalilagi perwira kerajaan ini berteriak namun belum hilang gema suaranya, ratusan anak panah berhamburan dari dlm pondok, disusul melesatnya sebuah sinar berwarna biru kearah perwira dan puluhan prajurit kerajaan.
_o0o_
Belasan Tahun Sebelumnya.....
_o0o_
sementara itu didalam istana, baginda raja prawira alam syah marah besar, hari itu juga disebarlah belasan prajurit kerajaan ke sesantro peloksok nagari, gambar seorang tua renta dipampang dimana-mana seratus ringgit sebagai imbalan bagi siapa saja yg dapat menangkap hidup atau mati bilung mangkuto, sang penjaga kuda yg membawa lari orok yg baru dilahirkan oleh salah seorang selir raja.
_o0o_
Lereng merapi bagian barat merupakan medan yg sangat sulit untuk didaki, disamping terjal dan curam, disalah satu lereng terdapat satu jalan setapak yg hanya bisa dilalui dg cara berjalan miring merambat tengkurap disisi tebing yg merupakan dinding cadas menjulang tegak lurus keangkasa, sedang jauh dibelakang sana bila salah melangkah dan tergelincir, jurang batu cadas dg bebatuan runcing di dasar jurang siap meluluh lantakan apapun yg terperosok kedalamnya, melalui jalan itulah ki bilung dg mendekap orok merah dlm bedungan melewatinya, dg susah payah dan penuh kepasrahan pada sang maha pencipta selangkah demi selangkah akhirnya orang tua penjaga kuda kerajaan itu selamat dari jalan maut yg dilaluinya, di sebuah gua cadas putih ki bilung hentikan langkahnya, terpaut sembilan langkah didepannya seorang tua berwajah jernih berjubah putih tampak terpejam dlm kekhusukan dzikir, seuntai tasbih batu pualam hijau terlihat berputar ditangan kanannya, tdk mau mengganggu kekhusukan orang yg tengah berzikir, ki bilung lantas dudukkan pantatnya disalah satu batu cadas putih datar, mungkin krn haus atau lapar sang orok mulai merengek pelan tak lama tangisnya pun pecah merobek keheningan subuh nan sunyi, ki bilung coba menenangkan dg mengayun-ayun badan orok tapi malah sang orok menangis lebih kencang dan keras dri sebelumnya. Tiba-tiba suara pelan penuh wibawa terdengar dri samping kananya " aki bilung gerangan apa hingga inyiek, bersusah payah datang kesini, lalu siapa gerangan orok dlm bedunganmu itu..". Orang tua berwajah jernih tak disangka kini telah berdiri satu langkah disamping ki bilung dan dengan sekali usap ubun2 sang orok, bayi merah yg semula menangis melengking2 sontak berhenti dan tertidur kembali dg tentram. "maapkan hamba paduka, bencana besar tengah mengancam kerajaan..". "apa yg terjadi di kerajaan..". "paduka raja prawira alam syah, mau membunuh darah dagingnya sendiri demi sebuah tumbal..". "tumbal, apa maksudmu, dan apakah orok ini adalah anak prawira alam syah..". " benar paduka..". "astagfirulah al azim.., sebenarnya apa yg ada diotak anakku itu, kenapa tega2nya mau membunuh orok tak berdosa, ki bilung kemarikan cucuku itu aku ingin menggendongnya..". Dg penuh kasih raja tua yg kini menjadi pertapa dukung orok merah yg belum pupus tali pusarnya dlm dekapannya. " cucuku gagah, kamu aman bersama kakek.". "maap baginda, tidakah ingin kembali ke kota rata untuk menyadarkan prabu prawira alam syah dri kekeliruannya..". Raja tua itu tarik nafasnya sesaat. "maapkan aku ki bilung, bukannya aku menutup mata dg semua yg terjadi, sumpah telah terucap, duniawi telah lepas dri kehidupanku, biarlah cucuku yg kelak meneruskan daram baktinya menyadarkan ayahandanya, mudah2an gusti Allah meridhoi..". Suasana subuh kembai hening, semburat cahaya keemasan muncul diufuk timur kabut mulai tersibak, pagi yg cerah semburat dipuncak gunung merapi.
_o0o_
Duapuluh tahun tlah berlalu, disatu pedataran padang bunga abadi edelwis, sesosok pemuda gagah dg bertelanjang dada tengah melakukan gerakan-gerakan silat yg sangat cepat, tubuhnya berkelebat jungkir balik beberapa kali diudara dan dg enteng jejakan kedua kakinya diatas rumpun bunga edelwis tanpa menimbulkan suara dan tanpa merusak setangkaipun bunga abadi tsb, seorang tua berwajah kelimis dg jubah putih tampak tersenyum puas. "duapuluh tahun tak terasa, duh gusti Allah..sudah saatnya pemuda cucuku ini mengetahui yg sebenarnya..". Lamunan orang tua berwajah kelimis ini buyar begitu sosok berbadan tegap telah berdiri tiga langkah dihadapannya. "kakek guru, gerangan apa yg merisaukan pikiranmu, hingga sepagi ini dah bermuram durja..". Orang tua dg tasbih batu pualam hijau ditangan kanan tampak tersenyum. "cucuku, sutan kayo duapuluh tahun tlah berjalan sudah saatnyo dirimu mengetahui hal yg sebenarnya..". Pemuda gagah bertelanjang dada tampak kerutkan keningnya. "maap kakek guru, ambo tdk mengerti..". "baiklah sutan kayo cucuku, kakek akan menceritakan ihwal dirimu..". Orang tua berwajah jernih pandang langit luas beberapa saat, ingatannya terpesat kemasa dua puluh tahun silam, kemudian dg perlahan sebuah kisah meluncur dari mulutnya. Selesai bercerita, tanpa diduga pemuda bertelanjang dada tendangkan kaki kanannya bongkahan batu besar disebelah kanannya hingga mental dan meledak diudara. "sutan kayo kendalikan amarahmu..". "kakek guru, aden harus turun gunung, aden pingin tau nasib ibunda di kraton..". "baiklah sutan, sebagai bekal terimalah badik bertuah ini, gunakan utk membela kebenaran..". Dari blik jubah putihnya orang tua berwajah kelimis yg sebenarnya raja tua yg sdh lengser keprabon berikan sebilah badik bergagah emas pd sutan kayo, yg kelak dikemudian hari mendirikan partai "tariang bakilat". Dg merekrut anak2 pembesar kerajaan dan menggegerkan dunia persilatan tanah andalas dg cara menundukan partai-partai yg pada masa itu merebak bak jamur dimusim penghujan.
_o0o_
Sepuluh orang prajurit dibagian depan terpental dg tubuh berwarna biru gelap pertanda betapa ganasnya racun pukulan yg dilancarkan sang penyerang, sedangkan sisanya lagi terkapar dg puluhan anak panah pada sekujur tubuhnya. "biadab, menyerang orang dg mendadak..tunjukan batang hidung kalian..". Perwira kerajaan yg selamat dri serangan maut tampak menggenggam sebilah rencong berbadan perak ditangan kanannya, belum kering ucapannya dri bibir, sesosok pemuda tegap dg akar bahar di kedua pergelangan tangan tampak berdiri lima langkah dihadapannya. " badarudin ali, panglima datuk barajo luwuk akan kecewa bila tahu anaknya terlibat dlm partai yg dilarang oleh kerajaan..". Pemuda tegap bergelang akar bahar cuma tersenyum simpul. "mamak lawean, sebagai seorang perwira mana hati nuranimu membiarkan rakyat alit samsaro akibat kesewenangan penguasa..". "angku mudo badarudin ali, bukankah ikut menikmatinya..". " puah..najis, ambo memakan harta haram dri darah rakyat kecik". "jaga ucapanmu angku mudo..". "lalu apa maumu mamak lawean..". Amarah perwira lawean meledak sudah, didahului suara menggembor hebat tubuhnya tampak berkelebat lancarkan tendangan berantai disusul tusukan bilah rencong perak kearah tenggorokan lawan, badarudin ali bukan p emuda sembarangan setelah beberapa jurus berlalu dg cepat, satu tendangan melingkar dari badarudin ali telak mendarat di dada perwira kerajaan disusul jatuhan tumit di kepala bagian belakang, ketika perwira lawean terhuyung, pukulan telapak tangan badarudin ali mendarat di hulu ati sang perwira hingga muntah darah dan tersungkur ketanah. "maap mamak, bukan maksudku menjatuhkan tangan jahat padamu..". Sambil pegang dadanya yg sesak perwira kerajaan ini langsung lentingkan tubuhnya dan dlm sekejap sosoknya tak tampak lagi._o0o_
Lereng merapi bagian barat merupakan medan yg sangat sulit untuk didaki, disamping terjal dan curam, disalah satu lereng terdapat satu jalan setapak yg hanya bisa dilalui dg cara berjalan miring merambat tengkurap disisi tebing yg merupakan dinding cadas menjulang tegak lurus keangkasa, sedang jauh dibelakang sana bila salah melangkah dan tergelincir, jurang batu cadas dg bebatuan runcing di dasar jurang siap meluluh lantakan apapun yg terperosok kedalamnya, melalui jalan itulah ki bilung dg mendekap orok merah dlm bedungan melewatinya, dg susah payah dan penuh kepasrahan pada sang maha pencipta selangkah demi selangkah akhirnya orang tua penjaga kuda kerajaan itu selamat dari jalan maut yg dilaluinya, di sebuah gua cadas putih ki bilung hentikan langkahnya, terpaut sembilan langkah didepannya seorang tua berwajah jernih berjubah putih tampak terpejam dlm kekhusukan dzikir, seuntai tasbih batu pualam hijau terlihat berputar ditangan kanannya, tdk mau mengganggu kekhusukan orang yg tengah berzikir, ki bilung lantas dudukkan pantatnya disalah satu batu cadas putih datar, mungkin krn haus atau lapar sang orok mulai merengek pelan tak lama tangisnya pun pecah merobek keheningan subuh nan sunyi, ki bilung coba menenangkan dg mengayun-ayun badan orok tapi malah sang orok menangis lebih kencang dan keras dri sebelumnya. Tiba-tiba suara pelan penuh wibawa terdengar dri samping kananya " aki bilung gerangan apa hingga inyiek, bersusah payah datang kesini, lalu siapa gerangan orok dlm bedunganmu itu..". Orang tua berwajah jernih tak disangka kini telah berdiri satu langkah disamping ki bilung dan dengan sekali usap ubun2 sang orok, bayi merah yg semula menangis melengking2 sontak berhenti dan tertidur kembali dg tentram. "maapkan hamba paduka, bencana besar tengah mengancam kerajaan..". "apa yg terjadi di kerajaan..". "paduka raja prawira alam syah, mau membunuh darah dagingnya sendiri demi sebuah tumbal..". "tumbal, apa maksudmu, dan apakah orok ini adalah anak prawira alam syah..". " benar paduka..". "astagfirulah al azim.., sebenarnya apa yg ada diotak anakku itu, kenapa tega2nya mau membunuh orok tak berdosa, ki bilung kemarikan cucuku itu aku ingin menggendongnya..". Dg penuh kasih raja tua yg kini menjadi pertapa dukung orok merah yg belum pupus tali pusarnya dlm dekapannya. " cucuku gagah, kamu aman bersama kakek.". "maap baginda, tidakah ingin kembali ke kota rata untuk menyadarkan prabu prawira alam syah dri kekeliruannya..". Raja tua itu tarik nafasnya sesaat. "maapkan aku ki bilung, bukannya aku menutup mata dg semua yg terjadi, sumpah telah terucap, duniawi telah lepas dri kehidupanku, biarlah cucuku yg kelak meneruskan daram baktinya menyadarkan ayahandanya, mudah2an gusti Allah meridhoi..". Suasana subuh kembai hening, semburat cahaya keemasan muncul diufuk timur kabut mulai tersibak, pagi yg cerah semburat dipuncak gunung merapi.
_o0o_
Duapuluh tahun tlah berlalu, disatu pedataran padang bunga abadi edelwis, sesosok pemuda gagah dg bertelanjang dada tengah melakukan gerakan-gerakan silat yg sangat cepat, tubuhnya berkelebat jungkir balik beberapa kali diudara dan dg enteng jejakan kedua kakinya diatas rumpun bunga edelwis tanpa menimbulkan suara dan tanpa merusak setangkaipun bunga abadi tsb, seorang tua berwajah kelimis dg jubah putih tampak tersenyum puas. "duapuluh tahun tak terasa, duh gusti Allah..sudah saatnya pemuda cucuku ini mengetahui yg sebenarnya..". Lamunan orang tua berwajah kelimis ini buyar begitu sosok berbadan tegap telah berdiri tiga langkah dihadapannya. "kakek guru, gerangan apa yg merisaukan pikiranmu, hingga sepagi ini dah bermuram durja..". Orang tua dg tasbih batu pualam hijau ditangan kanan tampak tersenyum. "cucuku, sutan kayo duapuluh tahun tlah berjalan sudah saatnyo dirimu mengetahui hal yg sebenarnya..". Pemuda gagah bertelanjang dada tampak kerutkan keningnya. "maap kakek guru, ambo tdk mengerti..". "baiklah sutan kayo cucuku, kakek akan menceritakan ihwal dirimu..". Orang tua berwajah jernih pandang langit luas beberapa saat, ingatannya terpesat kemasa dua puluh tahun silam, kemudian dg perlahan sebuah kisah meluncur dari mulutnya. Selesai bercerita, tanpa diduga pemuda bertelanjang dada tendangkan kaki kanannya bongkahan batu besar disebelah kanannya hingga mental dan meledak diudara. "sutan kayo kendalikan amarahmu..". "kakek guru, aden harus turun gunung, aden pingin tau nasib ibunda di kraton..". "baiklah sutan, sebagai bekal terimalah badik bertuah ini, gunakan utk membela kebenaran..". Dari blik jubah putihnya orang tua berwajah kelimis yg sebenarnya raja tua yg sdh lengser keprabon berikan sebilah badik bergagah emas pd sutan kayo, yg kelak dikemudian hari mendirikan partai "tariang bakilat". Dg merekrut anak2 pembesar kerajaan dan menggegerkan dunia persilatan tanah andalas dg cara menundukan partai-partai yg pada masa itu merebak bak jamur dimusim penghujan.
_o0o_
Setelah perwira lawean pergi, sesosok pemuda berbadan tegap dg ikat kepala runcing didepan terlihat menepuk bahu kanan badarudin ali.". "sobat, keberadaan kita ditanah andalas ini tdk aman lagi..". "lalu apa rencana angku mudo sutan alam nan kayo selanjutnya..". "kita tingglkan andalas, ambo dengar di pulau jawadwipa banyak terdapat perguruan silat ternama serta pendeka2 tangguh, kito hijrah kesana dan tancapkan pengaruh partai tariang bakilat di pulau itu..". "kalau itu sudah keputusan angku mudo, kami ikut sajo..". "baiklah, tapi sebelumnya ambo akan jiarah di makam ibundo dan sekaligus pamit.."." angku apakah tdk mengundang bahaya, makam ibundo angku masih di wilayah istana.,". "ambo akan hati2, sobat badarudin ali bgaimana dgmu, apa waang tidak pamit dulu pd ibundo waang..". " tidak usah angku, mungkin saat ini ayahanda panglima telah mengerahkan prajurit untuk menangkap ambo..".
Tanpa menunggu lama sosok gagah sutan alam nan kayo telah jauh melesat kearah matahari terbenam.
_o0o_
_o0o_
Menjelang tengah malam sekelebatan bayangan hitam tampak memasuki pekuburan kerabat kerajaan, setelah mengendap-endap disalah satu gundukan tanah merah sosoknya berhenti didepan sana terlihat seorang dara berbaju kuning seperti tengah menunggu kedatangannya. " kinanti, sedang apa adek disiko..". Dara berbaju kuning pandang sebentar wajah gagah dihadapannya. " uda maafkan adek..sebenarnyo..". "sebenarnyo ada apo adek, kenapa malam2 ada disiko..". "adek sebenarnyo selama ini diutus ayahando sawung galiang untuk memata-matai uda dan sekaligus mengajak balik uda badarudin ali ke keraton, tapi adek tau apo yg akan ayahando lakukan, makanyo adek berupayo menemui uda disiko..". "adek seorang diri datang kasiko..". Dara ayu berbaju kuning anggukan kepala. Barusaja sutan alam nan kayo selesai memanjatkan doa buat mendiang ibunya, sontak disekeliling area pekuburan ratusan obor telah mengepungnya, seratus prajurit dg senjata tombak dan perisi tampak membuat pagar betis berlapis, sutan alam nan kayo pandang gadis berbaju kuning yg kini berada diantara para prajurit, seorang lelaki setengah baya dg baju jirah menyeruak diantara lapisan pagar betis prajurit kerajaan. "panglima sawung galiang..kinanti ternyata waang..". Dara ayu baju kuning tampak pucat pasi. " uda ambo..ambo..". "tega sekali adek...". "uda tdk seperti yg uda pikirkan..". Orang tua berbaju jirah maju selangkah sambil hunus bilah pedang yg nampak berkilat tertimpa sinar bulan empat belas hari, sedang sutan alam nan kayo raba bilah badik bertuah dibalik pinggang bajunya. "sutan alam..menyerahlah, mungkin hukuman waang akan lebih ringan..". Sutan alam nan kayo pandang sekeliling, dara ayu kinanti tdk tampak ditempatnya lagi. "gara-gara pengaruh waang anaku badarudin ali, kini jadi seorang buronan, prajurit..tangkap pengacau ini..". Selusin prajurit dg bersenjatakan tombak langsung merangsek ke arah sutan alam nan kayo, sedang lapisan prajurit kedua rentangkan anak panah kearah sang pemuda, sisanya terlihat mengayun-ayunkan jaring siap dilempar kearah pemuda yg sebenarnya anak raja walau terlahir dari seorang selir.
Hujan mulai turun mengguyur bumi, tanah pekuburan tampak mulai becek tergenang air, langit yg semula bening diterangi sinar bulan empat belas hari lenyap dri angkasa digantikan kepekatan malam gelap gulita dan hawa dingin menyucuk tulang. "serang, ringkus pengacau itu..". Secara serentak prajurit kerajaan dibagian depan dg senjata tombak dan perisai bentuk pormasi benteng, sedang prajurit lapis ke tiga dg pedang berkilat sabetkan senjata masing-masing kedepan, dg sigap sutan alam nan kayo cabut badik bertuah dari warangkanya dan sekali kelebatan, tubuhnya tampak hanya bayang-bayang. Lolongan kesakitan terdengar, disusul suara bergedebuk jatuhnya kesepuluh prajurit yg terkapar terkena sabetan badik, prajurit lapis ke dua dg bersenjatakan panah rentangkan busur, dilain kejap puluhan anak panah berapi melesat menghujam sang pemuda. Sutan alam nan kayo rebut salah satu tombak dri tangan prajurit, dg senjata ini dia bentuk perisai pelindung dg cara memutar tombak dg cepat, puluhan anak panah berapi langsung mental dan luruh ketanah, sisanya melesat berbalik menancap ke tubuh para prajurit, mengetahui banyak korban dipihaknya, panglima sawung galiang lentingkan tubuh tinggi besarnya keudara dilain kejap sosoknya sudah menggempur habis-habisan sutan alam nan kayo dg sebilah mandauw yg konon didperolehnya dari seorang pertapa sakti di pulau borneo. Walaupun sutan alam nan kayo memiliki ilmu kanuragan yg hebat diserang secara keroyokan dg pormasi serangan bak air bah, lama-lama pertahanan pemuda ini mulai renggang, hingga pada satu ketika tendangan beruntun panglima sawung galiang membuatnya tersudut. Dan pada saat itulah sebuah jaring melibat tubuhnya dan dalam keadaan terlibat jaring dirasakannya sebuah hantaman benda keras mendarat di kepala bagian belakang yg memaksanya berlutut, setelah itu sutan alam nan kayo tidak ingat apa-apa lagi. "seret pemuda ini ke istana..". Teriak panglima sawung galian lantang, mandauw yg tadi dipakai menghantam belakang kepala sutan alam disarungkan ke warangkanya kembali, sementara hujan semakin deras mengguyur disaat tubuh pemuda yg entah pingsan atau sudah tewas itu diseret kuda menuju istana._o0o_
Mentari pagi baru menampakan sinarnya, seorang pemuda dg tubuh babak belur tampak terikat dg rantai dikedua tangan dan kakinya, guyuran air terasa perih dirasakan sang pemuda, seorang tinggi besar dg memakai baju jirah berdiri tiga langkah dihadapannya, sebuah cemeti berduri tampak digenggaman tangan kanannya. "bangun..pengacau kerajaan, aden tau waang dah siuman..". Pemuda yg ternyata sutan alam nan kayo, buka sedikit matanya yg tampak lebam. "katakan dimana markas waang, dan keberadaan anak ambo badarudin ali..". Sang pemuda cuma diam, sebuah lecutan membuatnya tersentak tapi ditahannya sekuat mungkin agar jeritannya tak terdengar. " ambo puji kekuatan tubuh waang, sekali lagi ambo tanya dimana badarudin ali berada..". Sutan alam tatap panglima sawung galiang dg tajam, "taaarrr..!!". Sebuah lecutan kembali mendarat dipunggung sutan alam, darah tampak merembes keluar mengotori bajunya yg tak karuan rupa, pada saat itulah pintu penjara bawah tanah terbuka, sesosok laki-laki dg memakai mahkota dan jubah warna merah bersulam benang emas tampak melangkah menghampiri panglima sawung galiang dan sutan alam. "bagino rajo.." panglima sawung galiang membungkuk hormat pd laki-laki yg baru datang tsb. "panglima diakah pimpinan dari partai yg sudah ambo larang itu..". " betul bagindo rajo..". Raja prawira alam syah pandang pemuda yg setengah pingsan itu, sesaat sebuah getaran aneh merambah relung hatinya mana kala pandangan matanya beradu dg pemuda yg tak karuan rupa tsb, hati kecilnya seperti ada dorongan untuk segera memeluk pemuda itu, tapi dilain kejap pandangan matanya berubah garang. "besok ketika matahari tepat di ubun2 gantung dia dialun-alun kerajaan..". " titah paduko akan ambo laksanakan..". Kata panglima sawung galiang sambil membungkuk hormat. Dari balik tembok penjara sesosok bayangan hitam tampak berkelebat keatas atap dan dilain kejap sosoknya hilang entah kemana.
_o0o_
_o0o_
Mentari pagi semburat di ufuk timur disaat sesosok pemuda dg luka cambuk disekujur tubuh digiring ke alun2 utama kota raja, tampak kedua tangan dan kaki terbelenggu rantai, sepanjang jalan cambuk masih menderanya. Sementara ribuan rakyat tampak berjubel mengelilingi alun2. Perlahan tubuhnya dinaikan ke panggung, seutas tali dilingkarkan kelehernya. Bangku kayu kecil diletakan di kedua kakinya, dg sekali tendang pastilah tubuhnya akan terjerat tali gantungan. " sutan alam, ini kesempatan terakhirmu, ambo akan meminta keringanan hukuman bila waang memberi tahu dimana markas waang dan keberadaan badarudin ali..". Sutan alam pandang panglima sawung galiang sesaat, lalu melirik kearah dimana baginda raja prawira alam syah yg tengah duduk dikursi kebesarannya, bathinnya menjerit pilu. "duh, gusti allah kalau ajal hamba sampai disini, hamba ikhlas..tapi tolong berilah sedikit kesadaran pada baginda raja yg sebenarnya ayahanda hamba..". Tak terasa butiran bening merembak dikelopak matanya, lalu jatuh luruh membasahi pipinya. Melihat sutan alam hanya diam dan menunduk sebuah sabetan cemeti bergerigi kembali mendera punggungnya, sutan alam gigit bibirnya kuat2 sampai berdarah. Sementara itu tak sengaja baginda raja prawira alam syah kembali bertatap pandang dg sutan alam, seperti kemarin getaran aneh menelusup kerelung hatinya, tapi kembali ditepisnya perasaan itu. Baginda raja berdiri dari duduknya, kontan semua orang yg semula ramai langsung diam menunggu apa yg akan diucapkan raja. "rakyat kerajaan mulawarman, hari ini seorang pengacau nagari akan dihukum gantung, semoga kerajaan kita ini tetap jaya..". "hidup bagindo rajo..". "gantung pengacau kerajaan..". Sorak sorai bergema di sesantro alun2, sementara itu mentari mulai menuju titik tertingginya pertanda eksekusi hukuman gantung siap dilaksanakan. "katakan sutan alam, dimana markas waang..". Kembali panglima sawung galiang berbisik ditelinga sutan alam yg tetap diam seribu bahasa. "laksanakan hukuman gantung..!!" perintah baginda raja. Panglima sawung galiang tendang bangku kayu yg jadi pijakan sutan alam nan kayo. Disaat yg sama sebilah anak panah melesat memutus tali gantungan disusul sekelebatan bayangan hitam memanggul tubuh sutan alam nan kayo dan melarikannya kearah mata hari terbit. "prajurit kejar pengacau itu.!!". Panglima sawung galiang berteriak marah, selusin prajurit bersenjatakan tombak langsung melesat kearah timur. "bagindo rajo, hamba menemukan sesuatu.." kata panglima sawung galiang langsung memberikannya ketangan baginda raja prawira alam syah. "badik..badik..bertuah milik ayahanda datuk aditiya warman..". Tubuh baginda raja prawira alam syah tampak bergetar. "apa hubungan antara ayahanda dg pemuda pengacau itu apakah dia..". Baginda raja tampak terduduk lunglai di singgasananya.
_o0o_
_o0o_
Disebuah gua pualam hitam, tubuh sutan alam nan kayo dibaringkan, ketika siuman seraut wajah membuatnya tersentak kaget. "kinanti..apa maksud semua ini..".sosok dara ayu berbaju kuning cuma tundukan wajahnya kelantai goa, tak berapa lama muncul seorang laki2 renta kedalam gua. "aki bilung mangkuto..". Berseru sutan alam nan kayo. " dibalik gua pualam hitam ini ada jalan rahasia yg langsung menembus ke pantai, kalau angku mudo sudah pulih, cepatlah tinggalkan pulau andalas ini sejauh mungkin..". "baiklah ki bilung, sekarang juga ambo berangkat, dan kau adik kinanti, terimakasih atas semuanya, sekarang pulanglah cepat ke kota raja..". Dara ayu berbaju kuning tampak mau mengatakan sesuatu, tapi tubuh sutan alam nan kayo telah berkelebat masuk kedalam gua pualam hitam.
Setelah melewati beberapa lorong berliku, sutan alam nan kayo sampai dipenghujung mulut gua pualam hitam, debur ombak terdengar riuh memecah karang. "angku mudo, sebelah sini..". Sebuah teriakan yg sangat dikenalnya terdengar lantang memecah deru ombak. " badarudin ali, waangkah disiko..". Sesaat kemudian sebuah perahu layar sejenis pinisi tampak terombang ambing ombak melaju dg cepat meninggalkan pantai pualam hitam, sekitar lima puluh orang terlihat berdiri di buritan kapal mereka adalah para pengikut setia partai tariang bakilat.
_o0o_
Didalam istana, baginda raja prawira alam syah tampak duduk disinggasananya, ditelapak tangan kanannya sebilah badik bergagang emas dg warangka terbuat dari gading bersepuh emas membuat hati raja kerajaan mulawarman ini terasa teriris ratusan sembilu. "ayahanda, apa hubunganmu dg pemuda itu..". Gumam baginda raja prawira alam syah. Disaat itulah selarik cahaya kuning keemasan membias dihadapan sang baginda didalam cahaya itu sesosok tubuh berjubah putih tampak bersila dg agungnya. " ayahando prabu datuk aditya warman, terimalah sembah sujud ananda..". Orang tua dlm cahaya ganda tersenyum. " ananda, bangunlah hanya gusti allah yg wajib disembah dan berhak atas sujud kita para mahluknya..". "geranpan apa ayahanda hadir dlm bentuk ghaib..". "ananda ketahuilah, anak muda yg akan kau gantung itu adalah darah dagingmu sendiri, dia dhuta yg ayahanda utus utk menyadarkanmu..". "ambo menyesal ayahanda, lalu apa yg harus ambo lakukan ayahanda..". "bertobatlah dg taubat nasuha..". Seiring dg ucapannya, tubuh dlm cahaya raja tua datuk aditya warman perlahan memudar dan lenyap dri pandangan raja prawira alam syah. Pada hari itu juga sang baginda raja memerintahkan panglima sawung galiang melacak keberadaan sutan alam nan kayo dan para pengikutnya. baginda raja prawira alam syah tdk pernah mengetahui, kelak darah dagingnya itu akan mengukir sejarah dinegeri orang.
_o0o_
Didalam istana, baginda raja prawira alam syah tampak duduk disinggasananya, ditelapak tangan kanannya sebilah badik bergagang emas dg warangka terbuat dari gading bersepuh emas membuat hati raja kerajaan mulawarman ini terasa teriris ratusan sembilu. "ayahanda, apa hubunganmu dg pemuda itu..". Gumam baginda raja prawira alam syah. Disaat itulah selarik cahaya kuning keemasan membias dihadapan sang baginda didalam cahaya itu sesosok tubuh berjubah putih tampak bersila dg agungnya. " ayahando prabu datuk aditya warman, terimalah sembah sujud ananda..". Orang tua dlm cahaya ganda tersenyum. " ananda, bangunlah hanya gusti allah yg wajib disembah dan berhak atas sujud kita para mahluknya..". "geranpan apa ayahanda hadir dlm bentuk ghaib..". "ananda ketahuilah, anak muda yg akan kau gantung itu adalah darah dagingmu sendiri, dia dhuta yg ayahanda utus utk menyadarkanmu..". "ambo menyesal ayahanda, lalu apa yg harus ambo lakukan ayahanda..". "bertobatlah dg taubat nasuha..". Seiring dg ucapannya, tubuh dlm cahaya raja tua datuk aditya warman perlahan memudar dan lenyap dri pandangan raja prawira alam syah. Pada hari itu juga sang baginda raja memerintahkan panglima sawung galiang melacak keberadaan sutan alam nan kayo dan para pengikutnya. baginda raja prawira alam syah tdk pernah mengetahui, kelak darah dagingnya itu akan mengukir sejarah dinegeri orang.
ooo0ooo
segera menyusul : Bagaskara Kelam Giri Jhati
segera menyusul : Bagaskara Kelam Giri Jhati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar