Sungging prabangkara kembangkan telapak tangan kanannya kedepan, bias sinar keperakan membentuk bayang-bayang ribuan kuas kecil terliat berputar disekujur tubuhnya, sedang dyah pitaloka hunus pedang giok hijau dari warangkanya lantas putar pedangnya dengan cepat.
“pyyaaaarrr..!!”
Pukulan jarak jauh mengandung tenaga inti tampak mental berserabutan manakala hampir menyentuh satu jengkal dari badan keduanya.
Suasana kembali hening seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya ditempat itu, bahkan hembusan anginpun seakan terhenti
“terlalu hening…”
Gumam sungging prabangkara, sementara ribuan bayangan kuas kecil masih berputar di sekujur tubuhnya
“kakang di belakang mu…!!”
Teriak dyah pitaloka manakala dilihatnya seberkas cahaya merah dengan cepat mengarah ke tubuh sungging prabangkara.
“BLLLLAAAAMMMM…!!”
Sebatang pohon kiara disamping kanan sungging prabangkara hangus terbakar menjadi bubuk berwarna merah, sementara dengan ringan pemuda gagah ini jejakan kakinya kembali ketanah, dan kembali pasang kuda-kuda pertahanan.
“siapapun andika..harap unjukan diri..kami berada disini tidak mencari silang sengketa..”
Suara sungging prabangkara terdengar menggema menggetarkan daun-daun waringin dihadapannya.
Entah dari mana datangnya, dari arah yang tidak diketahui mengalun suara seruling yang semakin lama semakin dekat dan terdengar keras berputar mengelilingi kedua muda mudi ini
“jelas-jelas suara seruling ini berada ditempat ini..tapi..kenapa orang yang meniupnya tidak terlihat..”
Gumam dyah pitaloka yang masih menggenggam pedang giok hijau ditangannya
“bayu tantra yang sempurna…” ujar sungging prabangkara
“maksud kakang…”
“ilmu pemindah suara, ilmu ini dilambari tenaga inti tingkat tinggi..walau suaranya berada disini, orangnya telah jauh ribuan hasta dari tempat ini, dan sebaliknya walau suaranya terdengar jauh bisa jadi sang pemilik ilmu berada dekat disekitar kita..”
“ternyata pengetahuan kakang akan ilmu kanuragan lumayan bagus..”
“nyimas, pitaloka lebih baik kita teruskan perjalanan..suara seruling ini akan terus menggema sampai sang empunya ilmu menghentikannya..”
Sepasang muda-mudi ini lantas jejakkan kaki masing-masing yang dalam waktu sekejap sosok keduanya tampak terlihat jauh ribuan langkah menuruni lembah nan subur di bawahnya.
Sepeninggal kedua pasang remaja dari tempat tersebut, dari balik rimbunnya tanaman perdu muncul satu sosok bayangan dengan seruling warna perak dalam genggaman tangan kanannya
“tuan putri..maapkan hamba, bukan bermaksud mempermainkan..hamba hanya meminjam sebentar patrem saka domas, tugas hamba mencari keberadaan adikmu anggalarang belum selesai, kelak patrem saka domas akan hamba kembalikan…”
Sosok bayangan berkerudung violet ini lantas selipkan patrem saka domas milik dyah pitaloka di balik lipatan kain, detik berikutnya bayangannya telah jauh meninggalkan daerah itu kearah timur laut.
ooooOoooo
Nagri seribu bukit, Hindustan
Mentari baru saja menampakan sinarnya yang hangat, puncak bukit karang dimana sosok lelaki dengan jubah kelabu tampak mendukung seorang orok usia sebulan, tersentak dari duduknya manakala telinganya yang tajam mendengar derap kaki kuda banyak sekali dikejauhan, dengan sekali jejakan kaki ke tanah sosok berjubah kelabu ini telah sampai di sebuah dahan pokok pinus yang paling tinggi.
“prajurit lembah indus..celaka darimana mereka tahu tempat ini..”
Gumam lelaki berjubah kelabu yang tak lain dari panglima rendra kila, belum sempat berfikir lebih jauh seberkas cahaya hitam melesat dengan sebat kearah panglima kerajaan lembah indus
“blaaaaaarrrr..!!”
Dahan pokok pinus yang digunakan panglima rendra kila berdiri hancur menjadi bubuk hitam, tapi sebelumnya sang panglima telah lentingkan badannya menghindari serangan jarak jauh yang dahsyat itu, tapi begitu lelaki berjubah kelabu ini jejakan kakinya ketanah puluhan prajurit telah mengurungnya ditengah-tengah.
“ringan tubuhmu sudah banyak kemajuan panglima…”
Panglima rendra kila tersentak, orang mengenali jati dirinya
“tidak usah heran panglima…cepat serahkan putri prabu maespati itu..urusan kita beres..”
Panglima rendra kila tatap orang yang ada dihadapannya dengan tajam dari dandan yang dikenakannya sudah dipastikan berasal dari golongan semacam pendekar pemburu hadiah
“dargo kalan jana..ditawar berapa kepala ku oleh penghianat itu..”
“ini bukan soal hadiah panglima..ingatkah lima tahun yang lalu..pasukanmu pernah mengobrak-abrik markas ku dihutan kiskendha, sekarang aku menagihnya sekaligus dengan bunganya..”
Panglima rendra kila sesaat tercenung, menghadapi pasukan bekas anak didiknya mungkin mampu, tapi dargo kalan jana adalah salah satu tokoh dari tiga tokoh aliran pemburu hadiah yang sangat terkenal kelicikannya.
“bagaimana panglima..apa otakmu mulai mengingatnya..”
“dargo kalan jana..kalau begitu jangan libatkan prajurit lembah indus dalam urusan ini..mereka Cuma menjalankan tugas dari penghianat itu..”
“hahaha..satu lagi panglima..apa kau mengenal orang ini..”
Dargo kalan jana lantas perintahkan beberapa anak buahnya menyeret seseorang yang kondisinya begitu mengenaskan..
“perwira maranata..” sentak panglima rendra kila begitu mengenali prajurit penjaga tahanan ruang bawah tanah dimana permaisuri dari prabu maespati di tahan.
“maapkan hamba panglima..hamba..hamba..keluarga..hamba..”
“aku mengerti..perwira, bukan salahmu..memberitahu tempat ini..”
“bagaimana panglima..”
“sudah aku bilang ini urusan kita..jangan libatkan prajurit lembah indus..”
“kau bukan atsanku panglima..prajurit..ringkus panglima rendra kila..dan habisi..!!”
Beberapa prajurit lembah indus tampak bimbang,bagaimanapun juga panglima rendrakila pernah menjadi atasannya, tapi tugas dari kebijakan kekuasaan yang baru membuat prajurit-prajurit lembah indus tidak punya pilihan lain, dengan serentak merangsak dengan tombak mengempur lelaki berjubah kelabu ini..
Panglima rendra kila kencangkan kain gendongan dimana orok putri maespati berada, dengan gerakan kilat merebut salah satu tombak prajurit yang ada didekatnya dan dengan gagah berani menerima setiap serangan bekas anak didiknya itu.
Panglima rendra kila putar tombak yang ada ditangannya dengan cepat, belasan prajurit lembah indus yang berani mendekat langsung terpental lepas nyawa sebelum menyentuh tanah, melihat hal itu dargo kalan jana menjadi geram, diperinhankannya pasukan panah, tak lama puluhan anak panah melesat kearah tubuh panglima rendra kila yang masih memutar tombak membentuk perisai pelindung.
Setangguh apapun seseorang bila diserang terus-menerus pasti akan mencapai batas kekuatannya begitupun dengan panglima rendra kila, beberapa anak panah tampak menembus lengan dan kakinya darah tampak mengucur dari lukanya, ditambah lagi orok yang ada digendongannya mulai gelisah dan akhirnya menangis melengking-lengking.
Saat itulah seklebatan bayangan dengan cepat menyambar tubuh sang panglima dan raib diantara bukit-bukit terjal disekelilingnya.
“kejar terus..jangan sampai lolos..”
Bentak dargo kalan jana yang langsung lancarkan pukulan jarak jauh kearah raibnya bayangan yang membawa lari panglima rendra kila beserta orok yang digendongnya.
ooooOoooo
Panglima rendra kila merasakan tubuhnya melesat dengan cepat dibawah dukungan bayangan orang yang memanggul dan membawanya lari seakan tak menyentuh bumi, karena kelelahan yang teramat sangat akhirnya bekas panglima lembah indus ini terkulai di bahu bayangan yang terus melarikannya dengan sebat.
Bayangan yang mendukung panglima rendra kila sampai didepan mulut sebuah gua, tak menunggu lama tubuh panglima lembah indus ini terbaring dilempeng batu pipih beralaskan tikar daun pandan, orang yang menolong panglima rendra kila berikan beberapa totokan diberbagai tempat, dipatahkannya bilah-bilah anak panah yang masih menancap, setelah mengurut dada erangan terdengar dari mulut panglima rendra kila.
“tuan..putri..dimana tuan putrii..!!”
Begitu siuman dari pingsannya, panglima rendra kila lantas terkejut begitu orok yang digendongnya kini tak bersamanya.
“tenang tuan..anak tuan dalam kondisi baik-baik saja..”
“dimana tuan putri..”
“tuan putri..”
“betul orok itu tuan putri kami..”
“tenanglah tuan..jungjunan tuan dalam kondisi selamat..”
Orang yang menolong panglima rendra kila lantas tunjuk salah satu batu pipih di cegukan dinding goa, disana terbaring dengan tenang sesosok mungil yang tampaknya sedang tertidur dengan nyenyaknya.
“ohh..syukurlah..terimakasih..tuan pendekar menolong saya dan tuan putri..siapakah tuan pendekar ini..”
“saya haya pengelana biasa saja tuan..”
“kalau boleh tahu siapa nama tuan pendekar ini..”
“saya anggalarang, dan bukan pendekar..”
“ah..tuan angalarang terlalu merendahkan diri..kalau tidak ada tuan kami mungkin telah tewas..”
“tuan tadi menyebut orok itu putri..putri dari mana..”
Dengan singkat panglima rendra kila ceritakan kejadian yang menimpa kerajaan lembah indus pada pemuda yang ternyata anggalarang putra dari prabu linggabuana dari padjajaran yang sedang menjalankan lelaku pengembaraannya.
Kedaton Lembah Indus
Disaat bersamaan didalam istana lembah indus, prabu tamtama gama yang tengah tidur tersentak bangun lantas cabut pedang yang ada disampingnya.
“pergi..pergi..pergi..”
“bruuak..bruuuakkk..!!”
Tebasan pedang dari prabu tamtama gama memporak porandakan perabotan yang ada didalam kamar mewah itu, raja muda ini tampak kalap menebaskan pedangnya kesana kemari..dan baru berhenti begitu puluhan prajurit mengelilinginya.
“ada apa paduka..”
Sembah patih Angkor kham ketakutan, mana kala dilihatnya rajanya ini bersimbah keringat dengan napas tersengal
“patih..besok pagi kumpiulkan semua pertapa yang ada diantero negri ini..bunuh..dan pancung mereka semua..”
“ampun gusti prabu..apa salah mereka..”
“jangan banyak berfikir dan bertanya..laksanakan perintahku..”
Patih Angkor kam Cuma bisa terdiam, lantas perintahkan puluhan pengawal untuk melaksanakan tugas yang dikeluarkanoleh raja muda ini.
Sementara didalam kamar prabu tamtama gama masih terlihat gusar dan gelisah..
“tidak mungkin..dia sudah aku habisi dengan pedang ini..tadi hanya mimpi..hanya mimpi..kutukan yang diucapkannya tak akan berlaku pada diriku..”
“patih..angkor kham…!!”
“hamba..hamba..gusti prabu..”
“pergilah kau ke dasar jurang tanpa daqsar semenanjung Himalaya..cari jasad seorang pertapa..jika ketemu cepat bawa kehadapanku..”
“baik-baik..gusti prabu…”
Dengan tergopoh-gopoh, patih Angkor kham hari itu juga pergi bersama beberapa orang prajurit ke jurang tanpa dasar semenanjung himalaya.
ooooOoooo
salam bhumi deres mili
segera menyusul: ELEGY SAPTA DAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar