KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Senin, 27 Februari 2012

PERGOLAKAN BHATIN SANG KSATRIA


     Mentari sepenggalah ketika rd.angglarang menginjakan kakinya disebuah tanjung berpasir putih, tanjung itu bernama wahina terletak tiga kilometer dari kerajaan jayapurantala, ibu kota kerajaan yang terletak disebuah kepulauan berbentuk kepala burung dengan pegunungan legendaris “jaya wijaya” dimana salju abadi senantiasa melingkupi puncak gunung tersebut.
“itukah pegunungan jaya wijaya, yang pernah diceritakan ayahanda linggabuana..”
Membatin rd. anggalarang, pemuda gagah berbaju putih calon raja padjajaran yang tengah menjalankan lelaku atau ritual pengembaraan selama satu tahun sebelum dirinya diangkat menjadi prabu ditatar sunda ini pindahkan buntalan bututnya dibahu kiri, kemudian dengan ringan melangkahkan kaki menuju kearah selatan dimana meremang tersaput kabut sebuah puncak pegunungan yang selalu dilingkupi salju abadi, pemuda ini tidak menyadari dari tadi sepasang mata mengawasinya dengan tajam, begitu anggalarang lesatkan badannya kearah selatan sosok yang ternyata seorang dara jelita berbaju ungu keluar dari tempat persembunyiannya.
“pemuda itu bukan orang sembarangan, ini kali usahaku harus berhasil..”
Setelah termenung beberapa saat, dara ayu berbaju ungu ini lesatkan badannya yang ramping kearah dimana rd.anggalarang pergi.


ooooOoooo

     Padepokan yang terletak disebuah bukit cadas ini selalu ramai dengan aktifitas anak-anak didiknya, seperti ini kali beberapa anak murid padepokan padas sancang tengah menggelar acara tahunan, yaitu tanding jurit olah kanuragan antara berbagai perguruan yang berada di wilayah kerajaan jaya purantala, seorang lelaki tua dengan jangut memutih terlihat melesat dari tempat duduknya dengan sebat sosok rentanya jungkir balik diudara dan dengan ringan jejakan kaki diatas arena tanding jurit.
“para tetua dari berbagai aliran, saya daeng paturanggi, ketua padepokan padas sancang dengan rendah hati membuka acara tahunan tanding jurit persahabatan seluruh padepokan yang ada diwilayah kerajaan jaya purantala, silahkan para ketua padepokan yang telah siap harap tampil ke arena..”
Ujar daeng paturanggi lantang, namun alangkah terkejutnya pemimpin padepokan padas sancang ini, mendadak Susana alam yang semula hangat terkena sinar mentari pagi kini perlahan tapi pasti meredup disusul munculnya titik-titik salju yang entah datang dari mana turun dengan derasnya membuat orang-orang yang berkumpul di sekeliling arena tanding jurit menggigil kedinginan, beberapa orang yang memiliki tenaga inti tanggung seketika langsung ambruk dengan darah kental keluar sari mata, hidung dan telinga dan beberapa yang lainnya langsung membeku menjadi patung es,
Melihat hal itu, ketua padepokan padas sancang, daeng paturanggi langsung kerahkan tenaga inti yang bersumber dari pusarnya, bias kuning keperakan terlihat menjalar dari ujung kaki sang ketua padepokan padas sancang dan begitu orang tua ini kibaskan lengan jubahnya ledakan keras membahana terdengar diarena tanding jurit..
“BLLLLLAAAAAMMMMM….!!!!”
Arena tanding jurit berguncang hebat seperti terkena gempa, tapi orang-orang yang semula membeku kini bisa menggerakan anggota badannya sedang yang telah terlanjur ambruk dengan mata, telinga dan hidung yang masih mengucurkan darah kental terlihat terlempar berseliweran keluar dari gelanggang tanding jurit, dan ditengah arena tanding jurit tampak satu sosok berselempang kain putih berdiri dengan jumawa.
“resi.drupada..kenapa andika mengacaukan acara kami..”
Ujar daeng paturanggi dengan lantang, hingga efek dari tenaga intinya mampu mengibarkan sedikit ujung kain putih yang dipakai orang yang bernama resi drupada ini.
“tenaga inti mu sudah banyak kemajuan, daeng paturanggi..tapi sayang ilmu murahan itu Cuma bisa menakuti anak bau kencur..”
Daeng paturanggi terlihat mengepalkan telapak tanganya, tapi batin ketua padepokan padas sancang ini sadar orang tengah memancing emosinya, setelah menarik napas dalam orang tua dengan janggut putih berkibar ini teruskan ucapannya.
“resi drupada, kami tidak ada silang sengketa dengan andika..harap jangan membuat keributan di tempat ini..”
Orang yang dipanggil resi.drupada ini lantas tuding telunjuknya tepat-tepat kearah daeng paturanggi..
“daeng paturanggi karena fitnahmu aku dan anakku dhanawa gandrung terusir dari istana jaya purantala..apa kau masih menyebut tidak ada silang sengketa..manusia licik…”
Merah padam wajah daeng paturanggi mendengar ucapan resi.drupada,  apalagi ucapan yang diteriakan dengan tenaga inti ini terdengar sangat keras dan membahana disesantro arena tanding jurit.
“resi.drupada..karena ulah anakmu sendiri..mengacau dimana-mana mengumbar ilmu dan menundukan berbagai aliran dan padepokan.apakah salah jika kami melakukan hal itu..”
“jangan banyak lagak. Daeng paturanggi..hari ini aku datang untuk menuntaskan urusan itu..bersiaplah..jaga serangan ku..”
Diawali deru angin yang keras, resi.drupada kembangkan telapak tangan kanannya dan dengan sebat melesat menggempur daeng paturanggi, detik berikutnya pertarungan sengit pecah antara daeng paturanggi dengan resi. Drupada.
     Dengan ganas resi.drupada bekas penasehat kerajaan ini lentingkan badannya keatas, jungkir balik beberapa kali diudara dan dengan sebat sabetkan tasbeh besar yang digenggamnya kearah batok kepala daeng paturanggi.
“trraaaaakkk…trraaaaakkk…!!”
Daeng paturanggi, putar tongkat kayu dari pohon jana keling dengan cepat keatas, bentrokan antara senjata mustikaitu sangat dahsyat hingga menimbulkan gemuruh dan kilat disekeliling arena tanding  jurit.
Seratus jurus telah berlalu, memasuki jurus berikutnya sebuah sambaran yang mengarah kaki daeng paturanggi terasa dingin mencucuk persendian, dengan cepat ketua padepokan padas sancang ini lompat sejengkal keudara, namun rupanya itu Cuma serangan pancingan dari resi drupada karena serangan yang sebenarnya datang dari atas.
“brruuaakkk..!!”
Sebuah jatuhan tumit telak mengenai bahu kiri daeng paturanggi membuat orang tua dengan janggut putih berkibar jatuh berlitut diatas arena tanding jurit, mengetahui hal itu. Resi drupada tidak mau membuang kesempatan dengan sebat babatkan tasbeh besarnya kearah kepala daeng paturanggi..
“beeeerrrrreeeeesssss…!!!”
Resi derupada merasakan sabetan tasbehnya mengenai sesuatu yang lunak dan empuk seperti kapas, hingga dengan cepat tarik tasbehnya menghindari dorongan yang berbalik kearah dirinya,
“siapa kau anak muda..ikut campur urusan kami..”
Bentak resi.drupada manakala mengetahui tasbeh besar yang disangka menghantam kepala daeng paturanggi ternyata terganjal oleh sebilah keris yang digenggam oleh seorang pemuda baju putih yang entah dari mana datanggnya telah berdiri di tengah arena dengan buntalan butut di bahu kirinya.
“maap kan saya paman, bukan bermaksud campur tangan.tapi menyerang lawan yang sudah tidak berdaya apakah pantas dilakukan oleh seorang pendekar..”
“jangan sok jadi pahlawan kau anak muda..menepilah ini urusan kami berdua..”
Pemuda gagah berbaju putih yang tak lain dari anggalarang Cuma rangkapkan tangannya didepan dada, hal itu sudah cukup memberi tanda resi drupada orang menantang dirinya.
“ aku resi drupada, sebut siapa dirimu..aku pantang menghabisi orang yang tidak jelas..”
Sentak resi drupada lantang sambil kembali mempersiapkan tasbeh besar yang urung digunakan menghantam kepala daeng paturanggi.
“saya anggalarang dari tanah jawadwipa..”
“bagus..abu jenazahmu akan ku kirim kesana..”
“berusahalah tuan resi..agar dupa tetap menyala dipadepokan andhika..”
Resi drupada kembali putar tasbeh besar dengan tangan kirinya, sedang telapak tangan kanan dikembangkan kedepan inilah jurus kincir langit yang pernah menggegerkan dunia persilatan pada masanya.
Mengetahui lawan mengeluarkan jurus andalan, anggalarang cabut keris mustika milik mahapatih gadjah mada yang sebelum berangkat mengembara diberikan pamannya sang bunisora suradipati.
(ihwal keris mustika mahapatih Gadjah mada yang kini berada ditangan anggalarang, silahkan baca dari episode: prajapati wilwatikta, pinangan berdarah sampai tragedy patrem saka domas, pen)
Didahului bentakan nyaring, resi drupada sabetkan tasbeh besar kearah anggalarang yang dengan sebat tusukan keris kearah depan, pertarungan tingkat tinggipun pecah.

Kita tinggalkan sejenak arena tanding jurit

Jauh dipuncak pegunungan jaya wijaya, seorang lelaki separuh baya dengan rambut putih dijalin kebelakang terlihat khusuk bersemadi ditengah guyuran salju yang deras, suhu udara disekitar sangat dingin mencucuk persendian bahkan tetesan air diujung daun tampak membeku saking minesnya suhu ditempat itu, namun sosok yang duduk bersila ini seakan tidak memperdulikan alam sekitar, tetap bersila mengheningkan jiwa raga asa dan karsanya pada sang maha pemilik kehidupan, sementara itu dimulut sebuah goa seorang pemuda umur duabelas tahun tampak gelisah memandang sosok yang sedang khusuk bersemadi itu.
“sampai kapan paman wong agung manok wari menghentikan semadinya, sudah seminggu lamanya aku berada ditempat celaka ini..kalau tidak mengingat amanat bopo..sudah dari kemarin aku tinggalkan tempat ini..”
Membatin sang pemuda sambil merapatkan pakaian tebal ditubuhnya
“sebaiknya aku tinggalkan saja tempat ini..terserah bopo mau bilang apa..”
Memikir sampai disitu, pemuda tanggung dengan rambut panjang dijalin kebelakang ini lagkahkan kakinya meninggalkan goa menerjang gumpalan salju yang menutupi perjalanannya
Sekitar seratus langkah pemuda ini menerjang gumpalan salju meninggalkan goa, mendadak langkahnya terhenti didepan sana terpaut tiga langkah orang berambut putih dijalin kebelakang yang tengah semadi tampak didepannya dirinya masih dalam posisi semula.
“benar kata bopo, paman manok wari memiliki ilmu pemindah jasad unsur salju..” membatin sang pemuda, belum selesai dengan dialog bhatinnya pemuda ini dikejutkan oleh sebuah suara yang menggema disekelilingnya
“dhanawa gandrung, katakana ada keperluan apa kau menemui saya..”
Pemuda ini tercekat, jelas dia melihat sosok yang ada dihadapannya masih diam dalam semadi tapi gema suaranya bisa didengarnya dengan jelas menggema ditempat itu.
“paman bangunlah dulu dari semadimu..” ujar dhanawa gandrung pelan
“katakana saja dhanawa gandrung, apa kau kemari disuruh resi drupada bopo mu..”
“paman sudah mengetahuinya..”
“jawabannya..tunggulah sepuluh tahun lagi..baru kau datang lagi kemari..”
“terlalu lama paman, bopo menghendakinya sekarang..”
“sifat manusia tidak pernah puas seakan hidup sendiri didunia ini, sehebat apapun ilmu didunia jika sang maha pemilik hidup tidak berkehendak semuanya tinggal onggokan jasad tiada guna..sadarlah dhanawa gandrung..kembalilah ke awal langkah mu..”
“paman aku bukan untuk mendengar kotbah..cepat pinjamkan kitab pusaka inti salju itu..”
 Sosok wong agung manok wari untuk pertama kalinya buka kedua kelopak mata yang sedari tadi terpejam, dipandanginya pemuda dihadapannya dengan tajam
“dengar dhanawa gandrung, bopo mu pernah meminta pada saya untuk mengangkat mu sebagai murid, tapi karena sifat serakah dirimu yang ingin jadi pendekar tangguh penguasa rimba persilatan hingga bopomu diasingkan oleh pihak kedaton jaya purantala karena sepak terjangmu..maka ketahuilah..kitab pusaka inti salju tidak berjodoh dengan dirimu..sekarang pulanglah..renungi semua kesalahan..”
“paman aku tidak perduli dengan semua itu..karena akupun tidak sudi menjadi murid mu..aku pendekar besar..siapa yang tak mengenalku..penakluk semua aliran persilatan, kelak aku akan mendirikan partai lintas aliran telaga biru dan menguasai dunia persilatan..”
Selesai dengan ucapannya dhanawa gandrung jejakan kakinya kesalju yang dalam sekejapan mata sosoknya terlihat puluhan mil menuruni lereng puncak jaya wijaya.

ooooOoooo

     Tanding jurit antara rd.anggalarang dan resi drupada terus berlanjut, namun diam-diam orang tua berselempang kain putih ini merasa jerih, walau yang dihadapinya hanyalah seorang anak muda namun ketika bentrok tenaga inti terjadi resi drupada merasakan tangannya kesemutan serta aliran darahnya sedikit terganggu, menyadari lawan setingkat lebih tinggi olah kanuragannya, resi drupada segera merubah posisi kuda-kudanya dan dalam satu kesempatan tubuh orang tua berselempang kain putih ini lentingkan badannya kebelakang lalu secepat kilat tinggalkan arena tanding jurit.
“terimakasih tuan pendekar atas pertolongannya..”
Ujar daeng paturanggi  tertatih menghampiri anggalarang sambil dipapah beberapa anak muridnya
“tidak perlu sungkan paman, tolong-menolong sesama mahluk tuhan merupakan sebuah hal yang lumrah dirimba persilatan..”
“siapakan tuan pendekar ini..aku atas nama ketua padepokan padas sancang merasa berhutang budi”
“saya anggalarang, pengelana biasa.tak usah mengungkit budi paman yang hanya akan memberatkan langkah saya kelak.”
“singgahlah beberapa hari dipadepokan kami tuan anggalarang..”
“terimakasih atas kemurahan hati paman..”
Disaat yang sama sekelebatan bayangan ungu dengan ringan hadir ditempat itu yang langsung menubruk tubuh daeng paturanggi.
“ayah apa yang terjadi..siapa yang melakukan semua ini..”
Ujar sosok ramping berbaju ungu yang ternyata seorang dara ayu berkulit sawo matang.
“mindi wahi..kau datang anakku..”
“iya ayah..apakah pemuda itu yang membuat ayah terluka..”
Sentak mindi wahi sambil pandang rd.anggalarang dengan tajam lantas hunus pedang yang tergantung dipinggangnya
“sarungkan pedang mu anakku..dialah tuan pendekar yang menolong kita..” ujar daeng paturanggi lirih
“oh..maapkan saya tuan pendekar..terimakasih telah menolong ayah ..”
“tidak mengapa nyisanak. Mindi wahi..”
“mindi wahi, siapkan ruang peristirahatan buat tamu kita..”
“baik ayah..”
Dara ayu berkulit sawo matang ini lantas berlalu dari hadapan ayahnya, bersaman dengan datangnya rembang petang melingkupi kawasan lereng bukit dimana padepokan padas sancang berada.
     Ditempat lain, dhanawa gandrung yang gagal mendapatkan kitab mustika inti salju milik wong agung manokwari telah sampai disebuah lembah nan menghijau, penduduk sekitar menamai lembah itu baliem dan disaat yang sama resi.drupada pun telah sampai dikawasan lembah baliem.
“dhanawa gandrung..apa kau berhasil mendapatkan kitab mustika itu..”
“maap bopo, aku gagal..malah paman manok wari mengusir ku..”
“terlalu..paman mu itu..sudahlah dhanawa gandrung, sekarang pergilah kekepulauan seram..dan tundukan aliran silat yang ada disana bawa seluruh anak buahmu..”
“baik bopo, aku akan ke desa hitu wali menemui bajul saketi..”
Resi drupada hanya mengangguk, tak lama sosok keduanya tampak melesat ke jurusan yang berbeda.

ooooOoooo

     Di dalam bilik yang disediakan daeng maturanggi, rd. anggalarang terlihat duduk bersila diatas bale terbuat dari rotan yang dialasi daun pandan kering, mata pemuda gagah ini tak lepas dari sebilah keris eluk Sembilan yang berada dalam genggaman tangan kanannya, keris yang memancarkan aura biru itu milik mahapatih. Gadjah mada yang diserahkan pamannya mangkubumi bunisora ketika meninggalkan kedaton padjajaran untuk menjalankan lelaku pengembaraan selama satu tahun sebelum dirinya memangku jabatan prabu menggantikan ayah handanya prabu.linggabuana yang telah mangkat tewas di palagan bubat.
“apa maksud patih majapahit itu  menyerahkan kerisnya pada diriku..tanpa memberikan kerisnya pada pihak padjajaran, kelak aku tetap menantangnya duel, tewasnya ramanda linggabuana dan kakang mbok dyah pitaloka hanya bisa dituntaskan diujung maut bagi gadjah mada..”
Anggalarang terus termenung memandangi bilah keris milik gadjahmada, gejolak jiwa mudanya membuncah sampai ke ubun-ubun ketika nama gadjahmada terlintas dalam benaknya, mendadak telinga tajam anggalarang mendengar desingan mencurigakan yang mengarah dirinya, dengan cepat anggalarang sabetkan keris yang dipegangnya.
“traaang..traaaang…tranggg..!!”
Terdengar benturan benda tajam memekakan telinga begitu puluhan bayangan perak beradu dengan badan keris, dengan sigap anggalarang lentingkan badannya menembus atap yang terbuat dari anyaman daun rumbia, begitu jejakan kakinya diatas atap sekelebatan bayangan hitam tampak melesat sebat kearah timur, tanpa pikir panjang anggalarang melesat mengejar bayangan hitam yang barusan menyerangnya dengan puluhan pisau terbang.
Kejar mengejar antara anggalarang dan bayangan hitam terjadi, namun mendadak pemuda calon prabu padjajaran ini hentikan larinya senyum simpul tersungging disudut bibirnya, ketika bayangan hitam melesat menembus belukar didepannya, anggalarang lentingkan badannya kearah berlawanan.

     Bayangan hitam terlihat menghentikan larinya, dihadapannya terbentang sebuah bibir jurang yang lebar, dan tanpa ragu lentingkan badannya menghambur masuk kedalam jurang, disaat bersamaan sosok lain terlihat jejakkan kakinya dengan ringan ditempat itu.
“hem..betul dugaan ku..jurus tipuan yang bagus,  sangat berbahaya menuruni jurang dalam kegelapan, lebih bagus aku tunggu sampai besok pagi..”
Memikir sampai disitu sosok pemuda yang tak lain dari anggalarang lentingkan badannya keatas sebuah cabang pohon handaru yang banyak tumbuh disekitar jurang, sambil menunggu pagi pemuda ini sandarkan punggungnya disalah satu cabang pohon.
Sementara jauh didasar jurang, sosok bayangan hitam terlihat duduk bersila dimana sebuah goa batu pualam berwarna biru berada, tak lama satu sosok berselempang kain putih melesat dari dalam goa dan berdiri dihadapan sosok bayangan hitam.
“apa tugas mu sudah beres mindi wahi..”
“maap guru, saya gagal..pemuda jawadwipa itu memiliki kanuragan satu tingkat diatas saya..malah kami sempat adu lari dengan pemuda itu..”
“apa dia tahu, kau menuju tempat ini..”
“jurus muslihat bayangan yang diajarkan guru sangat ampuh, saya yakin pemuda itu kini tengah kebingungan..”
“kau memang muridku yang paling cerdik mindi wahi..”
“tapi guru..saya khawatir.lambat laun ayahku mengetahui, saya berguru pada dirimu..”
“kau tidak usah khawatir, begitu aku bisa kembali kekedaton jayapurantala padepokan padas sancang akan aku berikan pada dirimu..”
“saya tidak menghendaki padepokan itu guru, aji raga gegana yang saya kehendaki..”
“kaupun bisa mendapatkanya sekarang, tapi Cuma bertahan empat puluh hari saja..bagaimana..”
“maksud guru, setelah empat puluh hari ilmu itu akan musnah..”
“kau bisa mencari ku, untuk mendapatkan ilmu itu kembali..”
“baiklah guru..saya bersedia..”
“bagus..dan tugasmu berikutnya, menjadi mata-mata di kedaton jaya purantala..”

ooooOoooo

     mentari baru saja menampakkan sinarnya, rd. anggalarang yang masih terkantuk diatas cabang pohon tampak rentangkan tangannya menusir penat, mendadak matanya yang tajam melihat sesuatu berkelebat dari dalam jurang, seekor burung merpati putih dengan ringan melesat dari dalam jurang kemudian dengan cepat terbang kearah selatan.
“ah..mungkin merpati itu,bersarang disalah satu dinding jurang..” gumam anggalarang yang dengan sigap jejakan kakinya kembali dengan ringan ketanah
“jurang ini sangat dalam, pandangan ku terhalang kabut tebal yang menaungi pertengahannya..tapi sosok bayangan hitam belum juga muncul..apa aku harus turun kebawah sana, aku harus tahu alasan orang itu menyerang diriku dengan pisau terbangnya..”
Memikir sampai disitu anggalarang lantas julurkan kepalanya kebibir jurang, seketika hawa sedingin es menyergap tubuhnya.
“apa dengan meniti akar-akar ini, aku bisa mencapai dasar..”

Dengan sigap anggalarang meniti akar-akar pohon yang berseliweran dibibir jurang, perlahan tubuhnya meluncur kebawah, tapi begitu hendak mencapai pertengahan jurang yang dinaungi kabut tebal..kakinya merasakan ada yang membetot dengan keras pegangan tangannya pada akar terlepas..tak ayal tubuh pemuda ini dengan cepat meluncur kedasar jurang.
Tubuh anggalarang terus meluncur dengan cepat, ketika hendak mencapai dasar jurang anggalarang merasakan tubuhnya berputar dengan cepat lalu dengan keras terbanting ketanah
“pucuk dicinta maut tiba..kau datang mengantarkan nyawamu..pemuda jawadwipa..”
“resi drupada..”
“hahaha..bagus kau masih mengenalku..”
“jadi kau yang mengerang ku dengan pisau terbang itu..”
“sudahlah..tidak usah banyak cakap, kekalahanku di arena tanding jurit kemarin akan kau bayar dengan nyawa mu disini..” ujar resi drupada sambil putar tasbeh besarnya keudara, mendadak untaian tasbeh besar ini meledak dan dari asap ledakan muncul puluhan mahluk mengerikan yang dengan sangar menyerang anggalarang.
bala pakewuh..” ujap anggalarang yang dengan cepat pasang kuda-kuda pertahanan, kemudian cabut kujang emas dari balik baju putihnya.
Puluhan mahluk mengerikan ini dengan ganas menyerang anggalarang, kujang emas berkiblat dan dalam hitungan detik sepuluh mahluk mengerikan hancur cerai-berai tapi dengan cepat kembali kebentuk semula malah lebih banyak lagi, anggalarang terkesiap dia rubah jurus pertahanannya, lalu lentingkan badannya keudara kembali kujang emas berkiblat membabat puluhan mahluk parewangan ini, tapi semakin dibabat hancur semakin bertambah banyak mahluk yang menyerang dirinya, sehebat apapun seseorang menghadapi serangan yang bertubi-tubi akan kelelahan juga, begitupun dengan anggalarang pakaian yang dikenakannya tampak robek disana-sini, lelehan darah merembes dari kulit yang terkena cakaran mahluk parewangan’ disaat seperti itu dari pinggang kanan anggalarang membersit sinar berwarna biru dan dengan cepat membabat semua mahluk yang menyerangnya.
Dalam sekejap sinar biru memporak-porandakan puluhan mahluk yang menyerang anggalarang tanpa bisa bangkit kembali, begitu mahluk mengerikan hilang sinar biru ini kembali kepinggang kanan anggalarang.
“terimakasih kyai..atas bantuannya..”
Ujar anggalarang sambil usap pinggang kanannya dimana keris mustika milik mahapatih Gadjah mada terselip.
“hem..resi drupada..melarikan diri..”
Karena tidak adalagi yang dilakukan ditempat itu, anggalarang jejakan kakinya kelantai gua pualam biru dan dengan cepat sosoknya terlihat meluncur menembus kabut tebal yang menaungi pertengahan jurang.

ooooOoooo

salam bhumi deres mili





3 komentar:

  1. ditunggu kisah selanjutnya kang mas....... :)

    BalasHapus
  2. nuhun kang kunjungan dan testimoninya kang ceceppp

    BalasHapus
  3. nuhun kunjungannya kang ceceppp..jaga episode selanjutnya..

    BalasHapus

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers