KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Rabu, 20 April 2011

Langit Kelabu Diatas Cimanuk

     Tatapan pangeran guru sudah cukup memberi jawaban tegas bagi tabib wanita dari pesisir blambangan ini.
"baiklah kisanak, saya terima keris tanpa warangka itu.."
pangeran guru ganda tersenyum.
"jawaban yg bijak nyimas, tiga hari dimuka kami akan datang lagi, silahkan nyimas sendiri yg menentukan tempat tanding jurit tsb.."
Endang dharma cuma tersenyum, tak lama kedua puluh lima pangeran dari pulau swarnabhumi ini meninggalkan pondok mungil lembah bojong sari.
"maap nyimas.."
"ada apa paman ragil.."
"apa tdk sebaiknya akuwu wiralodra kita beri tahu masalah ini.."
"tentu paman, bagaimanapun juga kita tamu dipadukuhan ini."
orang tua berjubah hitam ini anggukkan kepalanya berulang kali.

                                                     --¤-- 


      Nun jauh diseberang lautan pulau kasuwari pegunungan salju abadi jaya wijaya, disebuah gua seribu satu jalur sesat, satu sosok ramping tampak terpejam dlm semadinya, hebatnya dara berbaju kuning ringkas ini bersila diatas lahar yg bergolak tanpa merasakan panas sedikitpun.
"anak manusia, buka matamu..tapamu tlah usai.."
dara baju kuning perlahan buka kedua matanya lalu susun kedua tangannya diatas kepalanya.
"daeng tanpa raga.."
ujar dara berkulit sawo matang ini takjim.
"apa rencanamu..anak manusia."
"dg ilmu dari daeng, kan kucari wong agung manok wari dan pemuda dari jawa itu, merekalah yg telah menjebakku disini..setelah itu kedaton jayapurantala akan ku bumi hanguskan dg lahar jaya wijaya"
"ha.ha.dendam..ha.ha..adalah bagian dari diriku, tapi ingat begitu dendammu terbalas, kau harus kembali kesini..jiwamu tlah kau jual pada kami iblis kerak bumi.."
"aku mengerti daeng.."
"bagus, pergilah ke tanah jawadwipa..kedua musuhmu ada dipulau itu.."
ketika gema tawa yg membahana itu hilang sosok dara berbaju kuning pun tampak raib amblas ke dalam lahar panas yg menggelegak.
                                                 ---¤---

     Bola jagat bergulir kearah barat ketika kedua puluh lima pangeran dari pulau swarna bhumi sampai disebuah teluk yg sangat besar, diatas tebing curam tertancab tiang berbendera kepala harimau kumbang dg sepasang taring berkilat manakala terpendar mentari senja.
"Angku pangeran guru, dunia memang sempit.."
"kau benar malin alit, kabar angin itu benar adanyo, buronan kerajaan mulawarman ada dipulau ini.."
belum kering ucapan pangeran dari tanah sebrang ini dari bibirnya, sesosok pemuda dg akar bahar di kedua lengannya tampak berdiri tiga langkah dihadapan kedua puluh lima pangeran ini.
"badarudin ali, waangkah disiko.."
"angku pangeran guru, kalian ni pasti diutus istano pagaruyung untuk menagkap kami.."
"badarudin, ambo tlah dengar kisah angku mudo sutan nan kayo, tapi..ambo ke tanah jawadwipa ini tdk ada sangkut paut dg masalah kalian orang2 partai tariang bakilat.."
"lalu apo tujuan waang2 ni kemari..!!!"
sebuah teriakan menggema, disusul melesatnya satu sosok yg kini tengah berdiri disamping badarudin ali.
"sutan alam..apo kabar, waang.."
"tak usah basa-basi, angku pangeran guru.."
"kalian memang tdk pernah berubah.."
"katakan, apo tujuan waang ke teluk agung ni.."
"tiga hari dimuka, datanglah ke lembah bojong sari.."
"angku pangeran guru, bukankah itu tempat tinggal tabib wanita nyimas. Endang dharma, ada keperluan apo kalian disiko.."
"kami akan tanding jurit, sebagai sesamo orang awak..apo kalian akan mendukung ambo.."
"kami datang dg damai, maap ambo tak mencari lantai terjungkat di nagri orang, tapi kalau kalian berurusan dg tabib itu..kami orang2 partai tariang bakilat tdk akan tinggal diam.."
"maksud angku mudo.."
"kami berutang nyawa, mamak ambo bilung mangkuto nyawanyo tlah ditolong oleh tabib itu, ketika perahu kami karam diterjang badai.."
" sayang ternyato, kito tak sejalur..angku mudo.."
"terserah apo, kata angku pangeran guru.."
pangeran guru cuma tersenyum, namun tak dinyana dg gerakan kilat sebilah badik melesat dari lengan jubahnya membeset dada kiri angku mudo sutan nan kayo.."

                                                  ----¤-----
Sesenti lagi badik terbang pangeran guru menancap tepat didada kiri ketua partai tariang bakilat, sekelebatan bayangan hitam memapasinya dari samping, hingga pangeran dari pulau swarna bhumi ini terjajar beberapa langkah kebelakang sedang badik terbangnya tampak menancap dalam pada sebatang pohon yg kemudian secara otomatis melesat kembali dalam lengan jubah pangeran guru, seorang pemuda bergelang akar bahar berdiri diantara kedua pangeran dari kepulauan andalas ini.
"licik.." tukas pemuda yg ternyata badarudin ali.
"ambo cuma menjajal kesigapan orang2 partaimu, ambo tahu ketua kalian tdk akan bisa dirobohkan dg mudah.."
"tak usah bersilat lidah pangeran guru, sebelum waang menyentuh ketua kami hadapi ambo terlebih dahulu.."
raut wajah pangeran guru semburat semerah saga, rahangnya tampak terkatup kedua tangannya perlahan terkepal.
"sudah lah, tak ado gunanyo kita memperpanjang urusan, angku pangeran guru ambo selaku ketua partai tariang bakilat mengharapkan angku meninggalkan tempat kami dg damai.."
pangeran dari tanah sebrang ini cuma sunggingkan senyum dikulum.
"angku muda alam nan kayo, jangan kira ambo ber dua puluh lima meninggalkan tempat ini krn takut, ambo tunggu dilembah bojong sari tiga hari dari sekarang.."
"tidak dimintapun, kalau menyangkut tabib nyimas. Endang dharma ambo akan datang.."
tak menunggu lama kedua puluh lima pangeran dari tanah sebrang ini melesat meninggalkan teluk agung, markas partai tariang bakilat.

                                                     -¤-

Aki tinggil tampak termanggu ditempat duduknya, tasbeh pualam hijau bergemericik disela2 jari tangannya, dipandanginya kedua orang yg tampak duduk terpekur dihadapannya.
"nyimas..ini masalah serius, menyangkut ketentraman seluruh padukuhan, apa lagi akuwu rd.wiralodra tdk ada ditempat."
"saya tahu aki tinggil, namun saya tdk punya pilihan lain, kedua puluh pangeran dari tanah sebrang itu telah memutuskannya sendiri.."
"hemm..memang pilihan yg sulit, semoga nyimas selalu dalam lindungan gusti Allah.."
"berarti saya diizinkan kiyai.."
"berhati-hatilah nyimas.."
jawaban tangan kanan akuwu. Rd. Wiralodra, kyai tinggil cukup membuat tabib wanita dari pesisir timur blambangan ini melegakan rongga dadanya.
                                                    -¤-
     Senja temaram melingkupi padang savana dikaki bukit dimana kedua puluh lima pangeran dari pulau swarna bhumi mendirikan tenda, pangeran guru termenung dihadapan bara api unggun yg bergemeretak dilamun api, sesekali pemuda gagah berjubah putih ini mengusap wajahnya matanya menerawang menembus kepekatan langit tak berbintang, masih jelas terngiang ditelinganya sabda raja pagaruyung yg adalah ayahandanya.
"pangeran apa tekadmu sudah bulat."
"betul ayahanda prabu.."
"tapi itukan cuma mimpi pangeran.."
"ayahanda hamba yakin ini bukan sekedar mimpi, wanita itu begitu anggun dan pantas menjadi pendamping ananda.."
"baiklah, kapan ananda pergi ke jawadwipa.."
"hari ini juga, ananda akan bawa kedua puluh empat murid pilihan.."
Maharaja pagaruyung cuma manggut2, hatinya bergetar ketika melihat sang putra mahkota membalikan punggungnya, firasat mengatakan dirinya tak akan pernah ketemu lagi dg putranya itu, namun segera ditepisnya.
"angku pangeran guru, apa yg angku pikirkan.."
pemuda berjubah putih ini tersentak dari lamunannya.
"ah..kau, malin alit..apa semua temanmu sudah tidur."
"angku mudo, sebaiknyo rehat juo.."
pangeran guru cuma tersenyum, tak lama pemuda ini tampak masuk kedalam tendanya, sementara malam mulai merambat kedini hari.

                                                     -¤-
     Dentuman keras memaksa pangeran guru yg tengah tertidur lelap melompat dari pembaringannya dg sigap pemuda gagah ini keluar dari tendanya, sedang rekan2nya yg lain tampak terpaku memandang kearah utara, dimana kobaran api dan jerit kesakitan membahana merobek temaramnya langit diambang fajar.
"apo yg terjadi.."
"angku pangeran, ada kebakaran diarah utara.."
"ayo kita lihat.."
tak menunggu lama keduapuluh lima pangeran dari tanah sebrang ini melesat kearah kobaran api dan alangkah terkejutnya pemuda berjubah putih ini dihadapan matanya sebuah desa hampir hangus dan rata dg tanah, mayat2 bergelimpangan menyisakan bau daging yg terbakar, rumah2 roboh pohon bertumbangan hangus.
"astagfirulah..semua menyingkir lahar panas meluluh lantakan desa.."
dg sigap pangeran guru dan yg lainnya mengevakuasi orang2 yg sempat selamat ketempat yg lebih aman, sementara lahar panas tampak mulai melumat jauh ketengah desa.
"aneh, tidak ada gunung meletus atau gempa..darimana datangnya lahar panas ini angku pangeran guru.."
"ambo tak tahu, cepat kita bawa orang2 ini ke arah bukit disebelah sana.."
ketika semua orang bergerak kearah bukit sekilas mata tajam pangeran guru menangkap keganjilan dg lahar yg bergerak kearahnya.
"malin alit dan kalian semua bergegas mendaki keatas bukit.."
"angku pangeran sendiri mau kemana.."
"jangan banyak cakap..bergegaslah.."
tdk menunggu komando kedua kalinya semuanya mulai mendaki keatas bukit.
"tampakkan ujudmu."
teriak pangeran guru lantang, lahar panas membara dihadapannya mendadak terhenti perlahan membentuk satu sosok samar seorang dara berkulit sawo matang berbaju kuning dg lesung pipit dikedua pipinya.
"tajam juga waskitamu orang gagah.."
"siapa waang ni.."
"aku mindi wahi, dewi lahar kerak bumi.."
"kenapa waang menghancurkan desa, apa salah penduduknya hingga orang serancak waang tega berbuat ini.."
"ah..orang gagah, pandai kau merayu, aku suka..bergabung lah denganku.."
"waang belum jawab pertanyaan ambo.."
"ah..tak sabaran nian ni orang awak..dengar
aku jauh2 dari pulau kasuari ketanah jawadwipa ini mencari wiralodra akuwu lembah cimanuk dan wong agung manok wari, apa kau mengenalnya.."
"mindi wahi, ambo cuma tahu wiralodra akuwu padukuhan ini, ada urusan apa waang.."
"jangan banyak tanya, bagaimana dg tawaranku.."
"maap ambo tak sudi berserikat dg iblis.."
"sayang sekali..kau harus mati ditanganku.."
perlahan tubuh jelita mindi wahi berkelebat kearah pangeran guru dg sepuluh cakar membersit hawa panas tak terkira sedang jalur2 lahar melingkupi seluruh raganya.

                                               -¤-
     Mindi wahi alias dewi lahar kerak bumi silangkan kedua tangannya kedepan lahar panas yg bergulung ditubuhnya berpendar menjadi puluhan jalur maut siap meluluh lantakan apapun yg ada didepannya, sedang pangeran guru dg tenang geser kuda2 pertahanannya, pemuda ini lantas menyelubungi seluruh tubuhnya dg hawa inti yg perpusat di dalam pusarnya, tampak cahaya kuning keperakan terpancar.
"orang gagah, ini kesempatan terakhir..putuskan.."
"lakukan saja.mindi wahi."
didahului bentakan membahana dara berbaju kuning ini lentingkan tubuhnya keatas bersalto beberapa kali diudara seketika itu juga jalur2 lahar berbentuk pedang melesat ke titik mematikan pangeran guru.
"buuuuummm..!!"
kembali dentuman keras mengguncang pedataran padang savana, kobaran api melamun rerumputan dan pepohonan menjadi bara api.
Pangeran guru terperangah dibuatnya.
"siapa gadis ini sebenarnya, matanya memancarkan bara dendam tak berujung.."
belum selesai pangeran guru membatin kini mindi wahi telah tiga langkah dihadapannya, jalur lahar kembali menyerang dg ganas, pemuda dari sebrang ini dg sigap melompat kecabang pohon yg lebih tinggi namun kembali jalur lahar memburunya.
"orang gagah, hanya itu kemampuanmu..menghindar dan berlari.."
pangeran guru agak terpancing dg ucapan dewi lahar kerak bumi, namun naluri bertempur pemuda ini mendorongnya untuk waspada.
"kalau ambo menghindar terus, habis tenaga ini.." gumam pangeran guru dlm hati, dalam kebingungannya pemuda ini lantas ingat sesuatu, perlahan kuda2nya terbuka matanya tampak terpejam bibirnya bergumam berkepanjangan hal mana membuat mindi wahi mendapat kesempatan melancarkan pukulan jalur lahar dg telak, sesenti lagi lahar panas menghujam tubuh pangeran guru.
"walla yahudu if humma wahuwall alliyul adziimm.."
"ddeess..!!"
lahar yg semula bergolak panas mendadak berubah menjadi air yg sejuk ketika menyentuh kulit pangeran guru, disusul raungan mirip srigala dari dewi lahar kerak bumi sesaat kemudian tubuhnya tampak hancur cerai berai menjadi serpihan air.
"alhamdullilah.."
gumam pangeran guru, yg langsung berkelebat kearah bukit dimana rekan2nya mengevakuasi orang2 desa yg selamat dari keganasan dewi lahar kerak bumi.
                                                   -¤-

      Disaat yg bersamaan dg hancurnya raga dewi lahar kerak bumi alias mindi wahi, Endang dharma dan ki ragil yg kebetulan melintasi daerah tsb tersentak kaget ketika mendengar dentuman yg membahana dg sigag keduanya menuju tempat tsb namun ketika mengetahui pangeran guru berada ditempat tsb, tabib wanita dari pesisir blambangan ini memilih menghindar dan memerintahkan aki ragil mengarahkan kereta yg ditarik dua ekor lembu agar segera cepat sampai di lembah bojong sari.
                                                      -¤-
     Fajar sidik semburat diufuk timur, dimana keduapuluh lima pangeran dari pulau swarna bhumi bahu membahu membangun pecantilan atau desa bersama para penduduk yg tersisa dari keganasan dewi lahar kerak bumi, dua hari lamanya pekerjaan itu baru rampung sebagian. Sedang sisa2 lahar yg membeku lambat laun menjadi karang yg hangus atau gosong, kelak puluhan tahun dimuka pecantilan itu terkena abrasi oleh gerusan gelombang air laut jawa dan orang2 menamainya pantai karang gosong, atau karang song, konon sampai sekarang karang gosong itu masih ada namun keberadaanya terselimuti tabir kabut misteri? Allahu alam bhisowab.
"tuan pendekar, saya walang pangukir dan atas nama kepala dusun mengucapkan banyak terima kasih.."
"sudah menjadi kewajiban kita saling membantu dlm kesusahan aki.."
"tinggalah bersama kami disini tuan pendekar.."
"ki lurah, besok saya harap aki datang ke lembah bojong sari.."
"bukankah disana tinggal tabib nyimas endang dharma, ada keperluan apa tuan pendekar dg tabib wanita itu.."
"saya akan tanding jurit dg tabib itu.."
kepala dusun itu tampak terperangah sejenak.
"memang belakangan ini banyak kalangan pendekar menantang kehebatan kanuragan dari nyimas endang dharma, ternyata tuan pendekar salah satunya.."
"aki, sebenarnya saya menantang nyimas endang dharma bukan untuk menjajal olah kanuragannya.."
"maksud tuan pendekar.."
"aki walang, tabib wanita itu mengajukan syarat ketika saya meminangnya untuk dijadikan pendamping hidup, siapapun yg bisa mengalahkannya dlm tanding jurit.."
"syarat yg aneh, tapi baiklah saya bersama penduduk dusun akan datang mendukung pendekar.."
"terimakasih atas dukungannya aki walang pangukir.."

                                                   -¤-
     Sudah hampir setengah jam keduanya berdiri berhadapan, agaknya tengah mengukur kekuatan lawannya.
Walau keduanya sama2 mematung sebenarnya pertempuran sengit tengah berlangsung dialam fikiran masing2.
" kyai tinggil apa yg terjadi sebenarnya.."
"aki ragil, lihat dg mata bhatinmu.."
pangeran guru lentingkan tubuhnya keudara disusul tendangan melingkar beruntun kearah nyimas endang dharma, tabib wanita ini miringkan tubuhnya kesamping dg sisi tapak tangan kanan membabat dari atas kebawah dg cepat, tak ayal pemuda dari tanah sebrang ini rubah jurus tendangannya menjadi sapuan kaki justru disaat itulah nyimas endang dharma telah berada sejengkal diatasnya dg tumit menghujam kearah hulu hati pangeran guru.
"buuukk.."
tubuh pangeran dari swarna bhumi yg tampak mematung bergeming sesaat, perlahan2 kelopak matanya membuka lalu mengusap dada dg telapak tangan kirinya.
"nyimas, terima kasih atas pelajarannya.."
tabib wanita dari pesisir timur belambangan ini cuma tersenyum.
"pangeran tdk usah sungkan..silahkan.."
pemuda berjubah putih ini lesatkan tubuhnya kedepan dg telapak tangan terbuka walau terpaut sepuluh langkah angin pukulannya mampu mengibarkan beberapa helei rambut nyimas. Endang dharma.
Seratus jurus berlalu sudah tapi belum tampak tanda2 siapa yg kalah atau sebaliknya, hal mana membuat kyai. Tinggil tampak risau.
"kyai, tdk usah khawatir bukankah tdk sekali ini nyimas tanding jurit.."
tangan kanan akuwu wiralodra ini tampak menghela napas dalam.
"aki ragil, bukan itu yg aku risaukan..kalau terjadi sesuatu bagaimana tanggung jawabku pada akuwu wiralodra.."

                                                 -¤-
plash back..
Kita kembali kewaktu dimana pangeran guru akan bertolak ke jawadwipa.
Perempuan separuh baya ini tampak usap rambut putranya dg kasih.
"ananda, kalau itu sudah tekadmu berangkatlah..doa ibunda selalu menyertaimu.."
"ibunda, ananda pasti kembali dg calon pendamping ananda.."
perempuan ini cuma mengangguk sekuat tenaga ditahannya agar air matanya tdk jatuh menetes.
"ananda, berikan gelang ini jika ananda berhasil menemui gadis dlm mimpi ananda.."
permaisuri pagaruyung ini lantas melepas salah satu gelang yg melingkar dilengannya dg bergetar pangeran guru menerimanya.
Kembali kearena tanding jurit.
Pada jurus yg ke tigaratus, pangeran guru tampak terdesak mendadak diudara mendesing suara yg langsung membeset kearah nyimas endang dharma..
"tar..tar..tar.."
tiga suara patahan senjata terdengar.
"licik, kenapa kau membokong dg senjata rahasia pangeran guru.."
"bukan aku yg melakukannya nyimas.."
melihat hal itu menak senggarung, dan aki ragil melompat kearena disusul kedua puluh empat pangeran, seketika suasana menjadi kacau dan tak terkendali, pertempuran yg tak seimbangpun pecah dlm pada itu sebuah sabetan maut menembus dada sebelah kiri pangeran guru, pemuda berjubah putih ini ambruk bersimbah darah, sekelebatan bayangan membawanya kepinggir arena.
"pangeran guru.."
pemuda ini dg berat membuka matanya, bibirnya tersenyum
"sutan alam..angku datang juo.."
"pangeran, jgn banyak bicara..dulu."
"dengar sutan..ajalku sudah dekat, tolong berikan gelang ini pada nyimas endang dharma.."
dg perlahan pangeran guru angsurkan gelang yg langsung disambut sutan alam nan kayo.
"bunda...maapkan..ananda.."
"pangeran bertahanlah.."
pemuda berjubah putih ini cuma tersenyum pandangannya mulai sayu dan gelap, sedetik kemudian kepalanya terkulai kesamping kanan, disaat berikutnya keduapuluh empat muridnya menyusul menemui ajal...
Dilangit tampak mendung bergulung berwarna kelabu, rintik hujan turun dg deras mengguyur lembah bojong sari.

                                                -¤- 
Hujan mengguyur lembah bojong sari dg derasnya, zenajah pangeran guru beserta kedua puluh empat muridnya disemayamkan dipendopo rumah nyimas. Endang dharma.
"aki ragil hal inilah yg aku khawatirkan, ternyata terjadi juga."
"kyai, sudah suratan takdir, kita manusia tdk bisa melawan ketentuan ilahi.."
"akuwu. Wiralodra pasti kecewa dg semua ini, aku gagal mengemban amanatnya.."
"saya yg bertanggung jawab atas semua kejadian ini kyai.."
nyimas endang dharma yg sedari tadi diam terpekur angkat bicara.
"kalau akuwu marah, saya siap menerima apapun hukumannya, cuma saya masih sangsi dg kematian pangeran guru ini.."
"maksud nyimas.."
"siapa pembunuh pangeran guru yg sebenarnya, karena saya tdk merasa melakukannya.."
kyai. Tingkil sesaat pandang keluar dimana hujan semakin deras mengguyur bumi.
"memang waktu itu suasananya kacau, namun sepintas sebelum pangeran guru ambruk, seberkas sinar sempat menembus dada kirinya.."
seseorang tampak beringsut mendekati ketiganya.
"maap, saya walang pangukir lurah pecantilan, dari tadi saya mendengar percakapan andika bertiga, mungkin keterangan saya ini bisa sedikit memperjelas sesuatu."
"silahkan ki lurah.."
"ketika saya memandikan jasad pangeran guru, didada sebelah kirinya tertancap sebilah karang hitam, saya yakin pelakunya dewi lahar kerak bumi.."
"siapa dia kilurah.."
"wanita ganas penyebar maut.."
dg singkat lurah walang pangukir menceritakan kejadian tiga hari yg lalu dimana dewi lahar kerak bumi atau mindi wahi yg tengah mencari akuwu wiralodra dan wong agung manok wari memporak porandakan dusunnya.
"kilurah benar, duahari yg lalu saya bersama aki ragil sempat melihat pangeran guru bertarung dg seseorang, wanita dg lahar disekujur tubuhnya namun hancur jadi air ketika menyentuh pangeran guru, berarti wanita itu pelakunya.."
"ada urusan apa dewi lahar kerak bumi di padukuhan lembah cimanuk.."
"aki tinggil, ketika kami mendaki bukit menghindari lahar panas, wanita itu menanyakan akuwu wiralodra dan wong agung manok wari pada pangeran guru.." ujar lurah walang pangukir menjelaskan
"urusannya semakin rumit..wong agung manok wari sahabat akuwu dari pulau kasuari, ada silang sengketa apa antara keduanya dg dewi lahar kerak bumi ini.."
                                                    -¤-

      Hujan telah reda, prosesi pemakaman kedua puluh lima pangeran dari swarna bhumi telah usai, namun sesuatu terjadi jasad pangeran guru yg akan dikebumikan sirna yg tersisa hanya kain kafan yg menebarkan aroma wangi semerbak bunga melati keseluruh ruangan.

Kedua puluh empat pangeran beserta kain kafan pangeran guru dimakamkan dibelakang masjid bojong sari, kelak puluhan tahun mendatang dimana padukuhan lembah cimanuk menjelma menjadi kota kadipaten, pemakaman itu oleh penduduk setempat dikenal dg makam pangeran selawe (duapuluh lima. Pen)
konon mitos yg berkembang bila kita mengitung jumlah makam yg ada diareal makam selawe hasil akhir dari setiap orang berbeda, ada yg duapuluh tiga, duapuluh empat, bahkan ada yg lebih dari itu.
Allahu allam bhisowab.
Nb:
penulis pernah mencoba menghitung dg meletakan bunga kamboja satu persatu disetiap makam hasilnya ketika bunga yg ke duapuluh lima habis masih tersisa tiga makam lagi.., bagi pembaca yg penasaran silahkan mencoba sendiri, areal petilasan ini terletak disebelah utara pendopo indramayu didbelakang masjid desa bojong sari. Sayang kondisi makan tdk terawat, mudah2an pemkab. Kab. Indramayu dg bupatinya yg baru, segera memugar peninggalan sejarah masa lalu ini hingga layak dan anak cucu kita bisa belajar menghargai sejarah petilasan yg mengiringi berdirinya kabupaten. Indramayu..
Amin..
Penulis
KYT 

Selanjutnya : Jer Basuki Mawa Bea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers