KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Selasa, 11 Desember 2012

MEMBURU JEJEK MAHAPATIH WILWATIKTA

Mentari tampak malu-malu memancarkan bias sinarnya diantara rimbunnya dedaunan beringin kurung yang terdapat di salah kompleks bangunan istana Kerajaan lembah Indus. Kabut tipis dari lereng pegunungan Himalaya terlihat melayang pelan diantara kokohnya benteng istana. Dua orang penjaga pintu gerbang terlihat merapatkan kerah mantel tebal yang dipakainya. Kepulan asap sisa api unggun semalam masih teronggok menyisakan debu hitam. Mendadak kedua penjaga pintu gerbang ini silangkan kedua tombak yang di pegangnya manakala satu sosok bercaping bambu dengan tongkat berujung sapu lidi bermaksud melintasi pintu gerbang.
“Berhenti kisanak. Siapakah kisanak ini dan ada tujuan apa kemari..” sentak penjaga pintu gerbang itu sambil masih menyilangkan tombak satu sama lain menghalangi langkah sosok bercaping bambu ini.

Sabtu, 24 November 2012

JALAN PEDANG JALAN KSATRYA

Sungging Prabangkara sapukan pandangannya dari atas bukit. Tiga hari yang lalu Manggala yang kini mengangkat dirinya menjadi ketua partai arit iblis menemui dan meminta Sungging Prabangkara beserta keluarga meninggalkan perguruan silat sekaligus sanggar melukis bagi anak-anak di sekitar perdikan welangun untuk mengakui kedaulatan partai arit iblis. Tentu saja Sungging Prabangkara tidak menggubris permintaan Manggala.
“Tiga hari di muka. Kau harus putuskan jika tidak keselamatan keluargamu ada di tangan partai arit iblis..” ancam Manggala.
“Sekarang pun keputusan itu tetap sama kisanak Manggala..” ujar Sungging Prabangkara tenang.

Minggu, 04 November 2012

KUNTUM TERATAI DI TENGAH BELUKAR

Sosok agung penuh wibawa ini tampak tersenyum penuh welas asih. Pandangan matanya begitu teduh menyejukan kalbu manakala menatap sosok pemuda berbaju putih bercelana hitam ringkas dengan buntalan butut warna hitam di punggung kanannya yang tampak duduk bersila di atas rerumputan.
“Ananda Anggalarang. Bara dendam hanya akan membuat hidup kita berada dalam lingkaran yang menyesatkan. Membutakan mata hati dan pikiran. Menyesakan dada serta menumpulkan hati nurani yang mengakibatkan martabat sebagai manusia menjadi rendah bagai binatang”.
“Tapi ayahanda prabu. Gajah Mada telah merendahkan martabat kesatria-kesatria Padjajaran. Menginjak-injak harga diri kerabat kedaton. Membunuh orang-orang tak berdosa tanpa alasan yang jelas. Apakah saya sebagai generasi trah Padjajara hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apapun untuk mengembalikan wibawa Padjajaran..” ujar Anggalarang lantang namun pandangan dari pemuda gagah ini tetap santun.
“Ananda Anggalarang. Kadang apa yang ananda lihat, dengar dan rasakan belum tentu seperti kenyataannya..”
“Maksud ayahanda prabu..”
“Ananda masih ingat yang di katakana mbok mban Dalem..”
Sesaat Anggalarang kerutkan keningnya. Mencoba mengulas kembali pertemuannya dengan mban pengasuhnya ini.
“Saya ingat ayahanda prabu. Lalu apa yang harus hamba lakukan..”
“Ananda Anggalarang. Ayahanda tidak bermaksud menghalang-halangi tujuan ananda menantang duel dengan Mahapatih Wilwatikta itu. Namun ayahanda juga tidak melarang ananda mengembalikan kewibawaan Padjajaran..”
“Saya mengerti ayahanda prabu..” ujar Anggalarang pelan.
“Ananda Anggalarang. Ada baiknya sebelum ananda melaksanakan apa yang menjadi tekad dan tujuan. Ananda menyambangi perdikan Welangun di kaki sebelah tenggara pegunungan Arjuna..”
“Saya juga mempunyai pemikiran seperti itu ayahanda prabu..”
“Nah ananda Anggalarang. Ayahanda pamit..”
“Ayahanda mau kemana..Ayahanda tunggu..Ayahanda..Lingga Buana..Ayahanda..Ayahanda..”

Jumat, 12 Oktober 2012

DHARMA BAKTI PENAWAR KUTUK

Hari masih terang-terang tanah. Kicau burung seakan menyambut sang bola jagat yang perlahan muncul dari rimbun pepohonan mastaba yang banyak tumbuh di sekitar perbukitan dimana disalah satu lembah nan subur berderet puluhan rumah beratapkan rumbia melingkari sebuah bangunan yang cukup besar berlantai tiga dengan cungkup berbentuk limas. Dua orang berpakaian hijau ringkas dengan sebilah pedang tipis di pinggang kirinya terlihat terkantuk menyandar di salah satu tiang gerbang. Onggokan kayu bekas api unggun tampak menghitam dengan asap tipis masih mengepul di tiup angin di pagi hari nan sejuk itu.

 Gemuruh puluhan ladam kuda memaksa kedua orang penjaga gerbang ini terhenyak dari kantuknya. Lantas cabut pedang masing-masing menyongsong beberapa penunggang kuda yang kini berhenti sekitar lima puluh tombak dari bangunan utama lantai tiga berbentuk limas.
“Siapa Kalian dan ada keperluan apa…” sentak salah seorang penjaga pintu gerbang sambil memegang hulu pedangnya.
Tiga orang bertampang sangar serentak melompat dari punggung kuda yang di tungganginya.

Kamis, 21 Juni 2012

KERIS SANG MAHAPATIH


     Pasanggrahan yang terletak dipuncak bukit tapal kuda itu temaram di saput lembayung senja hari, guratan air terlihat turun dari sela-sela tebing di samping kanan pasanggrahan, undakan tangga batu menghiasi tiap turunan tebing yang berakhir disebuah aliran sungai kecil berair jernih, ditengah sungai diatas batu pipih satu sosok terlihat duduk bersila, hembusan angin sesekali mengibarkan rambutnya yang di biarkan tergerai sebahu, perlahan sosok yang sejak pagi terpekur dalam semedi buka perlahan kedua kelopak matanya, sorot mata yang tajam, raut wajah nan tegas terlihat di sana.

Senin, 18 Juni 2012

DUA MENTARI SATU MUSLIHAT

      Semenanjung branjangan meremang dalam kabut dini hari, semilir angin utara terasa mencucuk persendian, debur ombak terdengar bergemuruh menghantam hamparan karang, di salah satu tebing karang yang menjorok ke laut lepas dua orang bertampang gagah tengah berdiri berhadapan, sudah hampir sepenanakan nasi kedua sosok tubuh ini diam bagai patung pualam,kedua mata mereka tampak terpejam sesekali raut dari wajah keduanya berubah menegang bulir-bulir keringat menetes dari kedua sosok tubuh ini.

“kanda gegar wahana, ayahanda prabu menghendaki kakanda  hadir di kedaton”
Ujar pemuda berambut ikal dengan plat bahu dodot sutra berwarna coklat keemasan.
“dinda platik waja, lebih baik kau kembali ke kedaton..bukankah sudah aku katakana berulang kali..aku tidak tertarik dengan pemerintahan,  tempat ku di sini..kalau dinda menghendaki tahta..aku rela memberikannya pada dirimu..”
Pemuda berambut ikal bernama platik waja ini hanya bisa geleng-gelengkan kepalanya, dia tahu betul sifat kakaknya bila menghendaki satu tujuan.
“tidak bisa begitu kanda, bagaimanapun juga ayahanda prabu sudah membagi pusat pemerintahan menjadi dua…jadi saya harap kanda  menyadari tangung jawab sebagai anak tertua..”

Untuk pertama kalinya pemuda dengan gelang akar bahar di lengannya ini membuka matanya,  pandangan tajam dirasakan bak sembilu bilamana pemuda bernama gegar wahana ini memandang orang dihadapannya.

“dinda platik waja, terus terang aku bosan dengan kehidupan istana yang penuh dengan muslihat, topeng kepalsuan..apa kau tidak sadar mereka yang mengelilingi kita itu cuma tunduk dengan pangkat serta jabatan yang kita miliki bukan tulus tunduk pada gegar wahana atau platik waja..”
“tapi kakang…”
“jika tidak ada keperluan lain, pengawal mu sudah siap mengantar diri mu kembali ke kedaton…”

Platik waja hanya bisa menarik napas panjang, pemuda gagah berambut ikal ini lantas perintahkan beberapa pengawal menyiapkan tandu bagi dirinya, namun sebelum tandu yang di gotong empat pengawal sampai di hadapan platik waja, dari arah tenggara terdengar jeritan ketakutan seorang perempuan, dengan sigap

Rabu, 13 Juni 2012

WIRO SABLENG

Bastian Tito (lahir 23 Agustus 1945 – wafat 2 Januari 2006 pada umur 60 tahun) adalah seorang penulis cerita silat asal Indonesia. Karyanya yang paling terkenal adalah Wiro Sableng.
Wiro Sableng
Bastian Tito

Selasa, 12 Juni 2012

kiriman naskah para sahabat

Asalamualaikum, Wr.Wb
Halaman ini saya buat khusus bagi para sahabat Bhumi deres mili yang berkenan karya tulisannya, baik berupa cerpen, cerbung, novel atau apapun di pasang di blog bhumi deres mili. silahkan kirim karya sahabat lewat email : kkusyoto@gmail.com
terimakasih 

kusyoto, kyt
Admin, Blog Bhumi Deres Mili

Rabu, 09 Mei 2012

manusia bertopeng kardus

Berlin 1984
      Tiga hari setelah tragedi runtuhnya gian wall. (tembok raksaksa yang memisahkan german barat dan german selatan, dibangun pada masa hitler)

Sang malam barusaja menyapa taman kota, dalam temaram lampu antik abad pertengahan sepasang muda-mudi tampak asik masuk memadu kasih, butir salju mulai menitik dari langit yg kelam, derit ayunan terdengar berkeriet tertiup angin utara, dari arah air mancur ditengah taman sekelebatan bayangan hitam melintas bak kilat diantara keduanya, detik berikutnya diatas salju yg putih genangan cairan kental berwarna merah merembes dipermukaannya, suasana kembali seperti semulah semakin hening mencekam seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya ditempat tsb.

Selasa, 08 Mei 2012

DENDAM TURUNAN

     Gadis belia itu pandang dengan tajam lelaki paruh baya yang ada di hadapannya, pedang tipis masih tergenggam erat ditangannya yang bergetar..
"cah ayu, kematian ibumu adalah takdir..mungkin cuma kebetulan saya berada disana dengan waktu yang salah.."
ujar lelaki berjubah kelabu ini serak
"terserah apa kata mu pak tua, gambar dirimu terpampang jelas sebagai bukti, kau lah penyebab kematian ibuku, tujuh belas tahun silam..."
"siapa yang menggambar diri saya cah ayu.."
"kau tidak usah tahu pak tua, sekarang terima ajalmu.."
kembali gadis belia ini ayunkan pedang tipis kearah orang tua berjubah kelabu yang dengan sigap lesatkan tubuh ke udara menghindari sabetan pedang..

Sabtu, 24 Maret 2012

SENGKETA TANAH SEMENANJUNG

    Kabut tipis dari lereng rinjani melayang pelan menuruni lembah nan subur dibawahnya, gemericik air membuncah disela bebatuan gunung menciptakan suara alam tak berkesudahan, sementara itu disebuah batu pipih yang terletak ditengah sungai satu sosok berjubah kuning terlihat khusuk dengan tafakurnya, tak lama sosok tubuh yang ternyata seorang lelaki tua bersorban hentakkan kaki dari batu pipih yang didudukinya, tubuhnya tampak sebat menjejak dari batu yang satu kebatu yang lain, sudut mata orang berjubah kuning ini sekilas melihat sebuah benda timbul tenggelam terseret derasnya aliran sungai yang akan menuju kesebuah air terjun dibawahnya, sedetik lagi benda yang ternyata satu sosok tubuh seorang lelaki ini akan terlempar kebawah air terjun, dengan gerakan kilat lelaki berjubah kuning sambar tubuh orang yang entah pingsan atau sudah menemui ajal itu dan dengan ringan membawanya ketepian sungai.

Senin, 27 Februari 2012

PERGOLAKAN BHATIN SANG KSATRIA


     Mentari sepenggalah ketika rd.angglarang menginjakan kakinya disebuah tanjung berpasir putih, tanjung itu bernama wahina terletak tiga kilometer dari kerajaan jayapurantala, ibu kota kerajaan yang terletak disebuah kepulauan berbentuk kepala burung dengan pegunungan legendaris “jaya wijaya” dimana salju abadi senantiasa melingkupi puncak gunung tersebut.
“itukah pegunungan jaya wijaya, yang pernah diceritakan ayahanda linggabuana..”
Membatin rd. anggalarang, pemuda gagah berbaju putih calon raja padjajaran yang tengah menjalankan lelaku atau ritual pengembaraan selama satu tahun sebelum dirinya diangkat menjadi prabu ditatar sunda ini pindahkan buntalan bututnya dibahu kiri, kemudian dengan ringan melangkahkan kaki menuju kearah selatan dimana meremang tersaput kabut sebuah puncak pegunungan yang selalu dilingkupi salju abadi, pemuda ini tidak menyadari dari tadi sepasang mata mengawasinya dengan tajam, begitu anggalarang lesatkan badannya kearah selatan sosok yang ternyata seorang dara jelita berbaju ungu keluar dari tempat persembunyiannya.
“pemuda itu bukan orang sembarangan, ini kali usahaku harus berhasil..”
Setelah termenung beberapa saat, dara ayu berbaju ungu ini lesatkan badannya yang ramping kearah dimana rd.anggalarang pergi.

Jumat, 17 Februari 2012

ELEGY SAPTA DAYA

     Malam beranjak ke dini hari, hembusan angin dari lereng pegunungan Himalaya begitu dingin menusuk persendian, ditengah titik salju yang semakin deras beberapa sosok hitam tampak berkelebat, begitu cepatnya gerakan sosok-sosok ini hingga yang tampak hanya bayangannya saja, disatu bibir jurang yang tertutup tebalnya kabut, sosok-sosok ini hentikan gerakannya.
“prajurit..apa kau yakin ini tempatnya..”
“hamba yakin gusti patih..”
“bagus..segera siapkan tali..sepuluh prajurit turun kedasar jurang..angkat mayat pertapa itu ke atas..”
“baik gusti patih..”
Tak menunggu lama sepuluh  orang prajurit dengan cepat meluncur kedasar jurang, tapi setelah sekian lama ditunggu kesepuluh orang itu seakan raib ditelan bumi.

Minggu, 05 Februari 2012

BAYANG-BAYANG KUTUKAN


     Sungging prabangkara kembangkan telapak tangan kanannya kedepan, bias sinar keperakan membentuk bayang-bayang ribuan kuas kecil terliat berputar disekujur tubuhnya, sedang dyah pitaloka hunus pedang giok hijau dari warangkanya lantas putar pedangnya dengan cepat.
“pyyaaaarrr..!!”
Pukulan jarak jauh mengandung tenaga inti tampak mental berserabutan manakala hampir menyentuh satu jengkal dari badan keduanya.
Suasana kembali hening seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya ditempat itu, bahkan hembusan anginpun seakan terhenti
“terlalu hening…”

Kamis, 26 Januari 2012

MUSTIKA BUNGA KARANG


     Keheningan subuh itu terobek oleh teriakan dan bentakan dari beberapa orang berseragam prajurit yang dengan kasar nengumpulkan seluruh penduduk sebuah kampung dikaki bukit, sedang puluhan prajurit yang lain membentuk pormasi pagar betis dengan perlengkapan persenjataan yang lengkap, seorang dengan tampang sangar sambil menghunus pedang besar dari warangkanya tampak  melangkah dihadapan para penduduk yang bersimpuh ditanah rerumputan.

Selasa, 10 Januari 2012

ANGKARA MURKA MERAJALELA


     Sosok yang sedari tadi terpekur dalam semadi perlahan buka kedua kelopak matanya,  manakala sebuah teriakan yang dilambari kekuatan tenaga inti menggema hingga menggetarkan dinding goa dimana orang berkepala plontos dengan enam bulatan dibatok kepalanya ini duduk bersila.
“wiku dharma persada, keluar kau dari tempat persembunyianmu..!!”
Sosok yang tak lain dari pemimpin partai lintas aliran halilintar sewu ini tampak tercekat sesaat, dia kenal suara teriakan itu.
“manggala..darimana dia tahu tempat ini…” gumam wiku dharma persada.
“wiku gadungan cepat keluar, atau kami bakar tempat ini..!!” kembali terdengar teriakan manggala si arit iblis dari atas.
Dengan sekali hentakan sososk wiku dharma persada melesat kadalam bangunan kubus batu andesit yang langsung membawanya kepermukan tanah.
“BBBUUUUUUUMMMM…..!!!”

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers