KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Jumat, 08 April 2011

Mustika Lembah Cimanuk



     Dalam tutur tanah jawi dikisahkan ketika putra tumenggung gagak singalodra dari bagelen yang bernama rd. Wiralodra membuka lahan dikawasan sugai cimanuk dan memberi nama perdikian itu padukuhan lembah cimanuk, pergolakan dikesultanan cerbon semakin memanas, ditambah rongrongan dari satu komunitas aliran kepercayaan yang sebenarnya masih satu kerabat dengan kesultanan, namun karena rasa ketidak puasan dari satu golongan maka orang-orang tertentu memilih memisahkan diri dan mangkir dari kedaton pakungwati, segolongan orang inilah yang kemudian hari membentuk komunitas kesangyangan dan bermarkas dihutan sinang perbukitan loyang, hal mana membuat sultan cerbon kanjeng sinuhun sunan jati purba atau sunan gunung jati mengutus dutanya pada akuwu lembah cimanuk untuk menyirap keberadaan para pembesar dan kerabat keraton yang mbalelo yang disinyalir bergabung dengan bangsa orang bunian yang berada dihutan tersebut, sebagai rasa tanggung jawabnya karena daerah hutan sinang perbukitan loyang masih berada diwilayang padukuhan sebelah selatan lembah cimanuk maka raden wiralodra hari itu juga berangkat untuk mengemban titah dari sultan cirebon.
 "kyai tinggil, selama saya pergi mengemban titah dari sinuhun, segala urusan mengenai padukuhan sepenuhnya saya limpahkan pada kyai."
 "baik raden, tapi apa tidak lebih baik jika raden membawa pengawal.."
 "untuk kali ini, biar saya sendiri kyai.."
 Kyai tinggil angguk-anggukan kepalanya, setelah raden wiralodra mengganti busananya dengan baju ringkas berwarna putih, pemuda gagah ini lesatkan badannya keudara yang dalam sekejap sosoknya raip dari pandangan kyai tinggil.
                                               __o0o__


     Mentari tepat diubun-ubun, sebuah pedati dengan ditarik dua ekor lembu tampak berjalan perlahan menyusuri kawasan hutan sebelah barat pasir beling, diatas kursi kayu seorang tua kerempeng sesekali lecutkan cemetinya agar laju pedati lebih kencang, daridalam pedati seraut wajah anggun terlihat menyibak tirai pedati
 "paman ragil, apa perjalanan kita masih jauh.."
 "masih cukup jauh nyimas..ditikungan bukit karang itu ada sebuah pecantilan, kalau tidak salah namanya suket baja dan padukuhan lembah cimanuk sekitar tiga hari perjalanan dari pecantilan itu.."
 "paman, lebih baik kita istirahat dulu.."
 "baik nyimas, kebetulan didepan sana ada telaga kita bisa beristirahat sejenak.."
obrolan dua orang ini mendadak terhenti dari arah yang tak terduga mendesing puluhan pisau terbang mengarah pada laju pedati.
 "traang..!! traang..!!..trrraaaangg.."
dengan sigap orang tua kerempeng ini lentingkan badannya diudara puluhan pisau terbang tampak menancap diseluruh dinding pedati, begitu jejakan kembali ketanah dari segala arah melesat lusinan anak panah kearah orang tua ini, dengan kecepatan kilat aki ragil putar cemeti ditangan kanannya, walau hanya cemeti tapi karena sudah dilambari dengan tenaga dalam maka benda itu menjadi lentur dan sekeras baja menangkis setiap lesatan puluhan anak panah, satu menit tlah berlalu aki ragil tampak waspada mengawasi sekitarnya, hanya kesunyian yang dirasakan menggantung diudara..
 "hemm..terlalu hening.." gumam aki ragil
 "ada apa paman ragil.." seraut wajah anggun kembali muncul dari dalam pedati
 "den ayu..apapun yang terjadi, aki harap tetap didalam pedati.."
ketika dirasa sudah aman, orang tua kerempeng ini kembali lecutkan cemeti untuk menjalankan pedati, namun...mendadak sontak suasana hutan yang semula terang perlahan menjadi redup, disusul suara tertawa menggema memekakan gendang telinga.
 "aji gelap ngampar.."gumam aki ragil
disusul dari berbagai arah berloncatan bayangan-bayangan hitam dengan golok terhunus tampak mengepung pedati.
 "salah sasaran bila kalian merampok kami.."
sebagai jawabannya puluhan orang ini langsung menyerbu pedati, melihat gelagat yang kurang baik aki ragil lantas putar cemetinya dengan cepat, tiga orang yang berusaha melompat kedalam pedati terkapar dengan wajah berlumuran darah. melihat kawanya tumbang sisanya kembali lentingkan badannya kedepan.
 "ssseerrrriiittttt...!!!"
sebuah suara berdesing diudara, mendengar suara itu puluhan orang bercadar hentikan gerakannya dan dalam satu gerakan lompatan kebelakang puluhan orang bercadar dengan tiga orang yang terluka kena gebuk aki ragil ikut lenyap hilang dilebatnya belukar.
 "apa sudah aman paman.."
aki ragil cuma anggukan kepalanya, takdisangka sebuah tawa menggema kembali menggetarkan gendang-gendang telinga
 "gelap ngampar..tingkat tiga..celaka."
aki ragil lantas salurkan tenaga inti keseluruh tubuh, namun semakin mengerahkan tenaga dalam..justru dirasakan oleh aki ragil energinya tersedot habis..
 "gusti Allah..celaka.." sinar merah panas mencuat dihadapan aki ragil.
disaat itulah sebuah bayangan putih berkelebat diantara keduanya
 "bblllaaarrr..!!"
dentuman keras menggema disesantro tempat, didepan sana seorang pemuda gagah tampak putar kedua tangannya searah jarum jam.
 gema tawa langsung musnah, suasana gelap kembali terang aneh energi aki ragil kembali kedalam tubuhnya.
 "terimakasih kisanak.."
pemuda gagah berbaju putih ringkas ini cuma tersenyum
dari dalam pedati muncul satu sosok anggun dengan rambut digelung kebelakang.
 "kalian hendak kemana.." ujar sang pemuda
 "saya nyimas Endang dharma, dari pesisir timur blambangan dan ini aki ragil, kami bermaksud kepadukuhan lembah cimanuk.."
pemuda ini tatap sesaat paras anggun didepannya
 "ada urusan apa kalian kepadukuhan itu.."
 "kesuburan dan kemakmuran daerah baru itu santar tercium harum sampai kenegeri kami.." yang menjawab kali ini aki ragil.
 "baiklah kisanak dan nyisanak, silahkan teruskan perjalanan kalian padukuhan itu masih jauh darisini.., kelak kita pasti bertemu.." setelah itu pemuda berbaju putih hentakkan kakinya ketanah yang dalam sekejap sosoknya telihat jauh di balik lereng bukit sebelah selatan.
 "ah..kita sampai lupa menanyakan namanya.." gumam aki ragil
 "sudahlah paman..lebih baik kita meneruskan perjalanan.."
aki ragil lantas lesatkan cemetinya keudara, dan pedati itupun perlahan mulai bergrak meninggalkan debu yang berterbangan.


                                            __o0o__



     Mentari sepenggalah ketika raden wiraloradra jejakan kakinya ditepi hutan sinang perbukitan Loyang, suasana alam sekitar sontak berubah hening, bahkan kicau burung dan desiran angin seakan sirap, anehnya walau malam ataupun siang kabut tipis senantiasa melingkupi wilayah hutan ini.
 “terlalu hening..” gumam pemuda gagah ini sambil alirkan tenaga inti untuk sekedar berjaga-jaga. Ketika pemuda ini bermaksud meneruskan langkahnya dari arah yang tak terduga melesat satu sinar merah yang ketika berada tiga langkah dihadapannya melebar membentuk satu jaring, secepat kilat akuwu lembah cimanuk ini putar kedua tangannya searah jarum jam, sinar jaring merah tampak terhenti sejengkal dari badannya tapi tanpa diduga oleh raden wiralodra sepasang tangan dirasakan memegang pergelangan kakinya dari bawah dan sebelum menyadari apa yang terjadi tubuh pemuda gagah ini amblas tertarik kedalam tanah.
                                                _o0o_




     Dikisahkan…
Pasca peperangan akbar Bharata yudha, antara kesatria pandawa lima dari nagri amarta dan kesatria kerajaan hastina pura yang sebenarnya masih satu trah, dengan telak dimenangkan oleh pihak pandawa yang memang berhak mendapat hak waris  sah kedaton hastinapura dari keturunan raja terdahulu sang prabu pandu dewanata, namun sesuatu diluar nalar terjadi…
Ketika kelima kesatria pandawa ini kembali menduduki kedaton hastina pura tak dinyana kelimanya mendadak sontak menjadi patung pualam, sedang kedaton hastina pura secara gaib raib berubah menjadi hutan belantara yang lebat, selama ribuan tahun tak seorangpun tahu keberadaan kedaton itu. Hingga satu waktu sang Krishna raja dwarawati melalui pusaka ogan lopiannya mendapat petunjuk ghaib, bahwa hanya kesatria yang memiliki ilmu lembu sekilan lah yang mampu membuka tabir keberadaan kedaton hastinapura sekaligus memulihkan kelima ksatria pandawa dengan kumandang Azannya, sayang ksatria yang dimaksud berada dizaman alam 1500th. Yang akan datang.
     Atas petunjuk yang maha kuasa, sang Krishna dengan mengandalkan senjata mustika berupa panah sakti bernama cakra udaksana, dengan keyakinan dan kepasrahan total pada tuhannya maka dilesatkannya pusaka cakra udaksana kelangit 1500th yang akan datang dengan tujuan menghadirkan kesatria yang memiliki ilmu atau ajian lembu sekilan.

                                        _o0o_

Palagan padang khurusetra
     Malam berangsur mendekati dini hari, dari arah karang bukit terjal satu sosok bungkuk dengan topi terbus berwarna merah tertatih memasuki lembah padang khurusetra, puluhan tahun tlah lewat setelah peperangan akbar bharatayudha, namun palagan ini tetap sangat menyermkan terutama pada malam hari, tak seorangpun penduduk sekitar palagan yang berani mendatanginya, konon pada waktu-waktu tertentu dilokasi ini sering terdengar teriakan kesakitan, denting suara pedang beradu, derap dan ringkikan ribuan kuda layaknya pertempuran bharatayudha kembali terulang.
     Lelaki bungkuk berterbus merah ini terus langkahkan kakinya ketengah padang palagan khurusetra, matanya yang sipit tampak sapu sesantro lembah.
 “kalau sampai fazar belum aku temukan, sia-sia pertapaanku selama puluhan tahun..” gumam lelaki bungkuk ini dalam hati, mendadak hidungnya seperti mencium sesuatu diudara, kembali lelaki tua ini teruskan langkahnya kearah selatan lembah, disana diarah tumpukan batu-batu karang matanya yang sipit seperti melihat sesuatu dengan sekali jejakan kaki tubuhnya telah sampai digundukan karang. Lantas lelaki bungkuk berterbus merah ini keluarkan pendupaan, satu detik kemudian wangi setanggi santer melingkupi kawasan palagan padang khurusetra.
 “bangkitlah..!!”  Sentak lelaki berterbus merah ini, suaranya sampai menggetarkan dinding karang disekitarnya.
 “bbbllllaaaaaaaarrrrr…!!!”
Dentuman keras terdengar, padang palagan khurusetra bergetar hebat dan dari dalam tumpukan batu karang satu sosok tinggi besar tanpa kepala melompat keluar berdiri tiga langkah dihadapan orang tua berterbus merah ini.
 “berlutut..” kembali bergema suara orang berterbus merah, seperti sebatang pohon dengan kaku sosok tinggi besar tanpa kepala ini jatuhkan lututnya ketanan berumputan, orang tua berterbus merah ini tampak komat-kamit ketika mulutnya yang perot tiup keudara, entah dari mana datangnya sepotong kepala dengan caling mencuat dan rambut riap-riapan telah bertengger dileher sosok tinggi besar ini.
 “Dhuryudana..ilmu karang rawarontek mu, telah aku kembalikan padamu, sekarang cari pemuda yang konon berasal dari zaman 1500th yang akan datang, bila perlu hapus dia dari alam pewayangan ini..”
Sosok tinggi besar dengan caling dan rambut riap-riapan yang ternyata Dhuryudana, raja dari hastinapura ini susun kedua tangannya dikepala dan dalam sekali kelebatan sosoknya telah raib berubah menjadi sinar merah lantas melesat bak kilat kelangit dinihari yang kelam, sementara kembali orang tua bungkuk berterbus merah ini komat-kamit, lalu tangannya taburkan sesuatu ketanah yang dalam sekejap dari dalam tanah muncul sosok-sosok samar prajurit hastina pura yang telah gugur mengelilingi orang tua berterbus merah ini.
 “mulai saat ini, kalian semua budakku..sekarang pergilah kaalam 1500th yang akan datang, bergabunglah dengan para dhurjana, kelak merakalah yang menemani kalian dineraka jahanam..”
Dalam sekejap sosok-sosok samar para prajurit hastinapura ini raib seiring dengan semburat fajar sidik dari arah timur.
                                        _o0o_

     Gelap dan hening yang dirasakan raden wiralodra, ketika mendapatkan dirinya disatu tempat yang dirasakan asing oleh akuwu lembah cimanuk ini, perlahan ingatannya pulih pemuda ini lantas mencoba berdiri.
 "tempat apa ini..apa aku masih dikawasan hutan sinang perbukitan loyang.." gumam pemuda gagah ini dalah hati, dan ketika putra tumenggung gagak singalodra ini berusaha berjalan menembus gelapnya suasana, dari arah depan melesat bak  kilat satu sinar kuning keperakan karah dirinya, dengan sigap pemuda ini putar kedua tangannya searah jarum jam.
 "pyaaarrr..."
sinar kuning keperakan terhenti sejengkal dari badannya lalu buyar berserabutan membentuk gumpalan putih dan dari dalam gumpalan kabut berwarna putih satu sosok tampak berkelebat kearahnya, dengan sekali gerakan sebilah keris bereluk duabelas kini tergenggam ditangan kanan raden wiralodra.
 "mustika kyai bagelen..harap masukan kewarangkanya.."
raden wiralodra tertegun seseorang mengenali senjatanya
 "maap kisanak..harap unjukan dirimu.."
belum selesai gema suara raden wiralodra, kini terpaut tiga langkah dihadapannya berdiri seorang tua berselempang kain putih dengan kumis janggut menjulai panjang berwarna senada dengan pakaiannya.
 "apakah tadi itu ajian lembu sekilan.."
untuk yang kedua kalinya akuwu lembah cimanuk ini terkesima, orang tua dihadapannya kembali mengenali ajian yang dimilikinya.
 "maap orang alim..siapakah andika ini sebenarnya.."
"bukankah dinegrimu, lajim orang yang lebih muda memperkenalkan diri terlebih dahulu.." ujar orang tua ini yang membuat raden wiralodra tampak tertegun.
 "saya wiralodra, maap kyai mengetahui ajian saya..siapakah kyai ini sebenarnya.."
 "nama tidak penting akuwu lembah cimanuk, bukankah itu julukanmu yang terpenting kami telah menunggumu disini selama 1500 tahun yang lampau.."
raden wiralodra untuk kesekian kalinya dibuat terkesima, kurun waktu atau zaman yang disebutkan orang dihadapannya ini membuatnya tak habis pikir, jangankan dirinya orangtuanya,bahkan kakek buyutnyapun belum tentu dilahirkan.
 "tidak usah heran anak muda, bukankah dizamanmu tidak ada yang mustahil bila gusti Allah menghendaki.."
 "lalu apa sebenarnya yang kyai hendaki dari diri saya.."
 "aku diutus sri pabu kreshna untuk menjemput dirimu.."
 "tunggu..maaf kyai, sri kreshna..apakah.."
 "benar anak muda, sekarang dirimu berada dinegri kami..alam pewayangan yang terpaut jauh 1500 tahun yang lampau dengan zamanmu.."


 "tujuan kyai menjemput saya.."
Dengan singkat orang tua berselempang kain putih dengan rambut, kumis dan alis yang menjuntai panjang yang tidak lain dari perwujudan senjata mustika cakra udaksana milik sri krishna ini menceritakan ihwal raibnya kedaton hastina pura serta kelima pandawa yang telah berubah menjadi patung pualam dan hanya dengan kumandang azan dari ksatria yang memiliki ajian lembusekilan kelima pandawa ini dapat dipulihkan.
 "sulit difahami dengan nalar..." ujar raden wiralodra
"waktuku terbatas anak muda..mari kita menemuai sri kreshna.." ujar perwujudan cakra udaksana.
 "kyai cakra..saya masih mengemban amanah dari sultan cerbon.."
 "ketahuilah..tugas itu, telah dilimpahkan kepada orang lain.."
 'siapa.."
 "kelak kau pasti akan mengetahinya.."
 "kyai cakra apa kita masih dialas sinang perbukitan loyang.."
 "seperti yang aku katakan tadi..saat ini kita tengah berada di alam 1500 tahun yang lampau dan hutan sinang perbukitan loyang adalah pintu gerbang ghaib menuju kealam pewayangan.."
Akuwu padukuhan lembah cimanuk ini cuma diam, perlahan tapi pasti kegelapan yang berada dihadapannya sirna, pemuda gagah ini kemudian merasakan dirinya menembus kabut yang sangat tebal sedang orang tua berselempang kain putih penjelmaan senjata mustika kembali keasalnya yang kini berada ditelapak tangan kanan raden wiralodra, sebilah senjata panah dengan ujung cakra..
berbarengan dengan itu dari arah selatan tampak melesat satu sinar berwarna keperakan, dan karena penasaran dikejarnya sinar keperakan itu oleh raden wiralodra.
                                  
                                           _o0o_



     Sosok tambun dengan kuncung putih dikepalanya ini tampak tersenyum manakala dihalaman rumahnya sebuah kereta kencana berhenti, dari dalam kereta seseorang dengan mengenakan mahkota keemasan tampak menyongsongnya, tak lama keduanya terlibat saatu perbincangan yang serius.
 "kakang semar..apa sudah ada kabar tentang keberadaan kesatria dari alam yang akan datang itu.."
 "belum pagusten kreshna, namun ada sesuatu yang ingin aku pastikan.."
 "soal apa kakang semar.."
 "untuk saat ini aku belum bisa memberi tahu hal itu pagusten kireshna..maap.."
 "aku mengerti kakang semar, silahkan lakukan yang terbaik menurut apa yang kakang anggap benar.."
Punakawan semar cuma mengangguk-angguk, begitu sri kreshna kembali melaju meninggalkan pondoknya sosok tambunnya perlahan raib beralih rupa menjadi satu sosok pemuda tegap dengan kulit berwarna hitam kebiruan dan dengan sekali jejakan kaki ketanah pemuda gagah ini raib dari pandangan mata.
 

                                                 _o0o_
 


     Beberapa masa sebelum akuwu lembah cimanuk raden wiralodra terpesat kealam pewayangan, alam yang terpaut jauh 1500 tahun yang lampau dari alamnya.

 
     Kelima kesatria pandawa, yudistira, bima sena, arjuna, nakula serta sadewa yang telah memenangkan peperangan akbar bharata yudha dipalagan lembah kurusetra, ketika kelimanya memasuki pintu istana hastinapura disamping singgasana seorang tua bungkuk dengan terbus berwarna merah dikepala menyambutnya dengan hangat.
 "selamat datang murid-muridku.."
 "rama begawan..bukankah rama telah tewas dipalagankurusetra.."
orang tua denganterbus merah dikepalanya ini cuma tersenyum
 "yudistira muridku..apa yang kalian saksikan dipalagan kurusetra itu benar, tapi berkat kemurahan sang jagat nata rohku dikembalikan lagi dialam ampa ini, sudahlah hal itu tidak penting, yang terpenting sekarang kalian telah mendapatkan hak waris yang sah dari orang tua kalian, kedaton hastinapura ini jadi milik kalian, sekarang kau yudistira silahkan duduk disinggasanamu.."
 yudistira, ksatria pandawa yang paling sulung ini tanpa ragu langkahkan kakinya menaiki singgasana dan ketika menduduki singgasana
 "bblllaaarrrr...!!!"
dentuman keras mengguncang kedaton hastinapura, sontak dalam sekejap kelima kesatria pandawa ini berubah menjadi patung pualam
"hahahah..kesatria-kesatria bodoh.., kedaton dan kalian semua akan tinggal menjadi legenda dan dongeng belaka.."
 orang tua berterbus merah ini lantas hembuskan pendupaan ditanganya yang dalam sekejap kedaton hastinapura beserta negrinya sontak lenyap terbalut semak belukar yang lambat laun menjelma menjadi hutan belantara, namun luput dari perhatian orang tua berterbus merah ini ketika sebuah sinar keperakan melesat dari kening yudistira yang dengan kecepatan kilat melesat keangkasa... kelak sinar inilah yang dilihat akuwu lembah cimanuk raden wiralodra yang karena penasaran melesat mengikuti kemana arah sinar itu melaju.

                                             _o0o_




     Sang bagaskara tepat diubun-ubun manakala satu sosok pemuda gagah berkulit hitam keunguan itu dengan tenang merambah lembah palagan khurusetra, matanya yang tajam menatap hampir seluruh palagan, ketika sudut alisnya menyapu tumpukan karang disebelah selatan, pemuda ini tampak menarik nafas panjang.
 "tidak salah lagi, condabhirawa telah digelar ditempat ini, duh gusti..dunia alam pewayangan akan gonjang-ganjing.." keluh pemuda berkulit hitam ini dalam hati.

Disaat yang sama dari angkasa melesat satu sosok yang ketika menjejakan ketanah getarannya mampu mengangkat bebetuan yang berserakan dipalagan khurusetra, sosok yang baru datang ini bertubuh cebol dengan muka selalu menghadap keatas.
 "pikulun sangyang narada, selamat datang dialam ampha.." ujar pemuda berkulit hitam sambil menyusun kedua tangannya didada
 "kakang munget, aku diutus adiguru untuk menemuimu.."
 "ada urusan apa pikulun.."
 "suralaya jongring salaka guncang, sebuah ilmu atau ajian yang telah disegel telah dibangkitkan lagi oleh seseorang yang angkara.."
 "pilukun itulah, mengapa aku berada dipalagan ini, ditempat ini beberapa waktu yang lalu seseorang dengan ilmu chondabhirawa membangkitkan arwah-arwah prajurit hastinapura yang gugur.."
 "tapi kakang munget, bukankah sang pemilik ilmu itu prabu salya telah tewas ditanganmu, dan ilmu itu juga telah disegel.."
 "benar pikulun, agaknya, petaka kembali menghantui alam pewayangan.."
 "lalu bagaimana usaha sri krishna untuk menjemput pemilik ajian lembusekilan yang konon berasal dari zaman ribuan abad dari masa alam pewayangan ini.."
 "belum ada kabarnya pikulun.."
 "baiklah kakang munget, aku tidak bisa berlama-lama diampha ini..suralaya jongring salaka perlu dibenahi.."
 "baik pikulun, sampaikan salamku pada adiguru.."
orang tua bertubuh kate dengan kepala selalu mendongak keatas ini cuma tersenyum, dilain kejap sosoknya perlahan terangkat keatas dan dalam waktu singkat raib melesat keangkasa menembus awan yang tebal, sedangkan pemuda berkulit hitam kebiruan ini kembali melangkahkan kakinya meninggalkan palagan padang khurusetra yang ketika sosoknya keluar dari palagan berubah ujud menjadi lelaki tambun dengan kuncung berwarna putih bertengger dikepalanya.

                                         _o0o_



     Dari arah bukit kapur sebelah timur, seorang pemuda berbaju putih ringkas tampak berloncatan dari satu tebing terjal ketebing terjal yang satunya, sispapun sosok ini pasti memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna, dari gerakan dan sikap tubuh jelas dipastikan pemuda memiliki kemampuan yang lebih, disatu pedataran pemuda ini hentikan larinya, telinganya yang tajam menangkap desiran yang mencurigakan dari arah kepalanya dan begitu mendongak keatas dari angkasa melesat satu bayangan merah
menerjang sang pemuda.
 "dhuuuuaaaarrrrrtt..!!!"
batu sebesar kerbau luluh lantak manakala sinar merah melabraknya sedang pemuda baju putih ini dengan sigap lentingkan badannya kebelakang.
 "ada silang sengketa apa, andika menyerangku.." bentak pemuda ini
sementara itu satu sosok tinggi besar dengan caling dan rambut riap-riapan berdiri dengan angker dihadapannya.
 "jangan banyak tanya, bukankah kau kesatria yang konon berasal dari zaman yang akan datang itu..."
 "eh..darimana kau tahu.."
 "cah bagus, waspadalah..dia itu dhuryudana raja hastinapura.."
sebuah suara mengiang ditelinga sang pemuda yang bukan lain dari raden wiralodra akuwu lembah cimanuk, yang saat ini terpesat dinegri dengan zaman terpaut 1500th yang lalau dengan zamannya.
pemuda ini usap pinggang kananya, dia tahu suara bisikan itu berasal dari situ dimana pusaka cakra udaksana berada.
 "nah..kesatria panggilan terimalah ajalmu.."
bentak sosok tinggi besar ini lantas sergap sang pemuda dengan kukunya yang tajam, raden wiralodra yang telah waspada sejak tadi tangkis serangan beruntun yang mengurungnya, duel sengit pecah, jurus demi jurus berlalu memasuki jurus keseratus akuwu lembah cimanuk ini tampak keluarkan pusaka keris eluk duabelasnya dimana lawannya dhuryudana yang sebenarnya telah tewas ini dengan ganas menggempur dengan penggadanya.
     
     Duaratus jurus berlalu, disatu kesempatan keris eluk duabelas milik raden wiralodra dengan telak menebas leher dhuryudana hingga putus, namun disaat kepala itu menyentuh tanah kembali melesat dan menempel kembali dilehernya.
 "karang rawarontek.." membatin raden wiralodra, sedang dengan ganas dhuryudana pukulkan kedua tangannya kedepan, sinar kemerahan dengan suhu yang panas melebar membentuk jaring merah tampak menerjangnya, dengan sigap pemuda ini putar kedua tangannya kedepan searah jarum jam.
 "bblllaaaarrr..!!"
sinar jaring panas itu tampak terhenti satu jengkal dihadapan raden wiralodra kemudian meledak dahsyat, bersamaan dengan raibnya sosok menyeramkan dhuryudana dengan meninggalkan raungan mengerikan mirip serigala.
 "alhamdulillah.." gumam raden wiralodra sambil usap mukanya
 "kyai cakra. terimakasih aku tahu kyai yang mengirim pesan tadi.." ujar raden wiralodra yang merasakan pinggang kanannya bergetar.
 "ya Allah..berilah petunjukmu, alam pewayangan ini begitu asing.."
ujar raden wiralodra sambil tundukan kepalanya kebumi, dan alangkah terkejutnya pemuda gagah ini manakala mengangkat wajahnya dihadapannya seorang gadis dengan rambut panjang dan hanya mengenakan kemben berdiri tiga langkah dihadapannya.

                                            _o0o_

     Tebing itu sangat tinggi terjal menjulang keangkasa, saking tingginya jika kita coba melihat keatas hanya kabut tebal  berputar mengelilinginya hingga puncaknya sama sakali tak terlihat, dan jika kita nekad mendaki kepuncaknya hawa sedingin salju langsung membekukan tulang persendian, dipuncak sana dataran luas tampak menghampar, sebuah pondok dari batu dengan halaman dipenuhi tanaman soka berjajar lima meremang dalam kabut, sementara itu didalam pondok seorang tua dengan terbus merah tampak semadi dengan khusknya, hebatnya sosok tua berterbus merah ini duduk bersila diatas bara api yang menyala dengan suhu yang sangat panas, namun orang tua ini seakan tidak merasakan panas sedikitpun, mendadak orang tua berterbus merah ini buka matanya dan disaat yang sama sebuah raungan disusul bergelimpangnya satu sosok mengerikan terhampar didepannya.
 " ampun..rama panembahan, aku gagal..pemuda itu begitu dahsyat.." raung sosok mengerikan ini kesakitan.
 "dhuryudana, ternyata kehebatan pemuda dari alam yang akan datang itu bukan isapan jempol belaka, lembu sekilan yang dimilikinya sangat ampuh, pulihkan dirimu dulu.."
tanpa diminta dua kali sosok mengerikan ini berubah jadi sinar merah dan dengan cepat melesat kedalam kobaran bara api yang menyala-nyala.
 "kesatria panggilan, kau memang hebat..tapi apakah kelembutan bisa kau tahan.."
lelaki dengan terbus merah dikepalanya ini lalu kembali pejamkan matanya, dikejauhan sana lolong serigala hutan meraung panjang menggidikan.
                                            _o0o_

     Raden wiralodra yang tengah melacak sinar kuning keperakan dan tanpa sengaja bertemu dengan dhuryudana dan sempat bertempur mendadak sontak tertegun manakala tiga langkah dihadapannya berdiri seorang gadis yang hanya memakai kemben dengan rambut dibiarkan tergerai, sebagai seorang lelaki normal pemuda ini tentu memiliki hasrat, namun sebagai seorang kasatria yang telah ditempa bathinnya, jiwa putra tumenggung gagak singalodra ini tampak tegar.
 " benar kabar yang dibawa angin..ternyata ksatria yang katanya berasal dari alam 1500th yang akan datang ini begitu gagah.." gumam sang gadis dalam hati.."
 "maap siapa nisanak ini.." tegur raden wiralodra
 "ksatria gagah, aku dewi phermoni guruku ingin berjumpa denganmu.."
 "siapa gurumu itu nisanak.."
 "rama bhagawan dari padepokan soka jajar lima.."
 "ada keperluan apa dengan diriku.."
 "bukankah ksatria datang dari nagri yang akan datang setelah alam pewayangan ini dan bermaksud memulihkan kelima ksatria phandawa, nah rama bhagawan adalah guru dari kelimanya.."
 "dimanakah aku bisa menemui beliau.."
 "ikuti aku, ksatria.."
dengan sekali jejalan kaki ketanah sosok dewi phermoni tampak melesat belasan tombak didepan pemuda gagah ini. yang dalam hitungan detik kedua sosok berlainan jenis ini saling melesat kejar mengejar.
 "cah bagus buka indra waskita mu.." suara halus mengiang ditelinga kanan rd.wiralodra yang langsung menyalurkan tenaga inti pada kedua kelopak matanya.
 "astagfirullah alladzim.." guman raden wiralodra yang ketika arahkan pandangan mata pada sosok yang tengah berlari didepannya.


 sosok dewi phermoni hentikan larinya makanala didepan sana terbentang sebuah jurang diatas bukit terjal yang curam, inilah jurang tanpa dasar semenanjung himalaya.
 "nah ksatria kita sudah sampai.."
 "maksud nisanak.."
 "didasar jurang inilah kediaman rama bhagawan.."
Pemuda ini tampak tertegun, perlahan kepalanya sorongkan kebibir jurang hanya kegelapan dan hawa sedingin salju kontan menyergapnya.
 "bagaimana cara kita turun kesana nisanak.."
 "tidak usah ragu..beginilah caranya turun..."
 "wwhhhuuuussssss...!!!"
sebuah tendangan mendadak dilancarkan oleh gadis ini, tapi raden wiralodra yang telah siaga dari tadi rebahkan badannya ketanah dan dengan kilat lesatkan jatuhan tumit kearah dewi phermoni.
 "aaaaaaaaahhhh..."
jeritan nyaring terdengar dari bibir gadis ini manakala tubuhnya terlempar masuk kedalam jurang, mata pemuda ini masih sempat menyaksikan bagaimana sosok gadis ayu itu berubah ujud menjadi rakseksi yang sangat menyeramkan dan gema jeritannya masih terdengar sayup-sayup menandakan betapa dalammya jurang tanpa dasar semenanjung himalaya itu.
 "kyai.cakra..terimakasih.." gumam pemuda ini sambil elus pinggang kanannya dimana senjata cakra udaksana milik sri krishna tersimpan.
 "cah bagus..harta, tahta, dan wanodya kelak akan mengujimu.."
suara halus kembali mengiang ditelinga akuwu lembah cimanuk ini, pemuda ini lantas lesatkan badannya meninggalkan bibir jurang tanpa dasar semenanjung himalaya sedang dibelakang sana jerit sayup-sayup dewi phermoni masih terdengar ditelinganya.


     Mentari hampir tenggelam, lembayung senja semburat diangkasa manakala akuwu lembah cimanuk ini jejakan kaki disebuah pedataran yang luas, sejauh mata memandang hanya hamparan padang bunga abadi edelwais yang merona kekuningan disaput sang lembayung.
 "kemana hilangnya sinar kuning keperakan itu.." gumam pemuda ini dalam hati. Dengan setengah berlari kemudian susuri lembah dimana tebing-tebing terjal mengelilinginya disebuah semak perdu langkah pemuda ini berhenti, matanya yang tajam melihat satu sinar terbias dari sela-sela semak perdu dan ketika pemuda ini sibak semak perdu dihadapannya terbentang sebuah gua yang cukup besar untuk dilalui, dengan waspada akuwu lembah cimanuk ini melangkah masuk lebih dalam dimana sinar terang kuning keperakan terbias dari dinding gua sebelah kanan, ketika didekati ternyata sebuah batu pualam sebesar genggaman telapak tangan menancap didinding gua.
 "sebuah batu bersinar.." membatin sang pemuda dan ketika jari-jari tangannya bersentuhan hawa sedingin salju merambah kedalam tubuhnya tapi sesaat kemudian hawa hangat menindih dan musnahlah rasa dingin membekukan dari tubuh raden wiralodra, mata akuwu lembah cimanuk ini tertegun manakala disisi batu tertera tulisan arab gundul, perlahan pemuda ini mulai membaca.
 "Ashadu Ala illa ahillalah wa as hadu ana muhammad dar rosullulah.."
 "subahan Allah..ini dua kalimat  syahadat..allah hu akbar..dizaman pewayangan ini ternyata kalimat tauhid sudah diada, milik siapakah benda ini.." gumam pemuda ini dalam hati.
 "benda itu milikku, ksatria.."
sebuah suara mengejutkan raden wiralodra, dibelakangnya berdiri seorang bertubuh tambun dengan kuncung putih dikepalanya.."
 "se..seemaar.." sentak pemuda ini
 "ehehe..ternyata kau mengenalku ksatria.."
 "benarkah..anda ini semar, dalam kisah pewayangan itu.."
 "ksatria kau lupa atau bagaimana..bukankah saat ini kau telah berada di alam pewayangan.."
 "ah..ternyata memang benar punakawan semar.."
 "selamat datang dialam pewayangan ksatria, maap kami merepotkan dirimu..mari kita temui gusti sri krishna.."
 "maap aki..eh..bagaimana saya memanggil anda.."
 "ksatria, dialammu bagaimana kau menyebut diriku.."
 "ki semar.." ujar pemuda ini lugu
 "itulah namaku..."
 "kisemar aku kemblikan batu milikmu ini.."
 "simpan saja pada saatnya nanti batu itu akan kembali pada yang berhak memilikinya.."
 "maap kisemar, apa nama batu ini.."
 "ajimah layang kalimasahadah.."
Beberapa saat kemudian keduanya tampak keluar dari dalam gua, dimana kegelapan malam telah melingkupi daerah tersebut.

                                          _o0o_


     Menjelang tengah malam keduanya baru sampai dikedaton dhwarawati dimana sang prabu sri kreshna bertahta, dengan hangat lelaki hitam kebiruan dengan mahkota dikepalanya ini hampiri dan jabat tangan raden wiralodra.
 "ksatria terimakasih anda memenuhi undanganku.."
 "saya sangat tersanjung gusti krishna, ini saya kembalikan senjata anda.." dari balik bajunya raden wiralodra keluarkan senjata cakra yang selama beberapa bulan ini menemaninya, diterimanya senjata ini dengan khidmat oleh sri krishna.
 "terimakasih cakra udaksana.."
 "ksatria marilah kita menemui para ksatria phandawa itu.."
dengan diiringi ki semar dan raden sanchaki serta beberapa pengawal malam itu juga raden wiralodra diajak kesebuah hutan belantara yang sangat lebat, begitu sri krishna arahkan senjata cakra kedepan dengan serentak hutan yang semula lebat perlahan raib berubah menjadi sebuah kota raja dengan istananya yang megah inilah kedaton hastinapura itu, didepan sana disebuah singgasana berlapis emas duduk sebongkah patung pualam dikelilingi keempat sosok yang sama berupa patung pualam berwarna kelabu.
 "kesatria inilah kelima phandawa itu, silahkan.."
dengan sedikit tanda tanya tapi langsung kuatkan hati prelahan gema Azan berkumandang merdu disesantro kedaton hastinapura disusul membiasnya sinar putih dari kelima patung pualam ksatria phandawa lima dan begitu suara Azan selesai dikumandangkan oleh raden wiralodra kelimanya pulih seperti sedia kala dan disaat bersamaan batu berasma dua kalimat syahadat ditangan raden wiralodra perlahan melesat dan masuk kedalam kening raden yudistira atau dharma kusuma.
 "terimakasih gusti krishna.." ujar pandawa sulung ini khidmat
 "yudistira berterimakasihlah pada ksatria ini.."
raden yudistira lalu salami akuwu lembah cimanuk ini disusul dengan keempat saudaranya.
 "ksatria sebagai ucapan terimakasih, anda kami angkat menjadi senopati dihastinapura.." ujar arjuna
 "maap, bukan saya menolak..namun dinegeri asal saya, saya masih mempunyai kewajiban dengan rakyat disana.."
 " ksatria, kelak jika anda kembali ke negri anda jangan lupakan kami disini.."ujar bhima sena
 "baik, kelak didaerah saya nama-nama tokoh atau tempat dari alam pewayangan ini akan kami abadikan.." ujar akuwu lembah cimanuk ini sambil tersenyum.
 "kami akan sangat tersanjung ksatria.." ujar nakula dan sadewa berbarengan.
 "baiklah ksatria sebagai kenangan terimalah duplikat gaman cakra ini, walau duplikat kesaktian dan khodam yang ada didalamnya tetap sama.." ujar sri kreshna sambil menyerahkan gaman cakra udaksana yang telah menjadi dua bagian yang satu bagian lantas diterima akuwu lembah cimanuk ini dengan khidmat.
 "kelak pusaka itu akan memakmurkan negri anda dengan menunjukan keberadaan lumpur hitam deres mili yang takkan pernah kering dari sumbernya.."
raden wiralodra tertegun pemuda ini lantas teringat wangsit atau ilham ketika dirinya diperintahkan mencari keberadaan sungai cimanuk.
 "maap sri krishna, apa maksud dari lumpur hitam deres mili itu.."
 "kelak anda akan mengetahuinya sendiri..nah ksatria saatnya gaman cakra mengantarmu kembali kealam dan zaman anda berasal, pejamkan matamu.."


Perlahan pemuda ini pejamkan matanya, detik berikutnya dirasakannya dirinya menembus sebuah ruang dan waktu yang tak terbatas dan ketika dirasakan kakinya menjejak sesuatu perlahan dibukanya kedua kelopak matanya. 
"Whhhuuuuuuussssss..!!!"
alangkah terkejutnya pemuda ini manakala didepan sana sebuah sinar merah berbentuk jaring melesat kearah dirinya, dengan cepat pemuda ini putar kedua telapak tangannya searah jarum jam, sinar merah berbentuk jaring itu tertahan sejengkal dari badannya kemudian meledak dan raib dari pandangan mata.
 "ah..aku kembali dihutan sinang perbukitan loyang, aneh hampir berbulan-bulan aku dinegri pewayangan namun sinar merah barusan menandakan beberapa kejap aku masih berada dihutan ini.."
akuwu lembah cimanuk ini lantas lentingkan badannya kearah tenggara dimana padukuhan lembah cimanuk berada dan tanpa disadarinya sebuah bayangan hitam nampak melesat kearah yang sama dengan meninggalkan lolongan panjang mirip serigala.
                                    _o0o_

 sumber: Inspirasi kang Kyt 

baca juga : Senandung Cinta Sang Dhuta


2 komentar:

  1. silahkan meninggalkan jejak di blog dengan komentar dari para sobat..nuhun

    BalasHapus
  2. ceritanya sangat kereeeeeeennn. bagus sekali kang

    BalasHapus

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers