Senja temaram melingkupi kawasan lembah nan subur itu, disebelah timur meremang dlm kabut puncak dari sebuah gunung yg selalu dilingkupi warna keputihan seperti perak jika tertimpa sang surya dipagi hari jika kita telaah lebih detail lapisan-lapisan berkilat itu ternyata gumpalan salju tebal yg tidak pernah mencair walau musim berubah silih berganti, puncak gunung yg tersaput gumpalan salju tebal itu tidak lain dari puncak jaya wijaya sebuah pegunungn tertinggi dipulau kasuwari dg lembahnya yg terkenal subuh lembah baliem. Dari sebuah lereng perbukitan yg terjal satu sosok tubuh kurus dg sebat melesat dari satu gugusan karang ke lamping bukit disebuah bibir jurang langkahnya terhenti.
"kalau tidak salah inilah tempatnya.."
orang itu lantas pandang jurang menganga dihadapannya, jurang itu sangat curam dan dalam hawa sedingin es terbersit keluar dari dasar jurang menerpa wajah yg ternyata seorang pemuda berperawakan kerempeng, sekilas matanya yg tajam membentur akar-akar yang berseliweran ditepi jurang.
"mungkin dg cara itu, aku bisa mencapai dasar jurang ini.." gumam sang pemuda kerempeng.
dengan perlahan dituruninya jurang yang membersitkan hawa dingin membekukan itu selangkah demi selangkah merambati akar-akar yg menjulai kebawah, semakin kebawah hawa dingin tambah menggila rahang pemuda kerempeng itu sampai bergemeletuk menahan hawa dingin yg semakin menjadi, kabut tebal tampak menggantung dipertengahan jurang sekitar lima depa lagi tubuh pemuda kurus itu akan tembus melewati gumpalan kabut, tak terduga sama sekali sepasang kaki pemuda yang tengah meniti akar seperti ada kekuatan besar menarik dari dasar jurang tak ayal pegangannya pada akar terlepas dan tubuhnya tampak meluncur deras kedasar jurang yang gelap, jerit kengerian keluar dari mulut pemuda itu jauh dan bergema menandakan betapa dalamnya jurang tsb.
sementara nun jauh dikedalaman jurang disebuah gua pualam putih, satu sosok berselempang kain putih tengah duduk terpekur mengheningkam cipta rasa dan karsanya, sesaat kedua matanya yg terpejam tampak membuka dan ketika dongakan kepalanya keatas, tangan kanannya tampak diangsurkan keudara lalu tarik kembali didepan dada, saat itulah satu sosok pemuda kerempeng tampak melayang kebawah, sekali lagi orang tua berselempang kain putih putar kedua tangannya keudara hingga sosok pemuda kerempeng akhirnya dapat mendarat dg ringan dihadapannya.
"bajul saketi, ada urusan apa kamu menemuiku..mana dhanawa gandrung pimpinanmu.."
"maap resi darupada, ketua telah tewas dinegeri orang.."
orang tua berselempang kain putih itu tampak terkejut alisnya yang menjuntai mencuat keatas.
"bajul saketi siapa orang yang sudah membunuh anakku itu.."
"seorang pemuda dari tanah jawadwipa, bernama wiralodra, resi.."
"aku dengar dhanawa gandrung memiliki ajian telapak salju jaya wijaya mengapa sampai kalah oleh pemuda pulau jawa itu.."
"ceritanya panjang resi.."
"lalu dimana kitab pusaka inti salju abadi .."
"hancur bersama tubuh dhanawa gandrung, tapi saya dengar pemuda bernama wiralodra itu telah sampai dipulau kasuwari ini."
"untuk apa dia datang kepulau ini."
"menemui wong agung manok wari, menyerahkan jasad dari dhanawa gandrung.."
"kenapa pada dia, bukan pada ku sebagai ayahnya.."
"pemuda itu hanya tahu wong agung sebagai guru dari dhanawa gandrung.."
"baiklah kita cegat pemuda jawa itu dilembah baliem, rebut jasad anakku sebelum diserahkan pada wong agung manok wari di puncak jaya wijaya.."
"baik resi drupada sekarang juga aku akan berangkat ke lembah baliem.."
bajul saketi rangkapkan kedua tangan di dada, tapi ketika dia bermaksud naik keatas kebingungan melanda jiwanya.
"kenapa bajul saketi.."
"anu.. resi, bagaimana caranya bisa keatas.."
"kenapa bingung."
sekali tendang tubuh kurus bajul saketi tampak melayang keatas melewati gumpalan awan yang menaungi jurang.
"kalau tidak salah inilah tempatnya.."
orang itu lantas pandang jurang menganga dihadapannya, jurang itu sangat curam dan dalam hawa sedingin es terbersit keluar dari dasar jurang menerpa wajah yg ternyata seorang pemuda berperawakan kerempeng, sekilas matanya yg tajam membentur akar-akar yang berseliweran ditepi jurang.
"mungkin dg cara itu, aku bisa mencapai dasar jurang ini.." gumam sang pemuda kerempeng.
dengan perlahan dituruninya jurang yang membersitkan hawa dingin membekukan itu selangkah demi selangkah merambati akar-akar yg menjulai kebawah, semakin kebawah hawa dingin tambah menggila rahang pemuda kerempeng itu sampai bergemeletuk menahan hawa dingin yg semakin menjadi, kabut tebal tampak menggantung dipertengahan jurang sekitar lima depa lagi tubuh pemuda kurus itu akan tembus melewati gumpalan kabut, tak terduga sama sekali sepasang kaki pemuda yang tengah meniti akar seperti ada kekuatan besar menarik dari dasar jurang tak ayal pegangannya pada akar terlepas dan tubuhnya tampak meluncur deras kedasar jurang yang gelap, jerit kengerian keluar dari mulut pemuda itu jauh dan bergema menandakan betapa dalamnya jurang tsb.
sementara nun jauh dikedalaman jurang disebuah gua pualam putih, satu sosok berselempang kain putih tengah duduk terpekur mengheningkam cipta rasa dan karsanya, sesaat kedua matanya yg terpejam tampak membuka dan ketika dongakan kepalanya keatas, tangan kanannya tampak diangsurkan keudara lalu tarik kembali didepan dada, saat itulah satu sosok pemuda kerempeng tampak melayang kebawah, sekali lagi orang tua berselempang kain putih putar kedua tangannya keudara hingga sosok pemuda kerempeng akhirnya dapat mendarat dg ringan dihadapannya.
"bajul saketi, ada urusan apa kamu menemuiku..mana dhanawa gandrung pimpinanmu.."
"maap resi darupada, ketua telah tewas dinegeri orang.."
orang tua berselempang kain putih itu tampak terkejut alisnya yang menjuntai mencuat keatas.
"bajul saketi siapa orang yang sudah membunuh anakku itu.."
"seorang pemuda dari tanah jawadwipa, bernama wiralodra, resi.."
"aku dengar dhanawa gandrung memiliki ajian telapak salju jaya wijaya mengapa sampai kalah oleh pemuda pulau jawa itu.."
"ceritanya panjang resi.."
"lalu dimana kitab pusaka inti salju abadi .."
"hancur bersama tubuh dhanawa gandrung, tapi saya dengar pemuda bernama wiralodra itu telah sampai dipulau kasuwari ini."
"untuk apa dia datang kepulau ini."
"menemui wong agung manok wari, menyerahkan jasad dari dhanawa gandrung.."
"kenapa pada dia, bukan pada ku sebagai ayahnya.."
"pemuda itu hanya tahu wong agung sebagai guru dari dhanawa gandrung.."
"baiklah kita cegat pemuda jawa itu dilembah baliem, rebut jasad anakku sebelum diserahkan pada wong agung manok wari di puncak jaya wijaya.."
"baik resi drupada sekarang juga aku akan berangkat ke lembah baliem.."
bajul saketi rangkapkan kedua tangan di dada, tapi ketika dia bermaksud naik keatas kebingungan melanda jiwanya.
"kenapa bajul saketi.."
"anu.. resi, bagaimana caranya bisa keatas.."
"kenapa bingung."
sekali tendang tubuh kurus bajul saketi tampak melayang keatas melewati gumpalan awan yang menaungi jurang.
oo0oo
Pada episode: Dilema katresnan sang Akuwu dikisahkan bagaimana tubuh tinggi besar dhanawa gandrung yang disusupi roh rd.dhuryudana satu dari beberapa tokoh dari alam pewayangan, suatu alam yg terpaut jarak 1500 th. Sm. Meledak hancur berkeping-keping menjadi butiran salju akibat titik balik dari ajian lembu sekilan yg diterapkan rd. Wiralodra, akuwu padukuhan cimanuk. jasad dhanawa gandrung oleh rd. Wiralodra disimpan disatu wadah yg dikemudian hari akan diserahkan pada guru dari dhanawa gandrung yakni wong agung manok wari yg bermukim di puncak jaya wijaya, kepulauan kasuwari.(mengenai petualangan rd. Wiralodra dialam pewayangan, bisa dibaca pd. Eps: mustika lembah cimanuk, pen).
Tanjung wahina terletak disebelah timur laut, tiga mil perjalanan berkuda dari lembah baliem, mentari barusaja memancarkan sinarnya ketika dari gugusan karang runcing tanjung wahina satu sosok tubuh berpakaian putih ringkas terlihat berlompatan dg ringan, bukan pekerjaan yang mudah sekali saja salah melangkah gugusan karang runcing nan tajam akan melumat tubuhnya bulat-bulat, dalam sekejap sosok tubuh berpakaian putih sudah sampai disatu pedataran pantai yg landai berpasir putih.
"akhirnya aku kembali lagi kepulau ini, suasananya tetap sama seperti dua puluh tahun yang lalu ketika pertama kali datang.."
pemuda gagah berbaju putih yang tak lain dari akuwu padukuhan cimanuk rd. Wiralodra lantas arahkan matanya kearah timur dimana puncak salju abadi jaya wijaya meremang tersaput kabut tebal dipagi hari.
"sebelum mendaki, alangkah bagusnya bila mengganjal perut dulu.."
langkah ringan rd.wiralodra terhenti disatu kedai yang saat itu tengah ramai dipenuhi pengunjung.
"silahkan den.."
pemilik kedai seorang tua berkulit hitam mempersilahkan rd.wiralodra duduk, ketika baru setengah teguk meneguk minumannya diluar kedai tampak serombongan orang tengah mengarak seorang perempuan belia berkulit sawo matang yg terbelenggu kedua tangannya dg rantai yg kuat, ketika lewat didepan rd. Wiralodra gadis belia ini sejenak tatap mata pemuda berbaju putih ini dengan sendu.
"apa yang terjadi kisanak..".
rd. Wiralodra bertanya pada pemilik kedai sambil meletakan beberapa uang kepeng dimeja, pemilik kedai ini tampak pandang wajah sang pemuda dari ujung rambut sampai ujung kuku.
"kau pasti bukan orang sini..anak muda.."
"memang kenapa pak tua.."
"beberapa tahun belakangan, wong agung manok wari yang bermukin di puncak jaya wijaya meminta tumbal seorang gadis belia, jika tidak dipenuhi desa kami akan dihantam badai salju yg ganas, seperti kejadian dua tahun yang lalu.."
tentu saja keterangan pemilik kedai ini membuat rd.wiralodra tercekat, dia tdk habis pikir.
"mana mungkin tokoh kosen seperti wong agung manok wari berbuat serendah itu, pasti ada yang tidak beres.." gumam rd. Wiralodra dalam hati.
rombongan yang mengarak gadis belia itu terus bergerak kearah timur dimana terletak satu lereng terjal dengan tebing tinggi menjulang, dimana terletak sebuah altar persembahan dengan berbagai sesajian dan dupa yang selalu mengepulkan asap berbau stanggi yg menyengat pernapasan, ditempat itulah sang dara dibaringkan dengan tangan serta kaki terikat rantai yang sangat kuat.
"grrrhhh...!!"
sebuah dengusan keras terdengar dari balik celah tebing, orang-orang yang mengantar langsung lari berserabutan menjauhi altar persembahan, sedang sang dara yang ditinggal sendiri tampak berusaha berontak tapi sia-sia ikatan rantai melibatnya begitu kuat, semakin meronta ikatan semakin kuat dan kencang hingga sang gadis terkulai lemas kehabisan tenaga, sedang geraman keras menggidikan semakin dekat datang dari balik tebing, asap dupa berbau stanggi semakin santer dan tebal melingkupi sesantro altar, sedetik kemudian diawali auman bak serigala lapar dari balik tebing melesat satu sosok bayangan hitam samar langsung menerjang kearah altar persembahan dimana gadis belia berkulit sawo matang tergeletak tak berdaya.
Sejengkal lagi bayangan hitam samar menjamah tubuh sang dara
"blaaaarrr..!!"
sosok hitam samar tampak terlempar beberapa depa kebelakang tapi dengan sigap kembali menerkam kearah altar, hal yang sama terjadi sosok bayangan hitam samar tampak menggeram dahsyat manakala dihadapannya kini telah berdiri seorang pemuda gagah berbaju putih.
"tepat dugaanku, kau bukan wong agung manok wari sahabatku.."
tidak memperdulikan ucapan orang, sosok hitam samar ini kembali melesat membeset kearah rd.wiralodra, sinar merah berkiblat kedepan menerabas rd.wiralodra yang sigap pasang kuda-kuda dengan telapak tangan diputar searah jarum jam.
"buuummm..!!"
kembali tempat persembahan itu seperti diguncang lindu, tapi kini sosok hitam samar telah raib bersama lolongan bak serigala kelaparan.
"nisanak bangun.."
rd.wiralodra mengguncang tubuh tak berdaya itu beberapa kali, tapi tidak ada respon.
"agaknya gadis ini pingsan, karena ketakutan yang amat sangat.." membatin rd. Wiralodra kemudian mendukung tubuh gadis malang tersebut menuruni tebing bukit terjal altar persembahan kembali kedesa.
oo0oo
Mentari merangkak naik disaat rd. Wiralodra bersama dara ayu berkulit sawo matang sampai di desa hitu wali, dimana sebelumnya sang akuwu cimanuk ini melihat gadis belia tersebut akan dijadikan tumbal oleh orang desanya sendiri.
"nah nisanak, kita sudah sampai didesa, sekarang pulanglah.."
gadis belia ini sesaat tatap wajah rd.wiralodra, gurat kecemasan masih terbayang diwajahnya
"tapi saya takut den.."
"apa yang nisanak takutkan, oya..aku wiralodra nisanak sendiri siapa namanya.."
"saya mindi wahi.."
"baiklah nisanak mindi, aku akan mengantarmu sampai kerumah.."
"tapi den.."
"sudahlah, tunjukan saja jalannya.."
dengan agak takut dan bingung akhirnya dara belia ini melangkah kearah desanya, sepanjang perjalan dari masuk tapal batas sampai gerbang desa rumah-rumah yang dilalui keduanya seketika menutup pintu dan jendela rapat-rapat, orang-orang yang berpapasan dijalanpun langsung berlarian masuk kerumah masing-masing dengan wajah penuh kecemasan, hal mana membuat akuwu cimanuk ini tanda tanya besar dalam hatinya.
"nisanak mindi wahi, sebenarnya apa yang terjadi.."
"ini yang saya khawatirkan den.."
"coba jelaskan pada ku.."
"selama ini tidak ada satu orang gadispun yang lolos dari tumbal wong agung manok wari, orang-orang desa menganggap para gadis persembahan itu sudah jadi hak dari sang penguasa bukit cadas karang, saya khawatir keluarga saya tidak mau menerima saya lagi.."
rd. Wiralodra usap wajahnya berulang kali, nama baik wong agung manok wari sahabatnya itu sudah sedemikian tercemar, tapi anehnya yang bersangkutan kenapa tidak ada tindakan apa-apa.
"aku harus cepat menemui wong agung wanok wari.." membatin rd. Wiralodra.
"nisanak mindi wahi, aku ada urusan penting, untuk sementara nisanak akan aku titipkan pada kenalan saya.."
"terserah aden, mau dibawa kemana saya nurut saja.."
maka dengan cepat keduanya memotong jalan melewati hutan kecil yang berada di tepi desa hitu wali disebuah bukit dimana sebuah rumah panggung terlindung dari udara luar, pada pasangan kakek nenek inilah mindi wahi dititipkan, sementara itu tanpa membuang waktu rd. Wiralodra lesatkan tubuhnya kearah timur diman dikejauhan meremang diantara kabut tebal puncak dari sebuah gunung bersalju abadi gunung tertinggi di pulau kasuwari, puncak jaya wijaya.
oo0oo
"nah nisanak, kita sudah sampai didesa, sekarang pulanglah.."
gadis belia ini sesaat tatap wajah rd.wiralodra, gurat kecemasan masih terbayang diwajahnya
"tapi saya takut den.."
"apa yang nisanak takutkan, oya..aku wiralodra nisanak sendiri siapa namanya.."
"saya mindi wahi.."
"baiklah nisanak mindi, aku akan mengantarmu sampai kerumah.."
"tapi den.."
"sudahlah, tunjukan saja jalannya.."
dengan agak takut dan bingung akhirnya dara belia ini melangkah kearah desanya, sepanjang perjalan dari masuk tapal batas sampai gerbang desa rumah-rumah yang dilalui keduanya seketika menutup pintu dan jendela rapat-rapat, orang-orang yang berpapasan dijalanpun langsung berlarian masuk kerumah masing-masing dengan wajah penuh kecemasan, hal mana membuat akuwu cimanuk ini tanda tanya besar dalam hatinya.
"nisanak mindi wahi, sebenarnya apa yang terjadi.."
"ini yang saya khawatirkan den.."
"coba jelaskan pada ku.."
"selama ini tidak ada satu orang gadispun yang lolos dari tumbal wong agung manok wari, orang-orang desa menganggap para gadis persembahan itu sudah jadi hak dari sang penguasa bukit cadas karang, saya khawatir keluarga saya tidak mau menerima saya lagi.."
rd. Wiralodra usap wajahnya berulang kali, nama baik wong agung manok wari sahabatnya itu sudah sedemikian tercemar, tapi anehnya yang bersangkutan kenapa tidak ada tindakan apa-apa.
"aku harus cepat menemui wong agung wanok wari.." membatin rd. Wiralodra.
"nisanak mindi wahi, aku ada urusan penting, untuk sementara nisanak akan aku titipkan pada kenalan saya.."
"terserah aden, mau dibawa kemana saya nurut saja.."
maka dengan cepat keduanya memotong jalan melewati hutan kecil yang berada di tepi desa hitu wali disebuah bukit dimana sebuah rumah panggung terlindung dari udara luar, pada pasangan kakek nenek inilah mindi wahi dititipkan, sementara itu tanpa membuang waktu rd. Wiralodra lesatkan tubuhnya kearah timur diman dikejauhan meremang diantara kabut tebal puncak dari sebuah gunung bersalju abadi gunung tertinggi di pulau kasuwari, puncak jaya wijaya.
oo0oo
lembah baliem....
disatu pedataran luas nan hijau dimana tumbuh ratusan bahkan mungkin ribuan bunga abadi edelweis, disebelah utara lembah yang dikelilingi pohon-pohon pinus dan cemara berumur ratusan tahun pada lamping bukit cadas terjal tampak dua sosok menatap tajam kearah timur lembah
"bajul saketi, mana pemuda jawadwipa itu..kenapa belum muncul juga.."
pemuda tinggi kerempeng tampak gosok matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan orang
"tuan resi, seharusnya pemuda itu sudah sampai dilembah ini sesuai rencana, jalan satu-satunya menuju puncak jaya wijaya ya.. harus melewati lembah baliem ini.."
"aku tahu..tapi mana, kita sudah hampir seharian melakukan pengintaian.."
"ssstt.. Resi lihat.."
kedua orang ini lantas arahkan pandangan masing-masing kearah barat dimana satu sosok tampak dengan enteng berlari dengan sebat menuju bibir lembah baliem.
Resi. Drupada dan bajul saketi yang semula mengintai dari balik lamping bukit cadas lembah baliem lentingkan tubuh masing-masing menyongsong sosok yang kini terpaut jarak tiga langkah dihadapannya.
"apa tugasmu sudah kau laksanakan.."
tukas resi drupada pada sosok ramping dihadapannya.
"tentu saja tuan resi.."
"bagus, berikan benda itu pada ku.."
sosok ramping dara berkulit sawomatang ini keluarkan sebuah bejana dari pualam lalu serahkan pada resi drupada.
"kau memang murid yang bisa diandalkan, lalu bagaimana dengan pasangan kakek nenek itu, aku tidak mau mengambil resiko dikemudian hari.."
" tuan resi tidak usah khawatir, apa susahnya mengurus kedua orang uzur itu.."
"ha.ha.ha..kelihatan lemah, tapi licik..jalankan rencana selanjutnya.."
"baik tuan resi.."
tanpa membuang waktu dara ramping berkulit sawo matang ini jejakan kakinya ketanah, dalam sekejap sosokny raib entah kemana.
hampir bersamaan dengan lenyapnya sosok ramping tadi, dari arah barat sosok rd.wiralodra hentikan lari manakala dihadapannya berdiri dua orang yang tak dikenalnya.
"maap kisanak berdua, aku numpang lewat harap beri jalan.."
dua orang yang ternyata resi drupada dan bajul seketi tampak sunggingkan senyum mengejek.
"kau orang jawadwipa, tinggalkan nyawamu dulu baru lanjutkan perjalanan ke neraka.."
"maap kisanak, rasanya kita tidak ada silang sengketa sebelumnya.."
"bukankah namamu wiralodra.."
"ah agaknya kisanak mengenal ku.."
"tidak usah basa-basi, aku resi drupada ayah dari dhanawa gandrung yang kau bunuh, apa sekarang kau masih bisa bilang diantara kita tidak ada silang sengketa.."
tentu saja jawaban resi drupada membuat akuwu cimanuk ini tercekat
"ah, dunia memang sempit..kisanak kematian dhanawa gandrung anakmu, disebabkan oleh ulahnya sendiri.." ujar rd.wiralodra
"aku tidak perduli, hutang nyawa bayar nyawa.."
tanpa menunggu ucapan dari sang pemuda resi drupada lantas kelebatkan sosoknya menyerang rd.wiralodra yang langsung gelar kuda-kuda ajian lembu sekilan, rupanya akuwu cimanuk ini bermaksud menyudahi perkelahian dengan cepat.
betul saja baru berjalan beberapa jurus sosok resi drupada dan bajul saketi dibuat mental oleh serangan balik ilmunya sendiri lalu keduanya tampak melesat melarikan diri.
"heran, sepertinya mereka sengaja mengulur waktuku..aku harus segera kepuncak jaya wijaya.." membatin rd. wiralodra
tanpa membuang waktu, rd.wiralodra lantas rapal jurus ringan tubuhnya digabung dengan aji halimunan, dalam sekejap sosoknya raib dari pandangan mata.
tidak menunggu lama tubuh rd.wiralodra kini sudah sampai disatu pedataran padang rumput menghijau, tapi alangkah terkejutnya akuwu cimanuk ini manakala dihadapan sana teronggok sisa-sisa bangunan yang sudah runtuh, sepertinya kondisi itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu.
"apa yang terjadi dengan tempat kediaman wong agung manok wari, dan dimana dia.."
lantas rd.wiralodra lentingkan tubuhnya memutari sesantro tempat disatu gundukan batu besar langkahnya terhenti matanya yang tajam membentur satu tubuh berjubah putih tergeletak ditanah rerumputan.
"masya Allah, wong agung apa yang terjadi.."
dengan sigap rd. Wiralodra dukung tubuh orang berjubah putih ini lalu sandarkan didinding mulut gua disamping bangunan yang porak-poranda.
"wiralodra, apakah benar ini kau.."
"benar aku wiralodra sahabatmu..apa yang terjadi.."
"tolong ambilkan obat didalam gua itu.."
dengan sigap akuwu cimanuk ini lesatkan tubuh masuk kedalam gua.
"BRUUUUKKK..!!!"
sesaat ketika sosok rd. Wiralodra masuk kedalam gua, tak dinyana mulut gua pualam itu langsung ambruk dan menutup jalan masuk.
"ha.ha.ha..seperti merebut mainan dari tangan bayi..tamat riwayatmu pemuda jawadwipa.."
sosok orang berjubah putih ini lantas tanggalkan jubah dan kelupas topeng tipis diwajahnya yang kini tampak jelas wajah aslinya seorang dara berkulit sawo matang.
"apa tugasmu sudah kau laksanakan.."
tukas resi drupada pada sosok ramping dihadapannya.
"tentu saja tuan resi.."
"bagus, berikan benda itu pada ku.."
sosok ramping dara berkulit sawomatang ini keluarkan sebuah bejana dari pualam lalu serahkan pada resi drupada.
"kau memang murid yang bisa diandalkan, lalu bagaimana dengan pasangan kakek nenek itu, aku tidak mau mengambil resiko dikemudian hari.."
" tuan resi tidak usah khawatir, apa susahnya mengurus kedua orang uzur itu.."
"ha.ha.ha..kelihatan lemah, tapi licik..jalankan rencana selanjutnya.."
"baik tuan resi.."
tanpa membuang waktu dara ramping berkulit sawo matang ini jejakan kakinya ketanah, dalam sekejap sosokny raib entah kemana.
hampir bersamaan dengan lenyapnya sosok ramping tadi, dari arah barat sosok rd.wiralodra hentikan lari manakala dihadapannya berdiri dua orang yang tak dikenalnya.
"maap kisanak berdua, aku numpang lewat harap beri jalan.."
dua orang yang ternyata resi drupada dan bajul seketi tampak sunggingkan senyum mengejek.
"kau orang jawadwipa, tinggalkan nyawamu dulu baru lanjutkan perjalanan ke neraka.."
"maap kisanak, rasanya kita tidak ada silang sengketa sebelumnya.."
"bukankah namamu wiralodra.."
"ah agaknya kisanak mengenal ku.."
"tidak usah basa-basi, aku resi drupada ayah dari dhanawa gandrung yang kau bunuh, apa sekarang kau masih bisa bilang diantara kita tidak ada silang sengketa.."
tentu saja jawaban resi drupada membuat akuwu cimanuk ini tercekat
"ah, dunia memang sempit..kisanak kematian dhanawa gandrung anakmu, disebabkan oleh ulahnya sendiri.." ujar rd.wiralodra
"aku tidak perduli, hutang nyawa bayar nyawa.."
tanpa menunggu ucapan dari sang pemuda resi drupada lantas kelebatkan sosoknya menyerang rd.wiralodra yang langsung gelar kuda-kuda ajian lembu sekilan, rupanya akuwu cimanuk ini bermaksud menyudahi perkelahian dengan cepat.
betul saja baru berjalan beberapa jurus sosok resi drupada dan bajul saketi dibuat mental oleh serangan balik ilmunya sendiri lalu keduanya tampak melesat melarikan diri.
"heran, sepertinya mereka sengaja mengulur waktuku..aku harus segera kepuncak jaya wijaya.." membatin rd. wiralodra
tanpa membuang waktu, rd.wiralodra lantas rapal jurus ringan tubuhnya digabung dengan aji halimunan, dalam sekejap sosoknya raib dari pandangan mata.
tidak menunggu lama tubuh rd.wiralodra kini sudah sampai disatu pedataran padang rumput menghijau, tapi alangkah terkejutnya akuwu cimanuk ini manakala dihadapan sana teronggok sisa-sisa bangunan yang sudah runtuh, sepertinya kondisi itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu.
"apa yang terjadi dengan tempat kediaman wong agung manok wari, dan dimana dia.."
lantas rd.wiralodra lentingkan tubuhnya memutari sesantro tempat disatu gundukan batu besar langkahnya terhenti matanya yang tajam membentur satu tubuh berjubah putih tergeletak ditanah rerumputan.
"masya Allah, wong agung apa yang terjadi.."
dengan sigap rd. Wiralodra dukung tubuh orang berjubah putih ini lalu sandarkan didinding mulut gua disamping bangunan yang porak-poranda.
"wiralodra, apakah benar ini kau.."
"benar aku wiralodra sahabatmu..apa yang terjadi.."
"tolong ambilkan obat didalam gua itu.."
dengan sigap akuwu cimanuk ini lesatkan tubuh masuk kedalam gua.
"BRUUUUKKK..!!!"
sesaat ketika sosok rd. Wiralodra masuk kedalam gua, tak dinyana mulut gua pualam itu langsung ambruk dan menutup jalan masuk.
"ha.ha.ha..seperti merebut mainan dari tangan bayi..tamat riwayatmu pemuda jawadwipa.."
sosok orang berjubah putih ini lantas tanggalkan jubah dan kelupas topeng tipis diwajahnya yang kini tampak jelas wajah aslinya seorang dara berkulit sawo matang.
Raden. Wiralodra tersentak, begitu melesat kedalam gua pualam mendadak bongkahan batu berjatuhan menutup mulut gua.
"wong agung manok wari apa yang kau lakukan.."
gema suara akuwu cimanuk ini sirap ditelan gemuruh dinding-dinding gua yang bergetar efek dari runtuhan.
"astagfirulah.. apa yg terjadi.."
dengan sigap rd. Wiralodra alirkan tenaga dalam pelindung keseluruh tubuh, sesuatu terjadi......
aliran tenaga dalam rd.wiralodra seakan terhalang satu kekuatan aneh, begitupun disaat mengerahkan aji bayu bajra dengan maksud menjebol dinding gua, ajian dahsyat itu pun tak berfungsi ketika tak sengaja melihat keatas tampak langit terbentang membiru diangkasa tak menunggu lama akuwu cimanuk ini rapal aji halimunan sesaat jasad kasarnya mulai pudar perlahan tubuh astralnya melayang menuju atap gua, tapi begitu mau menembus atap gua yang menganga dirasakannya seperti membentur dinding karet yang sangat lentur
"brukk..!!"
jasad astral pemuda ini terlempar balik kebawah, ketika mau mencoba sekali lagi sebuah suara mengejutkannya.
"hemat tenaga, sobat ku akuwu.."
replek rd.wiralodra pandang kearah sumber suara.
"wong agung manok wari, apa yang terjadi dengan dirimu.."
di dinding gua pualam sebelah kiri tampak satu sosok berjubah putih dengan rambut putih dikepang kebelakang menempel erat di dinding gua tanpa bisa bergerak.
"siapa yang melakukan semua ini." ujar rd. wiralodra
"wiralodra sahabatku maap saya tidak bisa menyambut kedatanganmu dengan layak.."
"sudahlah, tidak usah basa-basi, katakan bagaimana aku bisa melepaskan mu.aku mau menyerahkan jasad dhanawa gandrung"
"tidak ada satu carapun yang bisa lepas dari jerat bianglala atap langit.."
tukas wong agung manok wari
"jerat bianglala atap langit, maksudmu. apa sobat wong agung."
"ruangan ini dipasang jerat itu, siapapun yang terperangkap didalamnya, ilmu apapun yang kita miliki otomatis tidak berfungsi dan tubuh kita akan merekat erat di dinding gua.."
"wong agung..bukankah kau memiliki aji pemindah jasad unsur salju.."
"sudah saya coba berkali-kali, unsur salju, api, air, tanah, semua unsur yang ada dialam tapi sia-sia.."
rd. Wiralodra tampak menarik nafas dalam
"wong agung pasti ada jalan.."
"ha.ha.ha..percuma sobat, siap-siap saja menua disini.."
"wong agung kau belum mengatakan siapa orang yang melakukan semua ini.."
"seorang gadis cantik bernama mindi wahi, murid dari resi drupadha.."
"apa..!!" bukan main terkejutnya akuwu cimanuk ini......
"ada apa sobat, kau mengenal gadis itu.."
dengan singkat rd.wiralodra menceritakan semua yang dialaminya.
"ha.ha.ha..sobatku akuwu ini satu pelajaran buatmu, kelak jika kau jadi orang besar hati-hatilah dengan tipu daya wanita cantik, karena semakin cantik seorang wanita akan semakin berbahaya, tadi kau mengatakan akan menyerahkan jasad dhanawa gandrung , mana itu.."
rd. Wiralodra raba pinggang kiri bajunya alangkah kaget pemuda ini bejana pualam berisi jasad dhanawa gandrung telah lenyap dari tempatnya.."
"mindi wahi.." gumam rd.wiralodra.
"wong agung siapa sebenarnya resi drupada itu.."
"dia adik kandung saya.."
"hah..apa aku tidak salah dengar.."
" resi drupada minta pada saya agar anaknya diangkat murid olehku, yang tujuan sebenarnya mengincar kitab pusaka inti salju abadi.."menerangkan wong agung manok wari
" wong agung kitab pusaka itu hancur bersama jasad dhanawa gandrung.." ujar rd. wiralodra
"tapi ditangan resi drupada akan lain ceritanya.sobat wiralodra."
"maksud mu.."
"adik saya itu memiliki ilmu yang bisa memanggil roh, ah..dunia persilatan pulau kasuwari akan diguncang bencana dahsyat seperti yang pernah terjadi dua puluh tahun yang lalu ketika dhanawa gandrung menggegerkan dunia persilatan sampai kepulauan seram dan galpagos.."
oo0oo
"wong agung manok wari apa yang kau lakukan.."
gema suara akuwu cimanuk ini sirap ditelan gemuruh dinding-dinding gua yang bergetar efek dari runtuhan.
"astagfirulah.. apa yg terjadi.."
dengan sigap rd. Wiralodra alirkan tenaga dalam pelindung keseluruh tubuh, sesuatu terjadi......
aliran tenaga dalam rd.wiralodra seakan terhalang satu kekuatan aneh, begitupun disaat mengerahkan aji bayu bajra dengan maksud menjebol dinding gua, ajian dahsyat itu pun tak berfungsi ketika tak sengaja melihat keatas tampak langit terbentang membiru diangkasa tak menunggu lama akuwu cimanuk ini rapal aji halimunan sesaat jasad kasarnya mulai pudar perlahan tubuh astralnya melayang menuju atap gua, tapi begitu mau menembus atap gua yang menganga dirasakannya seperti membentur dinding karet yang sangat lentur
"brukk..!!"
jasad astral pemuda ini terlempar balik kebawah, ketika mau mencoba sekali lagi sebuah suara mengejutkannya.
"hemat tenaga, sobat ku akuwu.."
replek rd.wiralodra pandang kearah sumber suara.
"wong agung manok wari, apa yang terjadi dengan dirimu.."
di dinding gua pualam sebelah kiri tampak satu sosok berjubah putih dengan rambut putih dikepang kebelakang menempel erat di dinding gua tanpa bisa bergerak.
"siapa yang melakukan semua ini." ujar rd. wiralodra
"wiralodra sahabatku maap saya tidak bisa menyambut kedatanganmu dengan layak.."
"sudahlah, tidak usah basa-basi, katakan bagaimana aku bisa melepaskan mu.aku mau menyerahkan jasad dhanawa gandrung"
"tidak ada satu carapun yang bisa lepas dari jerat bianglala atap langit.."
tukas wong agung manok wari
"jerat bianglala atap langit, maksudmu. apa sobat wong agung."
"ruangan ini dipasang jerat itu, siapapun yang terperangkap didalamnya, ilmu apapun yang kita miliki otomatis tidak berfungsi dan tubuh kita akan merekat erat di dinding gua.."
"wong agung..bukankah kau memiliki aji pemindah jasad unsur salju.."
"sudah saya coba berkali-kali, unsur salju, api, air, tanah, semua unsur yang ada dialam tapi sia-sia.."
rd. Wiralodra tampak menarik nafas dalam
"wong agung pasti ada jalan.."
"ha.ha.ha..percuma sobat, siap-siap saja menua disini.."
"wong agung kau belum mengatakan siapa orang yang melakukan semua ini.."
"seorang gadis cantik bernama mindi wahi, murid dari resi drupadha.."
"apa..!!" bukan main terkejutnya akuwu cimanuk ini......
"ada apa sobat, kau mengenal gadis itu.."
dengan singkat rd.wiralodra menceritakan semua yang dialaminya.
"ha.ha.ha..sobatku akuwu ini satu pelajaran buatmu, kelak jika kau jadi orang besar hati-hatilah dengan tipu daya wanita cantik, karena semakin cantik seorang wanita akan semakin berbahaya, tadi kau mengatakan akan menyerahkan jasad dhanawa gandrung , mana itu.."
rd. Wiralodra raba pinggang kiri bajunya alangkah kaget pemuda ini bejana pualam berisi jasad dhanawa gandrung telah lenyap dari tempatnya.."
"mindi wahi.." gumam rd.wiralodra.
"wong agung siapa sebenarnya resi drupada itu.."
"dia adik kandung saya.."
"hah..apa aku tidak salah dengar.."
" resi drupada minta pada saya agar anaknya diangkat murid olehku, yang tujuan sebenarnya mengincar kitab pusaka inti salju abadi.."menerangkan wong agung manok wari
" wong agung kitab pusaka itu hancur bersama jasad dhanawa gandrung.." ujar rd. wiralodra
"tapi ditangan resi drupada akan lain ceritanya.sobat wiralodra."
"maksud mu.."
"adik saya itu memiliki ilmu yang bisa memanggil roh, ah..dunia persilatan pulau kasuwari akan diguncang bencana dahsyat seperti yang pernah terjadi dua puluh tahun yang lalu ketika dhanawa gandrung menggegerkan dunia persilatan sampai kepulauan seram dan galpagos.."
oo0oo
kita tinggalkan dulu kepulauan kasuwari, nun jauh disana terpaut ribuan mil dari samudra arafuru tepatnya pulau jawadwipa bagian barat dimana sisa-sisa prajurit pasukan pinangeran kacerbonan cerai berai diburu laskar pasukan bunian hutan alas sinang perbukitan loyang, lembah sekar kamulyan bekas palagan perang tanding prajurit pinangeran dan laskar kesangyangan tampak disaput kesunyian yg mencekam, dimana bau busuk jasad yang tidak terurus dan amis darah yang mulai mengering santer tercium sampai radius ribuan mil, kelak dikemudian hari puluhan tahun mendatang lembah itu akan menjelma menjadi sebuah pedesaan yang diberi nama Amis.. Dari jasad-jasad yang rusak itu tampak mengepul asap hitam membentuk satu sosok mengerikan dan dengan kecepatan tinggi melesat kearah utara dimana satu tubuh berselempang kain putih terlihat duduk bersila dengan dupa mengepulkan asap bau cendana.
"bagus....mulai detik ini kalian menjadi budak dari bhagawan khombayana, dan tugas pertama kalian cari dimanapun berada anak manusia bernama wiralodra.."
tanpa dikomando dua kali sosok-sosok hitam samar mayat hidup ini bungkukan badan dan melesat dengan cepat keangkasa yang mulai kelam, dikejauhan lolong srigala hutan terdengar pilu mengerikan.
Apa yg terjadi...mengapa salah satu tokoh dari alam pewayangan guru dari ksatria pandawa lima dan khurawa astina pura muncul di tanah jawadwipa?
"sobatku wong agung, jerat bianglala atap langit ini milik mindi wahi atau resi drupada adikmu.."
"akuwu, jerat ini mili saya, saya juga yang menciptakannya.."
tambah kaget dan tak habis pikir akuwu cimanuk ini dibuatnya
"mindi wahi, gadis cerdik, dua bulan yang lalu dia datang menyamar jadi kau dan dengan kecerdikannya pula saya bisa diperdayainya.." kata wong agung
"dia benar-benar cerdik dan licik kita dengan mudah masuk perangkapnya.." ujar rd.wiralodra
"tunggu dulu.."
"ada apa sobat manok wari, kau ingat sesuatu.."
"siapapun yang terperangkap jerat bianglala atap langit tubuhnya akan menempel erat didinding gua dan ajian dengan mengandalkan unsur alam dimuka bumi ini tidak akan mampu menangkalnya, tapi kenapa kamu tidak melekat sepertiku, kakimu masih menginjak tanah, kau membekali unsur lain dibadanmu.."
"unsur lain, maksudmu apa wong agung.."
belum kering ucapan wiralodra dari bibirnya dirasakannya sesuatu bergetar dibalik pinggang baju sebelah kanannya tak lama kilatan warna putih keperakan melesat membentuk sosok orang tua berselempang kain putih dengan jenggot, rambut, kumis serta alis menjulai berwarna putih keperakan.
"ki cakra udaksana.."
sentak rd.wiralodra, orang tua yg memang penjelmaan sebuah pusaka milik salah satu tokoh dari alam pewayangan ini ganda tersenyum.
"angger akuwu, ketahuilah kenapa angger tidak terpengaruh jerat bianglala atap langit
aku mawujud didunia entah dari unsur apa, makanya jerat itu tidak berpengaruh pada daya grapitasi dirimu.."
"lalu apa yang harus aku lakukan.."
"lihat.."
wujud ki cakra udaksana kembali kebetuk semula dan dengan cepat melesat menghantam dinding dua pualam
"blaaaarr..!!"
dinding pualam sontak jebol, dengan sendirinya tubuh wong agung manok wari lepas dari jerat ciptaannya sendiri sedang kicakra udaksana kembali kebalik pinggang baju rd.wiralodra.
"luar biasa, apa yang terjadi akuwu.."
rupanya wong agung manok wari tidak melihat kehadiran aki cakra udaksana ketika mawujud menjadi manusia.
"tidak usah banyak tanya, mari kita keluar wong agung.."
keduanya lantas berkelebat keluar gua pualam tapi sebelum melewati mulut gua wong agung tampak melakukan sesuatu.
"wong agung apa yang kau lakukan.."
"lihat saja nanti.."
"sekarang kita mau kemana.."
"jurang batu pualam putih, mudah-mudahan kita belum terlambat.."
"ada apa disana."
"kau lihat saja nanti...sobat akuwu."
keduanya lantas melesat bak kilat menuruni lereng-lereng pegunungan puncak salju abadi jaya wijaya.
oo0oo
sementara itu didasar jurang batu pualam putih, tampak resi drupada duduk terpekur disebuah altar batu pualam merah diatas batu berbentuk pipih itu tergeletak sebuah bejana pualam sedang disamping kanan altar terlihat dupa mengepul tebal berbau stanggi yang menyengat jalan pernapasan, taburan bunga aneka warna teronggok bertebaran disudut ruangan, sudah hampir sehari resi ini duduk terpekur, tiba-tiba bejana pualan diatas altar terlihat bergerak dan berputar makin lama putaran dari bejana tambah kencang dan..
"blaaarr.. "
bejana pualam meledak dengan keras butiran putih salju semburat kemana-mana tak berapa lama bergumpal membentuk satu sosok samar tinggi besar.
"dhanawa gandrung, selamat datang.."
sosok bayangan ini tampak pandang orang dihadapannya dengan dingin
"anaku, mana kitab pusaka inti salju abadi.."
sosok roh dhanawa gandrung tampak gerakan tangan keatas kini ditangannya tergenggam sebuah kitab berwarna putih yg langsung diberikan ketangan resi drupada
"ha.ha.ha..kitab pusaka inti salju abadi, dunia persilatan tunggulah kehadiran raja diraja penguasa keabadian.."
oo0oo
Mentari sepenggalah ketika ribuan kawula kerajaan jayapurantala menghadiri penobatan putra mahkota pangeran sentani mukti dialun-alun selatan kotaraja, seorang brahmana wisesa didampingi abdi dalem dengan membawa perlengkapan penobatan melangkah kedepan singgasana gading bertahtakan emas permata dimana sang calon raja baru duduk dg agungnya.
"hari ini genap seratus hari sang baginda raja brey tantaka gama mangkat, dan hari ini juga putra mahkota pangeran sentani mukti akan dilantik menjadi pewaris tahta dengan gelar.."
"hari ini genap seratus hari sang baginda raja brey tantaka gama mangkat, dan hari ini juga putra mahkota pangeran sentani mukti akan dilantik menjadi pewaris tahta dengan gelar.."
Belum selesai brahmana wisesa melanjutkan ucapannya, entah dari mana sesok bayangan berkelebat dan tahu-tahu sudah berdiri tiga langkah dari singgasana.
"penobatan ini tidak sah, aku raja kalian masih hidup.."
Sontak semua orang menjadi gempar
"ayahanda..mana mungkin, bukankah..."
"aku sudah mangkat begitu, dasar anak durhaka..penghianat kerajaan, pemberontak..prajurit tangkap dia.."
"ayahanda..tapi." dalam kebingungannya beberapa prajurit pilihan malah diam tak bergerak ditempat, mereka tdk habis pikir seratus hari yg lalu raja tua ini sudah mereka kremasi.
"prajurit, tunggu apa lagi..tangkap pangeran sentani mukti.."
dalam keraguan yg memuncak akhirnya beberapa prajurit dg bersenjatakan tombak dan perisai serentak mengepung calon raja muda tsb, tidak ada pilihan lain bagi pangeran ini selain melawan, pertempuran yg tdk seimbangpun pecah.
walau putra mahkota ini lihai, dikeroyok sekian banyak prajurit akhirnya keteteran juga dg tubuh penuh luka pangeran sentani mukti lesatkan tubuhnya keudara lalu sosoknya lenyap dibalik tembok istana sebelah timur.
"kejar jangan sampai lolos..pemberontak itu.."
oo0oo
sementara itu di dasar jurang pualam putih, tempat kediaman resi drupadha,
sementara itu di dasar jurang pualam putih, tempat kediaman resi drupadha,
"kira-kira kemana kita melacak keberadaan resi. Drupada adikmu itu.."
Wong agung tampak kerutkan dahi, sesaat parasnya meggambarkan kecemasan
"celaka.."
"ada apa wong agung.."
tanpa menjawab pertanyaan rd.wiralodra wong agung lantas jejakan kakinya ketanah yg dalam sekejap tubuhnya terlihat melayang keatas diikuti rd.wiralodra, ketika sosok keduanya muncul dipermukaan jurang mentari sudah mencapai ubun-ubun.
Sementara itu, pangeran santani mukti yg tengah diburu prajurit kerajaan jayapurantala denang tubuh lemah dan terluka parah tampak ambruk direrumputan tapi telinganya masih sempat mendengar gemuruh kuda dipacu dan berhenti hadapannya.
"habisi.."
seorang prajurit dengan bersenjatakan tombak melompat dari kudanya lantas hujamkan tombak yang dipegangnya kedada putramahkota ini.
"craaak.."
tombak itu patah jadi dua bagian sedang pangeran sentanu mukti sekilas disambar oleh bayangan dan dg cepat hilang dari pandangan, beberapa prajurit tampak mau mengejar.
"cukup, tdk usah dikejar.."
"kenapa panglima.."
"apa kalian tidak merasakan hal yg ganjil"
"maksud panglima.."
"sri baginda telah mangkat, jasadnya sudah dikremasi, apa kalian tdk curiga, tiba-tiba saja paduka ada didepan kita.."
"lalu apa rencana panglima.."
"sebagian prajurit kembali kekotaraja selidiki apa benar orang itu paduka raja, sebagian ikut aku melacak pangeran sentani murti, bagaimanapun juga kita harus tahu duduk permasalahannya..jangan sampai kita salah tangan.."
"baik panglima,".
Wong agung manok wari dan rd.wiralodra hentikan lari masing-masing manakala dikejauhan terdengar teriakan dan dentingan beradunya senjata tajam, dengan sebat keduanya melenting keatas cabang pohon kapuk yg banyak tumbuh disekitar tempat itu, sekitar empat meter dibawah pohon tampak puluhan prajurit berkuda dg bersenjatakan tombak tengah mengeroyok seorang pemuda gagah. "wong agung apa kau kenal dengan orang-orang itu.."
bisik akuwu cimanuk ini. Wong agung tajamkan pandangannya kearang sang pemuda. "astaga.." "kenapa wong agung, kau kenal salah satu diantara mereka.." "pemuda itu pangeran sentani mukti, calon raja jayapurantala, yg menurut kabar hari ini dilantik jadi raja muda menggantikan ayahandanya yg seratus hari lalu telah mangkat, terus yg mengeroyoknya itu tdk lain dari prajuritnya sendiri, apa yg terjadi.." keduanya terus mengawasi jalannya pertempuran ketika calon raja ini kehabisan tenaga dan jatuh karena luka2nya yg parah disaat seorang prajurit bermaksud menghabisi pemuda malang tsb, dg kecepatan yg luar biasa rd.wiralodra melesat bak kilat menyambar tubuh pangeran sentani mukti dengan terlebih dahulu menendang tombak prajurit hingga patah menjadi dua bagian lalu dengan sebat keduanya melesat kearah barat.
disebuah gua yang terlindung tebing-tebing menjulang tubuh pangeran sentani mukti dibaringkan.
"luka-liukanya cukup parah, jika tidak diobati besok nyawanya tak tertolong.." ujar wong agung manokwari
"lalu bagaimana wong agung, apa kau mempunyai kenalan seorang tabib.."
"memang ada, tapi aku tidak yakin.." gumam wong agung pelan
"tidak yakin, maksudmu.." tukas rd.wiralodra
"sudahlah, tidak ada salahnya dicoba.." ujar wong agung
kembali akuwu cimanuk ini memanggul tubuh pangeran sentani mukti dibahunya lalu berkelebat kearah barat daya dimana letak keraton jayapurantala berada.
bisik akuwu cimanuk ini. Wong agung tajamkan pandangannya kearang sang pemuda. "astaga.." "kenapa wong agung, kau kenal salah satu diantara mereka.." "pemuda itu pangeran sentani mukti, calon raja jayapurantala, yg menurut kabar hari ini dilantik jadi raja muda menggantikan ayahandanya yg seratus hari lalu telah mangkat, terus yg mengeroyoknya itu tdk lain dari prajuritnya sendiri, apa yg terjadi.." keduanya terus mengawasi jalannya pertempuran ketika calon raja ini kehabisan tenaga dan jatuh karena luka2nya yg parah disaat seorang prajurit bermaksud menghabisi pemuda malang tsb, dg kecepatan yg luar biasa rd.wiralodra melesat bak kilat menyambar tubuh pangeran sentani mukti dengan terlebih dahulu menendang tombak prajurit hingga patah menjadi dua bagian lalu dengan sebat keduanya melesat kearah barat.
disebuah gua yang terlindung tebing-tebing menjulang tubuh pangeran sentani mukti dibaringkan.
"luka-liukanya cukup parah, jika tidak diobati besok nyawanya tak tertolong.." ujar wong agung manokwari
"lalu bagaimana wong agung, apa kau mempunyai kenalan seorang tabib.."
"memang ada, tapi aku tidak yakin.." gumam wong agung pelan
"tidak yakin, maksudmu.." tukas rd.wiralodra
"sudahlah, tidak ada salahnya dicoba.." ujar wong agung
kembali akuwu cimanuk ini memanggul tubuh pangeran sentani mukti dibahunya lalu berkelebat kearah barat daya dimana letak keraton jayapurantala berada.
Orang tua berjubah kuning ini baru menyelsaikan pekerjaannya menumbuk beraneka ragam tanaman untuk dijadikan ramuan obat manakala dua sosok tubuh yang salah satunya memanggul seseorang dibahu kirinya tiba-tiba muncul di hadapannya.
"wong agung manok wari, gerangan apa kau mengunjungiku, siapa pemuda ini,"
wong agung memberi isyarat agar rd. Wiralodra untuk membaringkan tubuh pangeran sentani mukti dibale kayu.
"duh sangyang widi wasa, bukankah beliau pangeran sentani mukti, syukur ternyata pangeran masih hidup.."
"benar tabib parancala, sebagai tabib kerajaan tentunya kau mengetahui apa sebenarnya yangtengah terjadi di kedaton.."
sambil memulai pengobatan atas diri pangeran sentani mukti, tabib tua parancala mulai bercerita diawali dari penobatan sampai terjadinyu uru-hara, dimana munculnya kembali maharaja yang telah mangkat.
"tabib parancala, apa kamu yakin yang muncul itu baginda raja sepuh.." ujar wong agung manok wari
"semula aku tidak yakin, tapi yah.. memang beliau maharaja brey tamtama gama.."
"lalu kenapa, putramahkota malah dituduh merebut kekuasaan, kita semua tahu siapa pangeran sentani mukti, seratus hari mengisi kekosongan pemerintahan kerajaan jadi makmur, rakyat sejahtera.."
"memang ada yang ganjil wong agung, ngomong-ngomong siapa pemuda gagah temanmu itu"
akuwu cimanuk lantas rangkapkan kedua tapak tangan didada
"maapkan, saya yang muda ini sampai lupa memperkenalkan diri, saya wiralodra dari tanah jawadwipa kawasan barat.."
tabib parancala tampak manggut-manggut
"hem, aku dengar sebuah ajaran agama baru tengah berkembang pesat dikepulauan itu, apa namanya.." "agama islam, tabib parancala.." tukas wong agung manok wari.
perbincangan diantara ketiganya terhenti manakala diluar pondok terdengar derap kaki kuda berhenti tepat didepan pondok tabib parancala. "tabib kerajaan parancala harap keluar baginda raja mau menemuimu,"
sontak yang berada didalam pondok menjadi tegang.
"celaka baginda raja kemari.." bisik tabib parancala
"apa yang harus kita lakukan, kalau tahu putra mahkota ada disini habis kita," gumam wong agung.
tabib parancala lantas singkap alas dari pandan dibawah gentong. "cepat masuk... diujung lorong nanti tembus sampai luar tembok istana tunggu aku dipinggiran hutan mahoni," tanpa pikir panjang keduanya lantas masuk jalan rahasia, sedang tabib parancala segera keluar menyambut kedatangan sang baginda raja.
Hutan mahoni terletak kurang lebih limaratus li dari tembok barat istana jayapurantala, dari balik rimbun belukar rumput gajah dua sosok tubuh yang salah satunya memanggul seseorang terlihat sapukan pandangannya kesegala arah.
"wong agung kau yakin tempat ini aman.."
"akuwu, hutan mahoni ini adalah tempat biasa baginda raja berburu.."
"lalu kenapa tabib parancala menyuruh kita kemari, bisa dengan mudah baginda menemukan kita, lagipula aku khawatir kenapa tabib parancala belum juga muncul.."
Sebuah erangan halus terdengar dari mulut sosok pemuda yang dari tadi pingsan, perlahan kedua mata yang semula terpejam membuka
"pangeran, sukurlah kau siuman.."
"dimana aku, kalian siapa.."
"tenanglah pangeran, kami sahabat tabib parancala.."
wajah tegang pemuda yang ternyata pangeran sentani mukti, putra mahkota kerajaan jayapurantala ini perlahan tampak tenang.
"kami sudah tahu apa yg terjadi, tabib parancala menceritakan semuanya pada kami.."
wajah putra mahkota ini kembali tegang
"ada apa pangeran.." tukas wong agung manokwari
"bukankah kawasan ini hutan mahoni.."
"pangeran tidak usah risau, tabib parancala pasti punya alasan menyuruh kami membawa pangeran ke hutan mahoni,"
"lalu dimana paman parancala sekarang.."
"ketika pasukan kerajaan datang tabib parancala meloloskan kami lewat lorong rahasia yang langsung tembus ke kawasan ini.." tukas rd. Wiralodra
"pangeran tidak usah khawatir, dimasa mudanya tabib parancala merupakan salah satu tokoh yg mumpuni dizamannya"
Beberapa saat ketika wong agung manokwari dan rd.wiralodra melesat ke lorong rahasia sambil memanggul tubuh pangeran sentani mukti, diluar pondok terdengar derap langkah kuda-kuda yang berhenti tepat dipintu depan pondok.
"tabib parancala, atas nama baginda raja kau ditangkap, keluar,"
hanya keheningan dan gemerisik daun yang terdengar
"tabib parancala keluar, sebelum pondokmu kami bakar,"
Seperti tadi, cuma gemerisik daun bambu yang tertiup angin.
"bakar..!"
desingan puluhan anak panah berapi melesat kearah pondok, sejengkal lagi pondok tabib kerajaan ini terbakar hangus dari dalam pondok menderu angin kencang yang langsung memadamkan panah api kemudian puluhan anak panah langsung berbalik menyerang tuannya, jerit kesakitan terdengar, tubuh-tubuh prajurit berkaparan dengan anak panah menancap, sedetik kemudian seorang tua berselempang kain kuning tampak berdiri tiga langkah dihadapan prajurit yang selamat dari senjata makan tuan.
"prajurit-prajurit tidak tahu adat, benar baginda menginginkan nyawaku,"
"kau lihat saja sendiri,"
kepala prajuri ini lantas lemparkan sebuah benda yang langsung disambut tabib parancala
"bahala hitam, tidak mungkin, baik..aku akan keistana biar baginda sendiri yang melakukan,"
"tidak usah repot-repot, baginda menginginkan kau mati sekarang juga,"
Tercekat tabib ini dibuatnya tapi tak diduga tabib parancala tiba-tiba berlutut ditanah
"lakukan tugasmu prajurit,"
dengan pedang terhunus prajurit ini lantas ayunkan senjatanya kearah tabib parancala..
"craass..!"
Jerit kesakitan membuncah dari mulut prajurit ini dimana pedang yang sekiranya menancap ditubuh sang tabib malah menancap didadanya sendiri, prajurit yang lain tersentak dengan segera cabut pedang masing-masing tapi hal aneh terjadi, pedang yang mereka genggam seperti memiliki nyawa bergerak kearah leher masing-masing
"kalau aku mau, kalian semua akan mengalami nasib seperti teman kalian, sekarang pergilah.."
menyadari kemampuan orang, beberapa sajurit yang tersisa tinggalkan pondok tabib parancala.
"memang ada yg ganjil, tapi apa" gumam tabib parancala
tabib parancala lantas melesat kedalam pondok dimana lorong rahasia berada.
"wong agung kau yakin tempat ini aman.."
"akuwu, hutan mahoni ini adalah tempat biasa baginda raja berburu.."
"lalu kenapa tabib parancala menyuruh kita kemari, bisa dengan mudah baginda menemukan kita, lagipula aku khawatir kenapa tabib parancala belum juga muncul.."
Sebuah erangan halus terdengar dari mulut sosok pemuda yang dari tadi pingsan, perlahan kedua mata yang semula terpejam membuka
"pangeran, sukurlah kau siuman.."
"dimana aku, kalian siapa.."
"tenanglah pangeran, kami sahabat tabib parancala.."
wajah tegang pemuda yang ternyata pangeran sentani mukti, putra mahkota kerajaan jayapurantala ini perlahan tampak tenang.
"kami sudah tahu apa yg terjadi, tabib parancala menceritakan semuanya pada kami.."
wajah putra mahkota ini kembali tegang
"ada apa pangeran.." tukas wong agung manokwari
"bukankah kawasan ini hutan mahoni.."
"pangeran tidak usah risau, tabib parancala pasti punya alasan menyuruh kami membawa pangeran ke hutan mahoni,"
"lalu dimana paman parancala sekarang.."
"ketika pasukan kerajaan datang tabib parancala meloloskan kami lewat lorong rahasia yang langsung tembus ke kawasan ini.." tukas rd. Wiralodra
"pangeran tidak usah khawatir, dimasa mudanya tabib parancala merupakan salah satu tokoh yg mumpuni dizamannya"
ooooOoooo
Beberapa saat ketika wong agung manokwari dan rd.wiralodra melesat ke lorong rahasia sambil memanggul tubuh pangeran sentani mukti, diluar pondok terdengar derap langkah kuda-kuda yang berhenti tepat dipintu depan pondok.
"tabib parancala, atas nama baginda raja kau ditangkap, keluar,"
hanya keheningan dan gemerisik daun yang terdengar
"tabib parancala keluar, sebelum pondokmu kami bakar,"
Seperti tadi, cuma gemerisik daun bambu yang tertiup angin.
"bakar..!"
desingan puluhan anak panah berapi melesat kearah pondok, sejengkal lagi pondok tabib kerajaan ini terbakar hangus dari dalam pondok menderu angin kencang yang langsung memadamkan panah api kemudian puluhan anak panah langsung berbalik menyerang tuannya, jerit kesakitan terdengar, tubuh-tubuh prajurit berkaparan dengan anak panah menancap, sedetik kemudian seorang tua berselempang kain kuning tampak berdiri tiga langkah dihadapan prajurit yang selamat dari senjata makan tuan.
"prajurit-prajurit tidak tahu adat, benar baginda menginginkan nyawaku,"
"kau lihat saja sendiri,"
kepala prajuri ini lantas lemparkan sebuah benda yang langsung disambut tabib parancala
"bahala hitam, tidak mungkin, baik..aku akan keistana biar baginda sendiri yang melakukan,"
"tidak usah repot-repot, baginda menginginkan kau mati sekarang juga,"
Tercekat tabib ini dibuatnya tapi tak diduga tabib parancala tiba-tiba berlutut ditanah
"lakukan tugasmu prajurit,"
dengan pedang terhunus prajurit ini lantas ayunkan senjatanya kearah tabib parancala..
"craass..!"
Jerit kesakitan membuncah dari mulut prajurit ini dimana pedang yang sekiranya menancap ditubuh sang tabib malah menancap didadanya sendiri, prajurit yang lain tersentak dengan segera cabut pedang masing-masing tapi hal aneh terjadi, pedang yang mereka genggam seperti memiliki nyawa bergerak kearah leher masing-masing
"kalau aku mau, kalian semua akan mengalami nasib seperti teman kalian, sekarang pergilah.."
menyadari kemampuan orang, beberapa sajurit yang tersisa tinggalkan pondok tabib parancala.
"memang ada yg ganjil, tapi apa" gumam tabib parancala
tabib parancala lantas melesat kedalam pondok dimana lorong rahasia berada.
oo0oo
Alun-alun timur kotaraja jayapurantala disaput kesunyian yang mencekam, sebuah panggung dan beberapa tiang dengan tali dibuhul membentuk lingkaran serta kursi kayu kecil dibawahnya terlihat diatas panggung, dapat dipastikan siapapun orangnya jika berdiri diatas kursi kayu akan menemui ajal dengan tulang leher remuk jika kursi kecil itu ditendang, ketika bagaskara menyemburatkan sinarnya puluhan kawula alit mulai memenuhi alun-alun timur, selang berapa lama sebuah kereta kencana dengan ditarik enam ekor kuda pilihan berhenti disamping panggung seorang lelaki baju mewah bermahkota keluar dari kereta kencana, inilah sang maharaja jayapurantala brey tamtama gama.
"mahapatih waringin anta, laksanakan hukuman bagi para pembelot itu".
patih waringin anta tampak memberi tanda pada anak buahnya, tak lama sepuluh orang dengan tangan terbelenggu kebelakang dan kepala tertutup kain hitam dikawal menaiki panggung dan langsung ditempatkan di atas meja kayu dengan leher masing-masing dililitkan ditali berbuhul.
"algojo buka kain penutup para pembelot itu" sentak prabu tantaka gama
satu persatu kain penutup dibuka, tampaklah raut wajah-wajah sayu dengan luka lebam bekas penyiksaan, baginda raja dekati salah satu diantaranya.
"brahmana wisesa ini kesempatan terakhirmu, katakan dimana putra mahkota bersembunyi.."
brahmana wiswsa cuma diam dengan kepala tertunduk kebawah.
"brahmana.."
suara raja jayapurantala ini mulai meninggi, perlahan kepala brahmana wiyasa angkat kepalanya ditatapnya raja tantaka gama dengan tajam.
"baginda siapa kau sebenarnya.."
walau ucapan brahmana wiyasa perlahan namun gema yang ditimbulkannya mampu menggetarkan tembok benteng yang mengelilingi alun-alun.
"ajal sudah didepan mata masih unjuk gigi, panglima aku ingin tahu sampai dimana para pembelot ini bertahan, biarkan mereka menentukan ajalnya sendiri" sentak prabu tantaka gama
Tak berapa lama derap enam ekor kuda penarik kereta terdengar bergemuruh meninggajan alun-aluntimur.
oo0oo
"mahapatih waringin anta, laksanakan hukuman bagi para pembelot itu".
patih waringin anta tampak memberi tanda pada anak buahnya, tak lama sepuluh orang dengan tangan terbelenggu kebelakang dan kepala tertutup kain hitam dikawal menaiki panggung dan langsung ditempatkan di atas meja kayu dengan leher masing-masing dililitkan ditali berbuhul.
"algojo buka kain penutup para pembelot itu" sentak prabu tantaka gama
satu persatu kain penutup dibuka, tampaklah raut wajah-wajah sayu dengan luka lebam bekas penyiksaan, baginda raja dekati salah satu diantaranya.
"brahmana wisesa ini kesempatan terakhirmu, katakan dimana putra mahkota bersembunyi.."
brahmana wiswsa cuma diam dengan kepala tertunduk kebawah.
"brahmana.."
suara raja jayapurantala ini mulai meninggi, perlahan kepala brahmana wiyasa angkat kepalanya ditatapnya raja tantaka gama dengan tajam.
"baginda siapa kau sebenarnya.."
walau ucapan brahmana wiyasa perlahan namun gema yang ditimbulkannya mampu menggetarkan tembok benteng yang mengelilingi alun-alun.
"ajal sudah didepan mata masih unjuk gigi, panglima aku ingin tahu sampai dimana para pembelot ini bertahan, biarkan mereka menentukan ajalnya sendiri" sentak prabu tantaka gama
Tak berapa lama derap enam ekor kuda penarik kereta terdengar bergemuruh meninggajan alun-aluntimur.
oo0oo
Hutan mahoni ketika rd.wiralodra, wong agung manok wari dan pangeran sentani mukti sedang beristirahat dari balik belukar rumput gajah menyeruak sosok tubuh berjubah kuning. "paman parancala, sukur kau selamat.."
Tabib parancala ganda tersenyum.
"pangeran kau sudah siuman"
"tabib parancala apa yg terjadi,"
"kabar terakhir sangat memprihatinkan, beberapa pejabat dan sesepuh yang dekat denan pangeran ditangkap sebagian yang lain hilang tanpa jejak dan keluarga mereka dibantai"
pangeran sentani mukti cuma bisa mengelus dada.
"ayahandaku tidak seperti itu"
"benar pangeran, kita semua tahu siapa baginda raja ayahanda pangeran itu"
belum kering ucapan dari tabib parancala dari kerapatan pepohonan mahoni menyeruak sosok-sosok dengan bersenjatakan tombak dan perisai ditangan, berhenti lima langkah dihadapan keempatnya
"prajurit jayapurantala"
gumam rd.wiralodra yang dengan sigap keempatnya pasang kuda-kuda pertahanan.
"tahan pangeran, kami dipihak mu"
"bukankah kau panglima segara winaton yang diutus menangkapku"
"benar pangeran,tapi sang baginda yang aku kenal bukan yang sekarang ini"
"maksud panglima"
"kehidupan kawula alit tambah sengsara, pajak dipungut semena-mena" ujar panglima segara winaton
"jelas, orang itu bukan baginda, kalaupun arwah baginda dibangkitkan dengan ilmu hitam tidak mungkin bisa berbicara, tapi apa yang terjadi sekarang" ujar akuwu cimanuk yang ingatannya langsung pada arwah rd.dhuryudana.
"lalu apa rencana kita selanjutnya paman"
"pangeran, tempat yang paling aman didunia adalah rumah kita sendiri" ujar tabib parancala
"maksud paman"
"inilah tujuan hamba membawa pangeran kehutan mahoni, baginda raja selalu mengajakku ke sini dibalik pohon besar ini ada lorong rahasia yang langsung tembus kesalah satu ruang rahasia bawah tanah kedaton jayapurantala mari kita kesana"
"apa tempat itu aman paman.."
"pangeran.. tempat itu hanya hamba dan baginda yang tahu, lorong rahasia dipondok hamba pun baginda mengetahuinya, kalau benar dia baginda raja sudah dari kemarin kita ditemukannya"
Tak menunggu lama rombongan pangeran sentani mukti beserta prajurit dibawah komando panglima segara winaton memasuki lorong rahasia yg berada dibalik sebuah pohon mahoni yang berusia ratusan tahun.
oo0oo
Kedaton jayapurantala tersaput mendung kelabu disinggasananya sang prabu brey tantaka gama tampak gusar, sebentar bangkit sebentar duduk dihadapannya bersila dengan takjim mahapatih waringin anta dan senopati cupak wergola
"siapa pelakunya, senopati.."
"ampun baginda, menurut laporan beberapa prajurit, kepala pasukan bajul saketi tewas bunuh diri dihadapan tabib istana parancala, beberapa anak buahnyapun nyaris mengalami hal yang sama"
"senopati ingat jangan sekali-sekali melanggar pantangan dengan menyebut nama aslinya, tembok istana punya mata dan telinga"
"hamba mengerti paduka"
"bagus, aku dengar memang tabib kerajaan itu punya semacam ilmu langka, dimasa remaja beberapa musuhnya tewas hanya dengan pandangan matanya saja, karena begitu dahsyatnya ilmu ini guru dari tabib parancala moksa bersama ilmunya ketika berhasil menyempurnakan ilmu itu, entah dengan cara apa tabib parancala dapat menguasai ilmu dahsyat itu" gumam prabu tantaka gama
"lalu apa rencana kita selanjutnya, baginda.."
raja jayapurantala ini lantas keluarkan sebuah bejana pualam dari balik jubah kebesarannya begitu dibuka satu gumpalan salju membentuk satu bayangan kini berdiri dihadapan raja jayapurantala.
"putraku tarik semua arwah-arwah disesantro jagat untuk membantumu melacak keberadaan pangeran sentani mukti"
sosok tinggi besar ini rangkapkan kedua tangan didepan kening dan dlm sekejap sosoknya raib meninggalkan gumpalan kabut berbau setanggi.
Alun-alun timur kedaton jayapurantala, hari ketiga tubuh brahmana wisesa masih tegak berdiri walau hanya bertumpu pada kursi kayu dengan leher terbelenggu tali berbuhul, sedikit saja lututnya goyah niscaya maut taruhannya dengan leher remuk terjerat tali berbuhul seperti yang dialami ketiga tawanan lain yg telah terlebih dahulu menemui ajalnya dengan tragis.
"duh, sangyang widi wasa..kalau ajal hamba sampai disini hamba mohon selamatkan kedaton jayapurantala dari orang-orang berhati durjana.."
"kreeekk..!!"
terdengar tulang bergemeretak patah disamping kanan dan kiri brahmana wisesa ketika dua orang yang bernasib sama tidak kuat lagi menyangga berat lututnya.
"sangyang batara, semoga nirwana layak saudara-saudaraku dapatkan"
tak ada yang bisa brahmana wiswsa lakukan kecuali bersemadi pasrah diri mengheningkan cipta, rasa, asa dan karsanya pada sang maha pemberi hidup.
Hari beranjak senja ketika rombongan pangeran sentani mukti sampai diruang rahasia bawah tanah kedaton jayapurantala.
"nah pangeran inilah ruang rahasia itu"
"paman aku baru tahu istana memiliki ruang seperti ini"
"pangeran dari sini kita susun rencana membongkar kedok siapa sebenarnya baginda raja"
"maap pangeran ijinkan hamba melakukan sesuatu"
"apa rencanamu paman manok wari"
"maap pangeran saat ini hamba belum bisa memberi tahu, mohon pangeran maklum"
"baiklah paman manok wari, lakukan yang terbaik menurut paman"
"baik pangeran, sobatku akuwu mohon ikut denganku"
Tak menunggu lama keduanya lantas melesat keluar dari ruang rahasia bawah tanah kedaton jayapurantala.
"siapa pelakunya, senopati.."
"ampun baginda, menurut laporan beberapa prajurit, kepala pasukan bajul saketi tewas bunuh diri dihadapan tabib istana parancala, beberapa anak buahnyapun nyaris mengalami hal yang sama"
"senopati ingat jangan sekali-sekali melanggar pantangan dengan menyebut nama aslinya, tembok istana punya mata dan telinga"
"hamba mengerti paduka"
"bagus, aku dengar memang tabib kerajaan itu punya semacam ilmu langka, dimasa remaja beberapa musuhnya tewas hanya dengan pandangan matanya saja, karena begitu dahsyatnya ilmu ini guru dari tabib parancala moksa bersama ilmunya ketika berhasil menyempurnakan ilmu itu, entah dengan cara apa tabib parancala dapat menguasai ilmu dahsyat itu" gumam prabu tantaka gama
"lalu apa rencana kita selanjutnya, baginda.."
raja jayapurantala ini lantas keluarkan sebuah bejana pualam dari balik jubah kebesarannya begitu dibuka satu gumpalan salju membentuk satu bayangan kini berdiri dihadapan raja jayapurantala.
"putraku tarik semua arwah-arwah disesantro jagat untuk membantumu melacak keberadaan pangeran sentani mukti"
sosok tinggi besar ini rangkapkan kedua tangan didepan kening dan dlm sekejap sosoknya raib meninggalkan gumpalan kabut berbau setanggi.
Alun-alun timur kedaton jayapurantala, hari ketiga tubuh brahmana wisesa masih tegak berdiri walau hanya bertumpu pada kursi kayu dengan leher terbelenggu tali berbuhul, sedikit saja lututnya goyah niscaya maut taruhannya dengan leher remuk terjerat tali berbuhul seperti yang dialami ketiga tawanan lain yg telah terlebih dahulu menemui ajalnya dengan tragis.
"duh, sangyang widi wasa..kalau ajal hamba sampai disini hamba mohon selamatkan kedaton jayapurantala dari orang-orang berhati durjana.."
"kreeekk..!!"
terdengar tulang bergemeretak patah disamping kanan dan kiri brahmana wisesa ketika dua orang yang bernasib sama tidak kuat lagi menyangga berat lututnya.
"sangyang batara, semoga nirwana layak saudara-saudaraku dapatkan"
tak ada yang bisa brahmana wiswsa lakukan kecuali bersemadi pasrah diri mengheningkan cipta, rasa, asa dan karsanya pada sang maha pemberi hidup.
Hari beranjak senja ketika rombongan pangeran sentani mukti sampai diruang rahasia bawah tanah kedaton jayapurantala.
"nah pangeran inilah ruang rahasia itu"
"paman aku baru tahu istana memiliki ruang seperti ini"
"pangeran dari sini kita susun rencana membongkar kedok siapa sebenarnya baginda raja"
"maap pangeran ijinkan hamba melakukan sesuatu"
"apa rencanamu paman manok wari"
"maap pangeran saat ini hamba belum bisa memberi tahu, mohon pangeran maklum"
"baiklah paman manok wari, lakukan yang terbaik menurut paman"
"baik pangeran, sobatku akuwu mohon ikut denganku"
Tak menunggu lama keduanya lantas melesat keluar dari ruang rahasia bawah tanah kedaton jayapurantala.
oo0oo
Senja temaram dilangit kota raja jayapurantala disalah satu sudut masih dalam komplek kedaton yg tersembunyi, satu sosok tinggi besar dengan rambut dijalin kebelakang terlihat mematung dalam kebisuan, hampir satu jam sosok ini berdiri tak bergerak dari tempatnya, sekejap kemudian beberapa sinar dari delapan penjuru mata angin tampak melesat bak kilat satu langkah didepan sosok tinggi besar puluhan bahkan mungkin ratusan sinar mendadak terhenti mengambang berputar-putar tak lama semua sinar itu amblas masuk kedalam tubuh sosok yang sedari tadi diam membisu.
"haaaarrrrggghhhh..!!"
raungan membahana terdengar mana kala semua sinar amblas masuk ketubuh sosok tinggi besar, hebatnya lagi sosok rupa wajah mahluk ini bisa berubah-ubah dalam sekejap mata diawali raungan panjang menggidikan sosok dahsyat ini amblas masuk kedalam bumi.
bersamaan dengan raibnya sosok tadi dua sosok lain tampak melesat dari wuwungan kedaton denganringan keduanya jejakan kedua kakinya ketanah.
"tepat dugaanku akuwu.."
"kalau begitu tunggu apa lagi wong agung jelas sudah semuanya.."
Kedua sosok yang tak lain dari wong agung manokwari dan rd.wiralodra kembali jejakan kakinya ketanah dalam sekejap sosok keduanya tampak samar lalu raib bak menyatu dengan angin.
Jauh ditempat rahasia dimana pangeran sentani mukti dan tabib kerajaan parancala beserta prajurit2 kerajaan dibawah komando panglima segara winaon tengah menyusun siasat satu sosok tubuh tampak berdiri tiga langkah dihadapan semua orang yg ada didalam ruang rahasia.
"paman wong agung ada perkembangan apa dikedaton, mana sobatmu akuwu.."
Sosok wong agung ganda tersenyum.
"sobatku akuwu masih dalam penyelidikan, maap pangeran..hamba memerlukan bantuan pangeran.."
"katakan saja paman manok wari.."
"apakah masih ada ruang rahasia didalam kedaton ini"
"wong agung, kenapa kau tanyakan hal itu" tukas tabib parancala.
"waktu kami melintas alun-alun timur aku melihat beberapa pembesar istana yang salah satunya brahmana wisesa tengah disiksa.."
"lalu apa hubungannya dengan lorong rahasia yang kau tanyakan itu wong agung.." ujar tabib parancala, rupanya tabib kerajaan ini mulai curiga, karena semua lorong dan tempat rahasia didalam kedaton cuma dia dan baginda saja yg tahu.
"begini tabib parancala, dengan lewat lorong rahasia, dari tempat ini ke alun-alun timur kita akan lebih cepat menyelamatkan brahmana wisesa dan yang lainnya.."
"ada benarnya juga ucapanmu wong agung, mari aku tunjukan tempatnya.."
semuanya lantas bergerak mengikuti langkah tabib parancala.
oo0oo
"haaaarrrrggghhhh..!!"
raungan membahana terdengar mana kala semua sinar amblas masuk ketubuh sosok tinggi besar, hebatnya lagi sosok rupa wajah mahluk ini bisa berubah-ubah dalam sekejap mata diawali raungan panjang menggidikan sosok dahsyat ini amblas masuk kedalam bumi.
bersamaan dengan raibnya sosok tadi dua sosok lain tampak melesat dari wuwungan kedaton denganringan keduanya jejakan kedua kakinya ketanah.
"tepat dugaanku akuwu.."
"kalau begitu tunggu apa lagi wong agung jelas sudah semuanya.."
Kedua sosok yang tak lain dari wong agung manokwari dan rd.wiralodra kembali jejakan kakinya ketanah dalam sekejap sosok keduanya tampak samar lalu raib bak menyatu dengan angin.
Jauh ditempat rahasia dimana pangeran sentani mukti dan tabib kerajaan parancala beserta prajurit2 kerajaan dibawah komando panglima segara winaon tengah menyusun siasat satu sosok tubuh tampak berdiri tiga langkah dihadapan semua orang yg ada didalam ruang rahasia.
"paman wong agung ada perkembangan apa dikedaton, mana sobatmu akuwu.."
Sosok wong agung ganda tersenyum.
"sobatku akuwu masih dalam penyelidikan, maap pangeran..hamba memerlukan bantuan pangeran.."
"katakan saja paman manok wari.."
"apakah masih ada ruang rahasia didalam kedaton ini"
"wong agung, kenapa kau tanyakan hal itu" tukas tabib parancala.
"waktu kami melintas alun-alun timur aku melihat beberapa pembesar istana yang salah satunya brahmana wisesa tengah disiksa.."
"lalu apa hubungannya dengan lorong rahasia yang kau tanyakan itu wong agung.." ujar tabib parancala, rupanya tabib kerajaan ini mulai curiga, karena semua lorong dan tempat rahasia didalam kedaton cuma dia dan baginda saja yg tahu.
"begini tabib parancala, dengan lewat lorong rahasia, dari tempat ini ke alun-alun timur kita akan lebih cepat menyelamatkan brahmana wisesa dan yang lainnya.."
"ada benarnya juga ucapanmu wong agung, mari aku tunjukan tempatnya.."
semuanya lantas bergerak mengikuti langkah tabib parancala.
oo0oo
Tubuh yang mulai letih dan lelah sedikit membuyarkan konsentrasi brahmana wisesa dalam samadinya, memasuki hari ke tujuh pertahanan brahmana ini mulai goyah, walaupun sudah terbiasa melakukan tapa brata berhari-hari lamanya baru ini kali brahmana wisesa melakukanya sambil berdiri lambat laun lutut dari brahmana ini mulai bergetar perlahan, sementara nasib dari kesembilan tawanan tidak bisa bertahan, tubuh-tubuh malang itu terlihat berayun-ayun dengan leher hancur terjerat tali pembuhul, semakin lama tubuh renta berjubah kuning ini semakin lemah, konsentrasinya buyar sudah...derit kursi kayu kecil yang dipijaknya semakin kentara, sedang jerat pembuhul dilehernya dirasakan semakin kencang mencengkeram, kemudian....
"kraaaakk!!"
bersamaan dengan ambruknya kursi kayu sekelebatan bayangan dengan cepat menangkap tubuh brahmana wisesa dengan kecepatan yang sukar diikuti pandangan mata biasa tubuh renta brahmana wisesa telah raib entah kemana, yang tertinggal onggokan kursi ambruk dan tali pembuhul yang tercecar terkoyak dibeberapa bagian.
oo0oo
"sandra yang sangat berharga, putra mahkota..kartu truf mu ada pada kami, tanpa brahmana wisesa keabsahanmu sebagai pewaris tahta akan diragukan..tinggal melaksanakan rencana berikutnya.."
sosok ini lantas melesat keluar dari goa batu granit yang otomatis dinding goa bergeser mentup jalan keluar, diangkasa sebuah cahaya kilat sekejap menerangi wajah sosok ini, tampaklah seraut wajah ayu berkulit sawo matang dengan postur tubuh ramping melesat kearah barat dimana kedaton jayapurantala berada, disudut dinding keraton yang tersembunyi sosok ramping ini hentikan langkahnya.
"dhanawa gandrung keluarlah.."
tak menunggu lama satu sosok tinggi besar dengan rambut dijalin kebelakang muncul bersama bau stanggi yang menyengat.
"danawa gandrung, guru menyuruh kita menyatukan kekuatan rohku akan meraga sukma dengan jasadmu, panggil semua parewangan yang ada di jagat ini.."
sosok tinggi besar rangkapkan kedua tangan didepan dada, sedang sosok ramping ayu kulit sawo matang terlihat bersila ditanah dan dalam sekejap sebuah kabut tipis keluar dari ubun-ubun dara berkulit sawomatang lalu melesat masuk melalui ubun-ubun danawa gandrung, sekitar satu jam kemudian ratusan sinar dari delapan penjuru angin melesat masuk kejasad danawa gandrung lalu dengan kecepatan luar biasa melesat amblas masuk kedalam tanah.
oo0oo
Rombongan pangeran sentani mukti terus bergerak menyusuri lorong-lorong panjang berliku, semakin kedalam suasana tambah redup.
"pangeran hamba merasakan sesuatu yang aneh" bisik tabib parancala.
"maksud paman"
"puluhan kali hamba melalui lorong rahasia ini, tapi baru ini kali suasana dan udara didalam lorong yang biasanya selalu hangat berangsur-angsur jadi dingin"
"manok wari, apa kamu juga tidak merasakan hal yang aneh"
tukas tabib parancala ketika dilihatnya wong agung manok wari cuma diam malah mempercepat langkahnya tapi tanpa diduga oleh semua orang termasuk tabib parancala tiba-tiba sosok wong agung manokwari perlahan mengeluarkan gumpalan-gumpalan salju sangat tebal bergulung-gulung menyergap semua orang yang ada dibelakangnya tak ayal semua yang ada didalam lorong menjadi kaku, beku terselimut salju.
"hi.hi.hi..seperti merebut mainan dari bayi, selesai sudah.."
Sosok wong agung maok wari pudar berubah menjadi sosok tinggi besar danawa gandrung sekali berkelebat tubuhnya raib meninggalkan orang-orang yang membeku berselimut gumpalan salju.
Sedetik setelah sosok tinggi besar dengan rambut dijalin kebelakang melesat meninggalkan lorong rahasia dimana rombongan pangeran sentani mukti kaku membeku, saat itu pula salju yang membungkus tubuh tabib parancala sontak mencair disusul semburat sinar kebiruan terpendar kesesantro lorong rahasia yang membuat seluruh lapisan salju mencair dari tubuh-tubuh yang membeku.
"paman apa yg terjadi.."Tabib parancala usap sisa butiran salju dari wajahnya, selarik sinar biru tampak masuk di kedua bola mata tabib parancala.
"benar dugaan hamba, orang itu bukan wong agung manokwari"
"darimana paman tahu.."
"pangeran, wong agung jarang bahkan tidak pernah menyebut dirinya"aku" jadi pangeran bisa menyimpulkannya sendiri.."
"jadi siapa yang menyaru jadi wong agung itu, paman lorong rahasia sudah tidak aman lagi" ujar pangeran sentanu mukti
" hamba blm bisa memastikan, tapi siapapun orang itu,dia akan butuh waktu lama unutk bisa lolos dari seribu satu jalur buntu.."
"Maksud paman.."
"pangeran..lihat..."
tabib parancala geser tubuhnya kearah kanan, ketika tangannya menekan dinding goa sebuah lorong yang lain tampak menganga sedang lorong yang didepan dan belakang yang baru dilalui menutup secara otomatis.
oo0ooDidalam kedaton jayapurantala, prabu brey tantaka gama yang berada didalam sanggar pamujaan tersentak dari samadinya, butiran-butir keringat membasai seluruh tubuh raja tua ini.
"celaka..sesuatu terjadi pada roh danawa gandrung dan mindi wahi muridku..tidak ada jalan lain rencana pamungkas harus aku jalankan.."
ketika raja jayapurantala kembali hendak memejamkan matanya.
"bllaaaaarrrr...!!"
dentuman keras membahana diruang sanggar pemujaan disusul kemudian muncul dua sosok yang salah satunya menaburkan sejenis bubuk disalah satu sudut sanggar pemujaan.
"wong agung..apa yang telah kau lakukan.."
"sukur kau masih mengenaliku, resi drupada..sekarang bersiaplah menerima hukuman..dan yang lebih penting kembalikan kitab pusaka inti salju miliku.."
Sosok raja jayapurantala ini perlahan memudar yang tampak kini satu tubuh orang tua berselempang kain putih.
"apa yang terjadi" sentak prabu tantaka gama
"tidak usah heran baginda gadungan, sihir murahanmu sudah tidak berlaku lagi tanpa mindi wahi disampingmu.."
Satu suara membahana disusul berkelebatnya beberapa sosok tubuh yang satu diantaranya pangeran sentani mukti.
"tabib parancala apa yang sudah kau lakukan pada muridku.."
"muridmu itu, telah memilih jalannya sendiri, resi drupada,"
Sebuah suitan nyaring keluar dari mulut resi drupada
"tidak usah repot-repot resi orang-orangmu sedang istirahat deng annyaman," tukas rd.wiralodra sambil tersenyum.
"kau bocah jawadwipa, pembunuh anaku..kelak aku akan membuat perhitungan dengan mu"
"resi drupada, menimbang kau adik dari wong agung, aku akan menjamin keselamatan dirimu tapi katakan dimana keberadaan brahamana wisesa..", ujar pangeran sentani mukti.
"baiklah, aku akan bilang brahmana wisesa berada di,"
"whhhuuuzz..!!"
tak diduga oleh semua orang sosok resi drupada raib dari pandangan semua orang yang berada disanggar pemujaan, yang tersisa cuma gumpalan gundukan salju kemudian mencair.
"celaka..resi drupada lolos.." sentak pangeran sentani mukti.
"tidak usah khawatir pangeran kami berdua akan mengurusnya.."
kembali wong agung manok wari dan rd.wiralodra jejakan kakinya ketanah dalam sekejap sosok keduanya raib dari pandangan.
Dengan mengandalkan ajian yang bersumber dari kitab pusaka inti salju, dengan singkat resi drupada sampai digoa batu granit dimana sebelumnya mindi wahi membawa tubuh brahmana wisesa kegoa tsb.
"jika aku berakhir disini, kau pun tidak akan sah menjadi raja.." setelah melesat melalui lorong goa yang berliku diujung lorong tampak satu tubuh berjubah kuning tergeletak dilantai goa, dengan sebat resi drupada lepaskan beberapa totokan yang dilakukan mindiwahi sebelumnya.
"terimakasih, siapakah kisanak ini.." ujar brahmana wisesa lemah.
"seorang sahabat brahmana.."
"kau mengenaliku kisanak.."
"sudahlah brahmana, kita tidak punya banyak waktu, aku akan membawamu ketempat yang aman.."
"sekali lagi, terimakasih.."
dengan tertatih brahmana wisesa bangkit dari duduknya dan dipapah resi drupada keluar dari goa batu granit.
"dunia memang sempit, resi drupada.."
resi drupada tampak tersentak kaget, lima langkah didepan goa wong agung manok wari dan rd.wiralodra tampak memandangnya dengan tajam, cepat resi drupada cabut sebilah keris berbentuk bulan sabit dan tempelkan senjata itu dileher brahmana.wisesa
"resi drupada apa yang akan kau lakukan.."
"akan aku habisi brahmana ini, pangeran sentani mukti selamanya tidak akan pernah menjadi raja.."
Wong agung manok wari cuma tersenyum, tanpa diketahui resi drupada wong agung manok wari memberikan isarat pada rd.wiralodra.
"adiku bertobatlah.."
"tidak usah mengajariku manok wari.."
"baiklah resi drupada, lakukan apa yang menjadi keyakinanmu.."
"kau kira aku main-main..lihat.."
"brrreeesss..!!"
dengan sekali hentakan keris berbentuk bulan sabit amblas menembus leher brahmana wisesa.
"resi drupada, apa yang sudah kau bunuh itu.."
Sekali lagi resi drupada tersentak kaget ternyata yang ditusuknya itu adalah gedebok pisang.
"kalian mempermainkanku.."
Sementara itu tubuh brahmana wisesa yang asli sudah berdiri dibelakang wong agung bersama rd.wiralodra.
"kau lagi, bocah jawadwipa.."
"resi drupada, lebih baik kau menyerahkan diri, saya menjamin keselamatanmu.." tukas wong agung manokwari
"tidak usah jadi pahlawan kesiangan.."
"dhuuuarr..!"
tubuh resi wisesa meledak berkeping-keping cuma onggokan jubahnya saja yang tersisa.
"gusti nu agung..resi drupada memilih moksa.."
gumam wong agung manokwari kemudian mendekati pakaian putih resi drupada yang dari salah satu lipatannya terdapat sebuah kitab bersampul putih.
"kitab pusaka inti salju.." gumam wong agung manok wari.
"sobat akuwu,saya berikan kitab ini padamu.."
"maap wong agung bukan aku menolak tapi.." belum sempat rd. Wiralodra meneruskan ucapannya, kitab inti salju oleh wong agung ditekan amblas didinding goa batu granit.
"akuwu, jika kau berubah pikiran kau tau dimana kitab pusaka inti salju tersimpan.."
"jika aku berakhir disini, kau pun tidak akan sah menjadi raja.." setelah melesat melalui lorong goa yang berliku diujung lorong tampak satu tubuh berjubah kuning tergeletak dilantai goa, dengan sebat resi drupada lepaskan beberapa totokan yang dilakukan mindiwahi sebelumnya.
"terimakasih, siapakah kisanak ini.." ujar brahmana wisesa lemah.
"seorang sahabat brahmana.."
"kau mengenaliku kisanak.."
"sudahlah brahmana, kita tidak punya banyak waktu, aku akan membawamu ketempat yang aman.."
"sekali lagi, terimakasih.."
dengan tertatih brahmana wisesa bangkit dari duduknya dan dipapah resi drupada keluar dari goa batu granit.
"dunia memang sempit, resi drupada.."
resi drupada tampak tersentak kaget, lima langkah didepan goa wong agung manok wari dan rd.wiralodra tampak memandangnya dengan tajam, cepat resi drupada cabut sebilah keris berbentuk bulan sabit dan tempelkan senjata itu dileher brahmana.wisesa
"resi drupada apa yang akan kau lakukan.."
"akan aku habisi brahmana ini, pangeran sentani mukti selamanya tidak akan pernah menjadi raja.."
Wong agung manok wari cuma tersenyum, tanpa diketahui resi drupada wong agung manok wari memberikan isarat pada rd.wiralodra.
"adiku bertobatlah.."
"tidak usah mengajariku manok wari.."
"baiklah resi drupada, lakukan apa yang menjadi keyakinanmu.."
"kau kira aku main-main..lihat.."
"brrreeesss..!!"
dengan sekali hentakan keris berbentuk bulan sabit amblas menembus leher brahmana wisesa.
"resi drupada, apa yang sudah kau bunuh itu.."
Sekali lagi resi drupada tersentak kaget ternyata yang ditusuknya itu adalah gedebok pisang.
"kalian mempermainkanku.."
Sementara itu tubuh brahmana wisesa yang asli sudah berdiri dibelakang wong agung bersama rd.wiralodra.
"kau lagi, bocah jawadwipa.."
"resi drupada, lebih baik kau menyerahkan diri, saya menjamin keselamatanmu.." tukas wong agung manokwari
"tidak usah jadi pahlawan kesiangan.."
"dhuuuarr..!"
tubuh resi wisesa meledak berkeping-keping cuma onggokan jubahnya saja yang tersisa.
"gusti nu agung..resi drupada memilih moksa.."
gumam wong agung manokwari kemudian mendekati pakaian putih resi drupada yang dari salah satu lipatannya terdapat sebuah kitab bersampul putih.
"kitab pusaka inti salju.." gumam wong agung manok wari.
"sobat akuwu,saya berikan kitab ini padamu.."
"maap wong agung bukan aku menolak tapi.." belum sempat rd. Wiralodra meneruskan ucapannya, kitab inti salju oleh wong agung ditekan amblas didinding goa batu granit.
"akuwu, jika kau berubah pikiran kau tau dimana kitab pusaka inti salju tersimpan.."
Brahmana wisesa dekati dua sahabat ini
"atas nama kerajaan kami mengucapkan terima kasih, mari ikut saya kekedaton jayapurantala, pangeran sentani mukti pasti akan mengangkat kalian jadi orang penting.."
"maap brahmana, kami orang-orang rimba persilatan lebih senang beratapkan langit beralaskan rerumputan"
ujar wong agung manok wari.
"kalau kau anak muda.."
"sampaikan salam hormat kami pada pangeran sentani mukti, dijawadwipa aku masih punya tanggung jawab pada padukuhan dan rakyatku.."
"baiklah, jayapurantala terbuka lebar untuk anak cucu kalian.."
dengan sekali hentakan tubuh brahmana wisesa lepas dari pandangan keduanya.
oo0oo
menyusul : Dahana Bukit Ilalang
terimakasih kunjungannya..silahkan ditunggu komentarnya..
BalasHapus