Pemuda tegap berikat kepala kain merah tampak mempercepat larinya, hutan bambu ori diterabasnya dg sebat sementara mentari mulai menyemburatkan sinarnya disela-sel daun bambu. " kenapa aku tdk mampu keluar dari hutan ini, apakah oyod ming-mang tak sengaja terlangkahi..". Membatin pemuda berikat kepala kain merah sembari mengusap duri bambu dari kedua lengannya yg berotot, selagi pemuda ini membatin serangkum angin dirasakan menderu kearahnya. "bllaaarr..!!". Dg mengandalkan ringan tubuh, pemuda itu tampak jungkir balik diudara beberapa kali ketika menginjakan kakinya kembali ditanah dan pasang kuda-kuda, alam yg semula terang perlahan meredup, angin dirasakan seperti berhenti berhembus, sekejap kemudian didahului gelegar halilintar kegelapan melingkupi kawasan hutan bambu ori sampai radius dua ratus depa. "ha.ha.ha..aji gelap ngampar bukan isapan jempol belaka..!!". Suara tawa terdengar membahana disesantro hutan menindih gelegar halilintar, pemuda berikat kepala merah tampak kernyitkan dahinya, dirasakannya dadanya seperti dihimpit batu besar, dg segera lipat gandakan tenaga dalamnya tapi semakin dicoba kekuatannya semakin lemah, aliran darah terasa mengalir terbalik dan akhirnya tubuhnya terpelanting kebelakang menerabas puluhan bambu ori yg berserabutan tercabut dari akarnya dan muntahkan darah hitam berbuku2 lalu pingsan tak sadarkan diri.
Ketika siuman dari pingsannya pemuda berikat kepala kain merah dapatkan dirinya dalam sebuah gua cadas hitam. "apa yg terjadi dengan diriku membatin sang pemuda, ketika mencoba bangkit dari lempengan batu pipih sesosok tubuh samar berjubah hitam tampak berdiri dihadapannya. "siapakah andika ini.." sosok tubuh samar berjubah hitam tampak ganda tertawa sebelum menjawab pertanyaan orang. " anak manusia terlahir bernama menjangan wulung, tidak usah banyak tanya dan berpikir bulan kapit tinggal beberapa purnama lagi, perdalam ilmu gelap ngampar tingkat enam di gua cadas hitam ini, empat purnama lagi aku akan datang menemuimu..". Pemuda berikat kain merah yg ternyata rd. Menjangan wulung sesepuh para warok alas sinang perbukitan loyang pandang sejurus sosok samar dihadapannya. "kenapa menunggu selama itu, hari ini juga aku akan menyusup ke kedaton cerbon, dan memporak porandakannya dari dalam..". Ujud bayangan hitam pandang pemuda dihadapannya dg tajam, kembali rd. Menjangan wulung merasakan himpitan batu didadanya dan memaksanya berlutut dilantai gua. "tujuan kita sama raden, tapi semangat saja tdk cukup..pergunakan otak akal dan reka pendayamu..". Tubuh rd. Menjangan wulung tampak megap-megap, setiap bayangan berjubah hitam dihadapannya memandangnya dg tajam, sadar kekuatan orang akhirnya rd. Menjangan wulung lunakan ucapannya. "baiklah, tapi sebelum aku mengikuti semua petunjukmu, sudilah kiranya andika menyebutkan nama..". "ha.ha..ikuti saja petunjukku raden.. Purnama keempat aku akan menemuimu..". Dengan hilangnya sosok samar berjubah hitam dari hadapannya, kekuatan rd. Menjangan wulung langsung pulih dengan sendirinya, tertatih disandarkannya tubuhnya yg letih di dinding dua, sementara itu diluar hujan mulai mengguyur kawasan gua cadas hitam dg derasnya.
_o0o_
Prosesi pembuatan masjid agung sang cipta rasa gempar, para pekerja yg terdiri dari santri pondok pesantren giri shembung dan giri jhati ditemukan tergeletak tanpa nyawa, dipelataran ataupun didalam bangunan masjid yg belum rampung, dg kondisi yg sangat mengerikan dimana seluruh jasadnya seakan kering tak berdarah hingga tinggal kulit pembalut tulang atau seperti jerangkong saja, sedangkan seluruh wilayah kesultanan cerbon terserang semacam wabah penyakit aneh, bisa dibilang bila wabah itu mengenai orang dipagi hari dipastikan sore harinya sudah meninggal, begitupun sebaliknya bila wabah menyerang disore hari tidak ditawar lagi pagi harinya ditemukan dalam keadaan kurus kering tak berdarah. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar dan keresahan bagi sinuhun cerbon kanjeng sunan jati purba maka diadakannya pertemuan tertutup disatu tempat rahasia. Ketika siuman dari pingsannya pemuda berikat kepala kain merah dapatkan dirinya dalam sebuah gua cadas hitam. "apa yg terjadi dengan diriku membatin sang pemuda, ketika mencoba bangkit dari lempengan batu pipih sesosok tubuh samar berjubah hitam tampak berdiri dihadapannya. "siapakah andika ini.." sosok tubuh samar berjubah hitam tampak ganda tertawa sebelum menjawab pertanyaan orang. " anak manusia terlahir bernama menjangan wulung, tidak usah banyak tanya dan berpikir bulan kapit tinggal beberapa purnama lagi, perdalam ilmu gelap ngampar tingkat enam di gua cadas hitam ini, empat purnama lagi aku akan datang menemuimu..". Pemuda berikat kain merah yg ternyata rd. Menjangan wulung sesepuh para warok alas sinang perbukitan loyang pandang sejurus sosok samar dihadapannya. "kenapa menunggu selama itu, hari ini juga aku akan menyusup ke kedaton cerbon, dan memporak porandakannya dari dalam..". Ujud bayangan hitam pandang pemuda dihadapannya dg tajam, kembali rd. Menjangan wulung merasakan himpitan batu didadanya dan memaksanya berlutut dilantai gua. "tujuan kita sama raden, tapi semangat saja tdk cukup..pergunakan otak akal dan reka pendayamu..". Tubuh rd. Menjangan wulung tampak megap-megap, setiap bayangan berjubah hitam dihadapannya memandangnya dg tajam, sadar kekuatan orang akhirnya rd. Menjangan wulung lunakan ucapannya. "baiklah, tapi sebelum aku mengikuti semua petunjukmu, sudilah kiranya andika menyebutkan nama..". "ha.ha..ikuti saja petunjukku raden.. Purnama keempat aku akan menemuimu..". Dengan hilangnya sosok samar berjubah hitam dari hadapannya, kekuatan rd. Menjangan wulung langsung pulih dengan sendirinya, tertatih disandarkannya tubuhnya yg letih di dinding dua, sementara itu diluar hujan mulai mengguyur kawasan gua cadas hitam dg derasnya.
_o0o_
"raka sunan kali, sebenarnya apa yg menyebabkan petaka ini terjadi.." Sunan kali jaga pejamkam sesaat kedua matanya, "rayi prabu, mohon maap, hamba belum bisa memastikannya, tapi yg jelas sesuatu kekuatan jahat telah melanda wilayah kesultanan..". "tega sekali, mengapa kawula alit yg jadi korban..". "maap kanjeng prabu..". Akuwu sangkan atau ki sidum rapatkan kedua telapak tangannya kedepan dada. "silahkan eyang sangkan..", orang tua berjubah putih yg mempunyai beberapa julukan itu sesaat menarik napas dalam. "angger sunan izinkanlah hamba melakukan itikap sunyi raga di sebuah gua sebelah barat kedaton pakung wati..". "isun izinkan eyang.." . Tanpa tunggu lama sosok kisidum atau kuwu sangkan raib dari hadapan sunan jati purba. "raka sunan kali bagaimana dg masjid agung sang cipta rasa yg tengah kita bangun.." . " rayi prabu ada sedikit masalah dg tiang penyangga atau soko guru masjid..". "maksud raka sunan.." "dlm wirid hamba semalam, turunlah semacam ilham, bahwa salah satu soko guru haruslah terbuat dari batang pohon jati yg tumbuh di kawasan hutan padukuhan cimanuk sebelah selatan..". "raka sunan isun pun mendapat ilham yg sama..", sesaat sinuhun cerbon itu sapukan pandangannya keseluruh orang yg mengelilinginya. "angger puronegoro dan purwonegoro...". "hamba kanjeng sunan..". Dua orang pemuda putra tumenggung seda krapyak sama-sama rapatkan kedua tangannya ke dada. berkat karomah sinuhun kanjeng sunan jati purba akhirnya raden puronegoro dapat dipulihkan dari ajian gelap ngampar (baca episode. mustika lembah cimanuk, pen) " isun tugaskan angger berdua mencari dan membawa pohon jati tunggal yg tumbuh di kawasan hutan jati padukuhan cimanuk sebelah selatan..". "sendika kanjeng sunan..". Setelah menyusun kedua tangan di depan kening masing-masing, kedua putra tumenggung itu beringsut tinggalkan tempat rahasia yg ternyata seruas bambu kuning yg tengah mengapung di aliran sebuah sungai.
_o0o_
Petaka maut yg melanda kesultanan cerbon membawa imbas bukan saja bagi seluruh kawula alit, praja pinangeran cerbon dibawah komando senopati pamungkas andawiyah wira panjunan pun yg diutus untuk menumpas laskar kesangyangan yg bermarkas di tepi hutan alas sinang perbukitan loyang mengalami nasib yg sama, bukan saja wabah penyakit aneh yg melanda, mereka seakan seperti terperangkap dalam dimensi alam gaib yg memaksa tidak bisa keluar dari tempat itu. " kakang senopati, apa rencana kita selanjutnya, sudah hampir sebulan kita terperangkap ditempat ini..". Senopati muda kesultanan cerbon sesaat pandang kepala pasukan didepannya. "panglima muntar brojo luwuk jangan putus asa, insya Allah..kita pasti dapat melalui semua ujian ini dg baik, bagaimana keadaan prajurit pinangeran..". Panglima muntar tampak menarik napas panjang. "setiap hari ada saja yg tewas secara misterius kakang senopati, jumlah kita semakin berkurang sementara perbekalan mulai menipis..". "bersabarlah panglima, gusti Allah tidak akan menguji hambanya melampaui kadar batas kemampuan mahluknya..". Beberapa lama keheningan melingkupi kawasan yg seakan tidak bisa dibedakan antara malam dan siang karena waktu seakan berputar amat lambat ditempat yg serba asing tersebut.
_o0o_
Sementara itu jauh di kedalaman hutan alas sinang perbukitan loyang, sepekan sebelum prajurit pinangeran cerbon datang dan empat purnama setelah rd. Menjangan wulung menyempurnakan aji gelap ngampar di sebuah gua cadas hitam, warok dusta dan warok brambang dedengkot laskar kesangyangan, pagi itu kedatangan sesosok bayangan hitam samar tengah berdiri lima langkah dihadapan keduanya. "siapakah andika ini, ada urusan apa berani menginjakan kaki dikawasan kami..". Bayangan samar ganda tersenyum tipis. " hmm..jumawa sekali, persis seperti junjungannya..tapi aku suka..ha.ha.ha..!!" warok brambang dan warok dusta tercekat ketika dirasakannya dadanya sesak seperti ada batu besar mengimpitnya, ketika keduanya mengerahkan tenaga dalam malah seperti tersedot oleh tatapan tajam bayangan hitam. "apa..apa..maksud andika dg junjungan..". Kedua warok itu tampak pegang dada masing-masing dan berlutut ditanah berumput . "perlu kalian ketahui, mulai hari ini kalian semua termasuk menjangan wulung menjadi pengikut ku..". "apa maksud andika..". "tidak usah banyak tanya dan berpikir dengar, menjangan wulung kini sudah berada di kesultanan cerbon, hawa racun warangan temiang geni telah disebar ke sesantro kesultanan bagaskara kelam akan muncul di kesultanan itu, kerahkan seluruh kekuatan laskar kesangyangan utk menggempur kedaton, biar urusan kawasan ini aku ambil alih..". "tapi..tapi..bulan..bul." "bulan kapit maksud kalian..aku tdk perduli mau bulan kapit, bala, rowah..atau apa..ingat sekarang aku yg berhak memutuskan.." Sadar ilmu orang jauh diatasnya, akhirnya kedua warok hutan alas sinang perbukitan loyang anggukan kepala masing-masing, didahului gelegar halilintar sebanyak enam kali berturut-turut sosok bayangan hitam raib dari pandangan bersamaan dg pulihnya kembali tenaga kedua warok tersebut.
_o0o_
Mentari bersinar dg teriknya, musim kemarau dirasakan sangat panjang, kekeringan melanda hampir merata diberbagai daerah, sebuah waluku teronggok merana dibelakang langkan semua rumah warga, sebagian besar yg bermata pencaharian bertani hanya bisa pasrah menanti hujan yg seakan enggan menyapa bumi pertiwi. Dalam kondisi memperihatinkan itu disebuah padukuhan yg berjarak sekitar limaratus hasta dari hutan bambu ori dari mulut sebuah gua cadas berwarna hitam, melesat satu sosok pemuda gagah berikat kepala kain merah menerabas rimbunnya pohon bambu, sementara dibelakangnya terdengar dentuman dahsyat memekakan telinga dimana gua cadas hitam tampak amblas kedalam tanah meninggalkan debu berwarna hitam semburat ke berbagai penjuru disusul gelegar halilintar enam kali berturut-turut. "ha.ha.ha.ha, sempurna sudah, wong-wong cerbon sambut kedatangan ku..!!". Pemuda berikat kain merah tampak melesat bak kilat ke arah utara, sementara debu hitam dari bekas ledakan gua cadas tampak membumbung tinggi keudara mengikuti laju kelebatan sang pemuda. Mana kala debu hitam melewati sebuah padukuhan terdengar jerit tangis dan lolong kesakitan dari segala penjuru, begitu debu hitam sirna yg tampak adalah pemandangan yg sangat mengerikan, puluhan orang tampak bergelimpangan tak bernyawa dg tubuh kering kerontang bak jerangkong, siapakah pemuda ganas tsb, pembaca mungkin sudah bisa menebaknya.
_o0o_
Dalam dzikirnya kuwu sangkan atau kisidum di sebuah gua sebelah barat kedaton pakung wati merasakan getaran-getaran yg memaksanya menghentikan lantunan ayat-ayat suci yg tengah di bacanya dalam hati, hampir empat puluh hari lamanya sesepuh cerbon ini melakukan itikap sunyi raga memohon petunjuk dan keselamatan bagi semua kawula alit dan jajaran kerabat kesultanan yg tengah menghadapi cobaan berupa wabah penyakit aneh. " duh gusti Allah, kami mahluk mu yg lemah hanya bisa memohon kemurahan rahmatmu..amin..". Sebelum ki sidum memejamkan matanya kembali serangkum angin mengandung debu hitam dg sebat melabrak tempatnya bersila, dengan sigap orang tua berjubah putih itu kebutkan lengan jubahnya kedepan selarik cahaya putih berpendar mengelilingi seluruh tubuh kisidum dan dalam hitungan detik menggelegar dentuman halilintar enam kali berturut-turut. "racun warangan temiang geni, astagfirllah..". Pekik ki sidum dalam hati, dan tidak menunggu lebih lama sosoknya tampak sebat melesat kearah kedaton pakung wati.
_o0o_
_o0o_
Sementara itu jauh di kedalaman hutan alas sinang perbukitan loyang, sepekan sebelum prajurit pinangeran cerbon datang dan empat purnama setelah rd. Menjangan wulung menyempurnakan aji gelap ngampar di sebuah gua cadas hitam, warok dusta dan warok brambang dedengkot laskar kesangyangan, pagi itu kedatangan sesosok bayangan hitam samar tengah berdiri lima langkah dihadapan keduanya. "siapakah andika ini, ada urusan apa berani menginjakan kaki dikawasan kami..". Bayangan samar ganda tersenyum tipis. " hmm..jumawa sekali, persis seperti junjungannya..tapi aku suka..ha.ha.ha..!!" warok brambang dan warok dusta tercekat ketika dirasakannya dadanya sesak seperti ada batu besar mengimpitnya, ketika keduanya mengerahkan tenaga dalam malah seperti tersedot oleh tatapan tajam bayangan hitam. "apa..apa..maksud andika dg junjungan..". Kedua warok itu tampak pegang dada masing-masing dan berlutut ditanah berumput . "perlu kalian ketahui, mulai hari ini kalian semua termasuk menjangan wulung menjadi pengikut ku..". "apa maksud andika..". "tidak usah banyak tanya dan berpikir dengar, menjangan wulung kini sudah berada di kesultanan cerbon, hawa racun warangan temiang geni telah disebar ke sesantro kesultanan bagaskara kelam akan muncul di kesultanan itu, kerahkan seluruh kekuatan laskar kesangyangan utk menggempur kedaton, biar urusan kawasan ini aku ambil alih..". "tapi..tapi..bulan..bul." "bulan kapit maksud kalian..aku tdk perduli mau bulan kapit, bala, rowah..atau apa..ingat sekarang aku yg berhak memutuskan.." Sadar ilmu orang jauh diatasnya, akhirnya kedua warok hutan alas sinang perbukitan loyang anggukan kepala masing-masing, didahului gelegar halilintar sebanyak enam kali berturut-turut sosok bayangan hitam raib dari pandangan bersamaan dg pulihnya kembali tenaga kedua warok tersebut.
_o0o_
Mentari bersinar dg teriknya, musim kemarau dirasakan sangat panjang, kekeringan melanda hampir merata diberbagai daerah, sebuah waluku teronggok merana dibelakang langkan semua rumah warga, sebagian besar yg bermata pencaharian bertani hanya bisa pasrah menanti hujan yg seakan enggan menyapa bumi pertiwi. Dalam kondisi memperihatinkan itu disebuah padukuhan yg berjarak sekitar limaratus hasta dari hutan bambu ori dari mulut sebuah gua cadas berwarna hitam, melesat satu sosok pemuda gagah berikat kepala kain merah menerabas rimbunnya pohon bambu, sementara dibelakangnya terdengar dentuman dahsyat memekakan telinga dimana gua cadas hitam tampak amblas kedalam tanah meninggalkan debu berwarna hitam semburat ke berbagai penjuru disusul gelegar halilintar enam kali berturut-turut. "ha.ha.ha.ha, sempurna sudah, wong-wong cerbon sambut kedatangan ku..!!". Pemuda berikat kain merah tampak melesat bak kilat ke arah utara, sementara debu hitam dari bekas ledakan gua cadas tampak membumbung tinggi keudara mengikuti laju kelebatan sang pemuda. Mana kala debu hitam melewati sebuah padukuhan terdengar jerit tangis dan lolong kesakitan dari segala penjuru, begitu debu hitam sirna yg tampak adalah pemandangan yg sangat mengerikan, puluhan orang tampak bergelimpangan tak bernyawa dg tubuh kering kerontang bak jerangkong, siapakah pemuda ganas tsb, pembaca mungkin sudah bisa menebaknya.
_o0o_
Dalam dzikirnya kuwu sangkan atau kisidum di sebuah gua sebelah barat kedaton pakung wati merasakan getaran-getaran yg memaksanya menghentikan lantunan ayat-ayat suci yg tengah di bacanya dalam hati, hampir empat puluh hari lamanya sesepuh cerbon ini melakukan itikap sunyi raga memohon petunjuk dan keselamatan bagi semua kawula alit dan jajaran kerabat kesultanan yg tengah menghadapi cobaan berupa wabah penyakit aneh. " duh gusti Allah, kami mahluk mu yg lemah hanya bisa memohon kemurahan rahmatmu..amin..". Sebelum ki sidum memejamkan matanya kembali serangkum angin mengandung debu hitam dg sebat melabrak tempatnya bersila, dengan sigap orang tua berjubah putih itu kebutkan lengan jubahnya kedepan selarik cahaya putih berpendar mengelilingi seluruh tubuh kisidum dan dalam hitungan detik menggelegar dentuman halilintar enam kali berturut-turut. "racun warangan temiang geni, astagfirllah..". Pekik ki sidum dalam hati, dan tidak menunggu lebih lama sosoknya tampak sebat melesat kearah kedaton pakung wati.
_o0o_
Kanjeng sinuhun jati purba tertegun, setelah kuwu sangkan atau ki sidum menyelesaikan ucapannya. "racun warangan temiang geni..". "benar angger sultan..". "bukankah menurut sesepuh terdahulu racun legendaris itu sudah punah dan disegel beberapa ratus tahun yg lalu, eyang..". "agaknya seseorang telah membangkitkan ilmu yg sudah di segel itu..". "apakah eyang dapat menduga siapakah orangnya..".
Kuwu sangkan sesaat termenung. "hanya ada satu orang, tapi apakah mungkin..". "maksud eyang.."
kuwu sangkan pejamkan matanya beberapa saat, lalu meluncurlah sebuah kisah yg terjadi beberapa ratus tahun yg telah lewat.
Kuwu sangkan sesaat termenung. "hanya ada satu orang, tapi apakah mungkin..". "maksud eyang.."
kuwu sangkan pejamkan matanya beberapa saat, lalu meluncurlah sebuah kisah yg terjadi beberapa ratus tahun yg telah lewat.
_o0o_
Negri seribu menara, dataran tibet. Didalam sebuah vihara berbentuk pagoda, seorang resi berselempang kain kuning tengah terpekur dalam semadinya, disaat seorang biksu muda masuk memberitahu sesuatu tengah terjadi di pelataran vihara. "bahadur singk..berapakali aku bilang, jangan masuk keruangan ini kalau tdk ku panggil..". Biksu muda berkepala pelontos itu susun kedua tangannya didepan dada. " maapkan saya resi ketua, tapi situasi diluar sangat kacau..". "maksudmu..". Belum biksu muda itu meneruskan ucapannya diluar terdengar dentuman halilintar enam kali berturut-turut, dg sebat resi ketua dan biksu muda lesatkan tubuhnya keluar ruangan berbentuk pagoda. Dipelataran vihara tampak berdiri sesosok laki-laki berpakaian hitam sedang disekelilingnya terlihat puluhan biksu terkapar dg tubuh kurus kering tak berdarah layaknya jerangkong.
"kakang resi mahendra thabitha, apa maksud semua ini..". Orang berselempang kain hitam pandang resi ketua dg tajam. "resi ketua, puaah..seharusnya aku yg berhak menyandang gelar itu..thaksin varpur..". "maap kakang resi mahendra, dari awal aku tidak berambisi menerima jabatan ini, tapi resi ketua terdahulu mempunyai pandangan lain..". Orang berselempang kain hitam tampak hembuskan napas berat " tidak usah banyak tanya dan berpikir thaksin varvur..aku datang untuk meminta hak ku..". "kalau itu kehendak kakang resi, mohon berilah sedikit petunjuk..". Didahului suara menggembor keras tubuh resi mahendra thabitha dorongkan kedua tangannya kedepan sekaligus, sebersit sinar mengandung debu hitam melesat dg sebat kearah resi ketua thaksin varvur yg sebenarnya adik seperguruannya sendiri, didahului gelegar halilintar sebanyak enam kali berturut-turut pukulan maut tsb dg deras menerjang kedepan...
Sejengkal lagi larik sinar mengandung debu hitam melabrak tubuh resi thaksin vharpur, seberkas cahaya putih keperakan memapasi serangan maut tsb. "Blaaaaarrr...!!!". Dentuman keras menggelegar menindih suara halilintar, tubuh resi ketua thaksin vharpur tersurut lima langkah kebelakang sedang resi mahendra thabitha terduduk menjelepok ditanah sambil memegang dadanya, sementara itu diantara keduanya berdiri ditengah arena seorang laki-laki tinggi tegap dg cambang bawuk lebat memakai sorban dikepala tampak rangkapkan kedua tangannya didada. "maap bila ana, mencampuri urusan ente berdua..". "raja malik syah, sobatku maap kenyamanan mu terganggu..". Resi ketua thaksin vharpur rangkapkan satu tangannya di dada. "ahlan wasyahlan..". Sedang resi mahendra thabita kini sudah kembali berdiri memasang kuda-kuda. "orang asing, kenapa ikut campur..". "la..la..ane memang tamu disini, makanya ane berhak membela tuan rumah, begitu adat di negri ane, mesir..". "persetan dg adat mu..". Kembali resi berselempang kain hitam ini lancarkan serangan pukulan maut mengandung debu hitam, pertempuran pecah semakin seru, pada satu ketika raja malik syah mengeluarkan sebuah cupu dari perak, ketika dibuka sebersit air dingin memancar dari cupu tsb langsung mengenai muka resi mahendra thabita, seketika itu juga tubuh resi sesat tsb hancur luluh menjadi serpihan2tajam berwarna hitam. Dg cepat raja mesir itu memumpulkan serpihan2 yg ternyata buluh bambu berwarna hitam dan memasukannya ke dalam ruas bambu berduri berwarna keperakan dan menyerahkannya ke tangan resi ketua thaksin vharpur. "sobat ane resi ketua, dalam ruas bambu ini terdapat buluh racun hidup dari jasad resi mahendra thabitha yg disebut warangan temiang geni, ane sudah menyegelnya, simpan baik2..".
Kyai sidum atau akuwu sangkan tampak menarik napas panjang. "nah angger sunan, begitulah ihwal dari racun warangan temiang geni, yg diceritakan turun temurun dari kakek buyutmu raja mesir..". "kalau begitu siapa yg membuka segel dari dalam ruas bambu berduri..". "allahu alam bhisowab, angger sunan, tapi sekarang kita tahu apa penangkal dari racun warangan temiang geni itu..". "maksud eyang cupu perak milik kakek buyut isun dari mesir itu..". "tepat sekali angger sunan, menurut riwayatnya cupu itu bernama manik astaghina yg dimiliki raja mesir yg sekarang, ayahanda angger sunan sendiri..". "kalau begitu isun akan ke mesir, sekalian menemui ibnda isun syaripah mudaim..". "berangkatlah lewat lorong makah yg terdapat di gua pamijahan di kaki gunung mujarob, angger sunan..". " baiklah eyang isun berangkat sekarang..". "tunggu angger sunan..". "ada apa eyang..". "lewatilah jalan pintas menuju pamijahan ini.." . Aki sidum atau akuwu sangkan letakan sebuah ruas bambu kuning di tanah, dg karomah dari gusti Allah ruas bambu kuning kecil itu dalam penglihatan sinuhun cerbon, sunan jati purba. membentuk sebuah lorong yg panjang, di awali dg membaca "basmallah" sosok sinuhun cerbon tsb melesat masuk kedalam ruas bambu kuning.
_o0o_
Kondisi prajurit pinangeran cerbon yg terperangkap di tepi hutan alas sinang perbukitan loyang dalam dimensi gaib semakin memperihatinkan, saat itu lah kuasa gusti Allah atas mahluknya yg teraniaya terijabah.
Tersebutlah rd. Wiralodra sang akuwu padukuhan cimanuk yg kembali menginjakan kaki ditanah jawadwipa setelah terpesat di alam pewayangan 1500 th. SM. (utk lebih jelas petualangan rd. Wiralodra di zaman itu, silahkan pembaca lihat pd eps. Mustika lembah cimanuk). Indra waskita akuwu cimanuk ini tergugah, setelah menunaikan salat shubuh dalam wiridnya tiba-tiba dihadapannya berdiri sesosok tubuh berbaju takwa. "kanjeng sunan kali jaga, assallam mualla ikum..". Setelah menjawab salam, aulia dari kadilangu ini pegang pundak rd.wiralodra. "angger, isun butuh bantuan mu..". "silahkan kanjeng sunan kali..". "ditepi hutan alas sinang perbukitan loyang, pasukan pinangeran kacirebonan terperangkap dlm dimensi alam gaib, hanya angger yg mampu membebaskannya..". "baiklah kanjeng sunan, saya segera kembali ke sana..". Setelah mengucap salam sosok sunan kali jaga raib dari hadapan rd.wiralodra. Dg merapal aji saepi angin dlm sekejap sosok rd.wiralodra sampai ditempat yg dituju. "tirai gaib oyod ming-mang..". Gumam rd.wiralodra dlm hati. Saat itulah seberkas sinar mengandung debu hitam menderu kearahnya, dg sigap rd.wiralodra rentangkan kedua tangan kedepan dan putar perlahan searah jarum jam, sejengkal lagi pukulan maut itu menghantam, tampak sinar hitam berdebu tertahan diudara dan meledak bak halilintar sebanyak enam kali berturut-turut. "gelap ngampar tingkat enam, tapi mengapa hawa racun warangan tercium santar ditempat ini..". Belum selesa rd.wiralodra membatin dihadapannya berdiri satu sosok samar bayangan hitam. "aji lembu sekilan, ratusan tahun yg lampau telah lewat tapi kekuatannya masih dahsyat, apa hubungan mu dg raja mesir malik syah itu..". Rd. Wiralodra tertegun lawan mengenali ajiannya.
"aku tidak mengerti yg andika maksudkan, yg jelas segera bebaskan para prajurit pinangeran sekarang juga..". "ha.ha. Rupanya kau orang cerbon juga..". "terserah dugaan andika..". "jumawa..tahan ini.." kembali bayangan hitam samar lancarkan pukulan maut, seperti yg terjadi sebelumnya sinar mengandung debu hitam tertahan satu jengkal diudara dan meledak tapi kini terpantul balik menyerang bayangan hitam samar, senjata makan tuan..
"dhuuuaaarrrr...!!!"
dentuman dahsyat menggelegar, satu pekikan terdengar merobek langit sesaat pandangan terhalang asap hitam, begitu asap hitam sirna dihadapan rd.wiralodra terpampang sebuah pedataran yg terbungkus semacam kubah kaca tembus pandang, didalam kubah tergeletak beberapa prajurit pinangeran dlm kondisi lemah tak berdaya, dg menggunakan ajian bayu bajra, kubah kaca tembus pandang itu hancur berkeping-keping. "terimakasih, saya senopati andawiyah, siapakah andika ini..". " saya wiralodra akuwu padukuhan cimanuk, baiklah tugas saya sudah selesai, sampaikan salam hormat saya pada sinuhun cerbon..". "baiklah raden, sekali lagi kami ucapkan terimakasih..". Setelah rd.wiralodra berlalu dari pandangan, dg sendirinya pasukan pinangeran cerbon pulih dari rasa lemah yg selama itu menyerang mereka.
"kakang senopati, apa rencana kita selanjutnya.."
"siagakan prajurit pinangeran yg tersisa, hari ini juga kita rambah hutan alas sinang perbukitan loyang..".
"sendika, kakang senopati..".
Sesaat setelah terjadi ledakan dahsyat sosok bayangan hitam samar tampak melesat keudara, mengetahui kekuatan lawan jauh diatasnya dg sebat sosok ini melesat kearah tenggara.
"wong-wong cerbon sambut kedatanganku, keturunan raja malik, hari pembalasan telah tiba.."dalam hitungan detik sosok hitam samar lenyap berbarengan dg semburat sang mentari diufuk timur.
_o0o_
Dalam keremangan kabut dini hari sesosok bayangan terlihat melompati dinding kedaton taman sari pakung wati sebelah utara, langkahnya tampak ringan ketika memasuki sebuah gedung kesatrianan, dimana putara dan putri serta kerabat keraton bermukim, seorang prajurit jaga anggukan kepala begitu mengetahui kedatangan sosok pemuda tegap berikat kain merah ini "raden menjangan wulung, ibunda permaisuri sudah lama menunggu..". Pemuda ini anggukan kepalanya dan ketika memasuki sebuah bilik tubuh tegapnya langsung berlutut dihadapan seorang perempuan separuh baya yg tengah duduk disebuah dipan. "ibunda ratu pembayun, terimalah sembah bakti ananda..". Dg penuh welas asih diusapnya kepala pemuda tegap dihadapannya itu dg lembut. "ananda menjangan wulung, kemana saja selama ini..". Pemuda tegap berikat kain merah rangkapkan tangan didepan wajahnya. "maapkan ananda, selama dalam pengembaraan ananda tidak memberi kabar..". Ratu pembayun pandang pemuda di hadapannya beberapa lama. "apakah rasa kecewa atas diangkatnya adikmu saba kingking sebagai putra mahkota, yg menyebabkan ananda meninggalkan kedaton tanpa pamit..". Pemuda ini tampak tersentak tapi dg cepat dapat menguasai keadaan. "ibunda permaisuri, ananda cuma putra angkat, sudah sepantasnya lah adinda saba kingkin yg berhak menjadi putra mahkota..".
"ananda menjangan wulung, jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga ananda adalah putra kinasih dari rama dan sudah ibunda anggap sebagai darah daging ibunda sendiri..". Sudut mata ratu pembayun tampak mengembang oleh air mata, sesaat keheningan melingkupi ruangan tsb. "ibunda maapkan, bila ucapan ananda membuat sedih..". Wanita separuh baya ini akhirnya tak kuasa membendung air matanya, isaknya terdengar tertahan dan dengan kasih sayang seorang ibu dipeluknya buah hatinya itu dg erat. "ananda besarkan lah hati mu, dukung dan bimbing adikmu saba kingkin, bagaimanapun juga ananda adalah putra tertua yg sudah banyak serat pengalaman dlm menjalani kehidupan..". "insya Allah ibunda, sekarang izinkanlah ananda untuk istirahat..". Ratu pembayun anggukan kepalanya begitu punggung rd.menjangan wulung hilang dibalik tembok kedaton permaisuri tertua ini rangkapkan kedua tangannya didepan dada. "duh gusti Allah, lindungilah kami dari marabahaya, kuatkan dan tabahkan para kawula alit yg sedang dalam cobaanMU, amin..".
Angin kering berhembus kencang dari luar kedaton pakung wati, dari arah selatan tampak melesat satu sosok bayangan hitam dg kecepatan bak kilat, sosok samar tsb kini berdiri di atas tembok kedaton pakung wati bagai bayang-bayang seekor kelelawar besar, sedang di langit menggelegar suara halilintar tapi tanda-tanda akan turunnya hujan tak kunjung datang.
_o0o_
Selimut malam hampir mencapai puncaknya, dlm sebuah bilik rd.menjangan wulung tampak duduk bersila diatas pembaringan, perlahan kisah hidup berputar dibenaknya.
Saat dia ditemukan syeh sarif hidayat tullah ketika tengah menyebarkan agama tauhid disebuah pecantilan dekat hutan gombong, dia masih orok merah yg entah siapa orang tuanya tergeletak begitu saja terbungkus kain berwarna ungu kehitaman, atau wulung (jawa: pen) yang aneh seekor kijang atau menjangan bertanduk tunggal tengah menyusui orok tsb sambil menggesekan mukanya didaun perdu selasih disampingnya, ketika wali Allah ini menghampiri, sang kijang tampak menatapnya dg pandangan penuh arti. Sebagai seorang aulia yg waskita tatapan kijang itu sudah dapat dipahaminya bahwa orok merah yg tali pusatnya belum puput itu satu anugrah dari gusti Allah, maka dg meminta izin pd sang menjangan orok tsb diangkatnya menjadi anak, terlebih pada saat itu istrinya ratu pembayun belum dianugerahi keturunan, syeh sarif hidayattullah memberi nama orok merah itu rd.menjangan wulung. selang dua tahun ketika dilantik menjadi sultan cerbon bergelar sunan gunung jhati, atau jati purba, lahirlah rd.saba kingkin.
Rd.menjangan wulung sesaat tarik nafas pelan dialog antara hati nurani dan dirinya berlangsung.
"sultan dan permaisuri begitu baik, aku yg tdk jelas asal-usulnya diangkat derajatnya sedemikian tinggi, tapi mengapa hanya karena ambisi, mabuk kekuasaan aku menghalalkan segala cara, duh..gusti Allah, masihkah ada celah untuk ku bertaubat, dosaku setinggi gunung sedalam lautan, kawula alit jadi korban karena angkara, iri dan dengkiku pada adikku.." belum selesai dialog batin berlangsung, Saat itulah sekelebatan sosok bayangan hitam samar tau-tau sudah berdiri tiga langkah dihapannya.
"kau.."
bayangan hitam samar ganda tertawa
"mengapa kaget atas kehadiranku rd.menjangan wulung, bukankah kau sudah ada di dalam kedaton tunggu apa lagi laksanakan rencanamu hancurkan keraton dari dalam..".
"tapi, aku..".
"menjangan wulung, kenapa kau ini, jangan bilang setelah bertemu ibundamu, semangat untuk merebut hak mu sebagai putra mahkota atas adikmu saba kingkin menjadi pudar..". "guru..maapkan aku, hasrat itu sekarang pudar, aku ingin betaubat, kembali kejalan yg benar..". "apa..aku tdk salah dengar atau kau salah berucap..". " tidak guru aku sudah memutuskan...". Belum selesai ucapan menjangan wulung dirasakannya dadanya seperti terhimpit batu besar, yg memaksanya berlutut dilantai. "guru..". "murid tak tau balas budi, kesaktian dan ilmu dahsyat tlah aku wariskan, ini kah balasan mu..". "guru, kalau kau mau ambil kembali semua ilmu yg sudah aku dapat darimu..". "gampang sekali kau ngomong, lihat ini..". Sebelum menyadari apa yg terjadi sebuah kilatan berwarna hitam tampak menembus tengah kening menjangan wulung.
"anak manusia terlahir bernama menjangan wulung, dengar..kini kau dalam kekuasaanku tidak usah bertanya atau berfikir, digenggaman tanganmu ada sebilah keris tak bereluk mengandung racun warangan temiang geni, goreskan senjata itu ditubuh rd.saba kingkin, ingat hanya goreskan saja, selebihnya biar aku yg melanjutkan..mengerti kau, menjangan wulung sesepuh para warok hutan alas sinang perbukitan loyang..". "aku mengerti guru...". "saat bagaskara kelam atau gerhana matahari muncul laksanakan tugasmu.."
laksana boneka tak bernyawa sosok tegap rd.menjangan wulung yg telah dicuci otak dan perasaanya ini genggam bilah keris tak ber eluk ditangan kanannya, sehelai kain merah yg beberapa hari ini dilepas, kini diikat kan kembali dikepalanya selarik cahaya merah terbersit dari kedua matanya, sedang sosok bayangan samar sudah raib entah kemana. Diatas keraton pakung wati suara halilintar menggelegar enam kali berturut-turut.
_o0o_
Sang surya semburat diufuk timur, awan putih berarak kearah barat daya, embun menggelayut diujung daun kemilau bak berlian diatas pasir. Rd. Saba kingkin sambut pemuda gagah berikat kepala kain merah dihadapannya. " rakanda menjangan wulung, kemana saja baru kelihatan..". Pemuda itu cuma tersenyum. "rayi saba kingkin, selamat atas pengangkatan mu, sebagai putra mahkota..". "terimakasih rakanda, namun saya masih butuh bimbingan dan dukungan dari rakanda menjangan wulung..". "sudah beberapa hari ini kanjeng rama sultan tidak ada ditempat, apa rayi tahu dimana kanjeng rama..". "saya sendiri tidak tahu rakanda..". "sebagai calon pewaris tahta kesultanan, apakah rayi sudah mempunyai senjata mustika..". "belum rakanda, kanjeng rama sultan belum membicarakannya pada saya.." .rd. Menjangan wulung dongakan kepalanya kelangit, angin semilir menyibakan rambutnya yg terurai sebahu, alam yg semula terang benerang perlahan meredup. "rayi saba kingkin sebilah senjata mustika sangat berarti bagi calon raja, kalau tidak keberatan saya mempunyai senjata mustika yg pas buat mu rayi..". "dg senang hati, kalau boleh saya ingin melihatnya rakanda..". "tentu saja..tentu saja..rayi saba kingkin. Dari balik pakaian ringkasnya rd.menjangan wulung mengeluarkan sebilah keris tak bereluk. "rakanda kenapa badan keris berwarna hitam legam..". "ini keris bertuah rayi..". Saat rd.saba kingkin tengah melihat bilah keris, calon pewaris tahta kedaton pakung wati ini tidak merasakan perubahan suasana alam disekelilingnya yg mulai redup, rd.saba kingkin tidak menyadari maut tengah mengintainya. Ketika gerhana matahari total melingkupi seluruh kedaton pakung wati dg gerakan cepat rd.menjangan wulung goreskan keris yg mengandung racun warangan temiang geni dilengan kanan rd.saba kingkin, "blaaarr..!!" jerit pekik rd.saba kingkin tertindih gelegar halilintar, disaat bersamaan sesosok bayangan hitam samar melesat membetot bilah keris yg di genggam rd.menjangan wulung dan langsung tikamkan senjata maut itu kearah dada sebelah kiri rd.saba kingkin, sejengkal lagi ujung keris mengenai sasaran selarik sinar putih keperakan memapasi laju keris."blaarr..!!" kembali halilintar menggelegar dlm kepekatan gerhana total, ketika alam mulai terang kembali ditengah kalangan sultan cerbon sunan jati purba tengah mendukung tubuh rd. Saba kingkin, sedang bayangan hitam samar dan rd.menjangan wulung terlihat diatas kubah masjid agung sang cipta rasa. "racun warangan temiang geni..duh gusti Allah isun terlambat.." pekik sunan jati purba. Sontak suasana menjadi kacau, beberapa prajurit pinangeran tampak menggotong rd.saba kingkin ketempat yg aman. Sedang sisanya lesatkan beberapa anak panah ke arah rd. Menjangan wulung yg mulai mengeluarkan aji gelap ngampar tingkat enam, tak satupun anak panah yg bisa melukainya, sebaliknya puluhan prajurit pinangeran bergelimpangan tanpa nyawa. Melihat semua itu sunan jati purba usapkan cupu manik asta ghina pd sebilah anak panah yg langsung dilesatkan kearah kubah masjid sang cipta rasa. "deeesss..!!!" kubah masjid langsung terlempar keudara bersama tubuh rd.menjangan wulung. Sementara bayangan hitam samar tampak melesat kearah sultan cerbon di barengi lesatan debu hitam racun warangan temiang geni, disaat itulah sesosok berselempang kain kuning berdiri ditengah kalangan. "ternyata biang keonaran selama ratusan tahun silam adalah kau bahadur sink..". Sosok hitam samar tampak terkejut ketika dg perlahan wujudnya berubah kebentuk asli seorang biksu muda dg kepala plontos. "resi ketua thaksin varpur..saya..". "kaulah yg membuka segel racun warangan geni dan berserikat dg resi sesat mahendra thabita..". Dg gerakan kilat resi ketua dari dataran tinggi tibet ini ambil cupu manik astaghina dari tangan sunan jati purba, ketika tutup cupu dibuka menyemburlah air sedingin salju himalaya tepat dimuka biksu bahadur sink yg langsung meledak berkeping-keping jadi serpihan tajam berwarna hitam dan dg segera dimasukan kedalam bambu putih berduri dan menyerahkannya pd. Sunan jati purba.
_o0o_
segera terbit : Dilema Katresnan Sang Akuwu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar