KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Sabtu, 24 Maret 2012

SENGKETA TANAH SEMENANJUNG

    Kabut tipis dari lereng rinjani melayang pelan menuruni lembah nan subur dibawahnya, gemericik air membuncah disela bebatuan gunung menciptakan suara alam tak berkesudahan, sementara itu disebuah batu pipih yang terletak ditengah sungai satu sosok berjubah kuning terlihat khusuk dengan tafakurnya, tak lama sosok tubuh yang ternyata seorang lelaki tua bersorban hentakkan kaki dari batu pipih yang didudukinya, tubuhnya tampak sebat menjejak dari batu yang satu kebatu yang lain, sudut mata orang berjubah kuning ini sekilas melihat sebuah benda timbul tenggelam terseret derasnya aliran sungai yang akan menuju kesebuah air terjun dibawahnya, sedetik lagi benda yang ternyata satu sosok tubuh seorang lelaki ini akan terlempar kebawah air terjun, dengan gerakan kilat lelaki berjubah kuning sambar tubuh orang yang entah pingsan atau sudah menemui ajal itu dan dengan ringan membawanya ketepian sungai.
“duh..gusti yang maha agung, apa yang terjadi dengan pemuda ini..”
Gumam orang tua berjubah kuning sambil meraba urat nadi pergelangan orang yang tampak pucat membiru.
“masih ada tanda kehidupan walau sangat lemah, lebih baik dia aku bawa ketempat ku..”
Memikir sampai disitu, orang berjubah kuning ini lantas jejakkan kakinya satu kali ketanah, sosok pemuda yang pingsan itu terlihat melayang keatas dan tertelungkup dipundak sang orang tua bersorban  yang dengan satu gerakan sosoknya terlihat jauh diseberang hulu sungai dimana meremang tersaput kabut di kejauhan sebuah gunung tertinggi di kepulauan Lombok, rinjani.
     Suasana masih terang-terang tanah, sosok pemuda yang semalaman terbaring pingsan terlihat bergerak perlahan, erangan panjang lapat-lapat terdengar dari mulutnya.
“abi..dia sudah siuman..”
Ujar satu sosok berkerudung putih sambil menghampiri lelaki tua bersorban yang tengah duduk sambil memutar-mutar untaian tasbeh berwarna hijau ditangan kanannya.
“syukurlah, Zahra..cepat kau ambilkan obat yang sudah abi racik..”
Dara berkerudung putih ini lantas ambil mangkuk tanah yang berisi cairan berwarna hijau dari atas meja kayu lalu menyerahkannya pada lelaki tua bersorban.
“anak muda, jangan banyak bergerak minumlah perlahan obat ini..”
Pemuda dengan parut melintang dipipi kirinya ini sesaat pandang orang yang ada di hadapannya.
“minumlah anak muda..mudah-mudahan tenagamu cepat pulih..”
Pemuda ini sekali lagi pandang orang tua dihadapannya, lalu beralih kesatu sosok dara berkerudung putih disamping orang tua bersorban.
“minumlah tuan, abi tidak mungkin meracuni tuan..”
Ujar dara berkerudung putih dengan lembut hingga pemuda dengan parut melintang di pipi kirinya ini perlahan teguk cairan berwarna hijau dari mangkuk tanah.
“aku dimana..dan siapa kalian..”
“anak muda...saya syeh.idlopi dari tanah ngarab dan itu putri saya Zahra, saya menemukan diri mu hanyut dialiran sungai tadi pagi..apa yang terjadi..dan siapa namamu anak muda..”
Pemuda dengan parut melintang dipipi kirinya ini tercenung sesaat, namun mendadak rona mukanya berubah khawatir
“ada apa tuan, apakah tuan mencari ini..”
Ujar dara berkerudung putih sambil mengangsurkan sebuah tongkat berujung sapu lidi.
“terimakasih atas pertolongan kalian, namaku sada lanang..”
“lalu apa yang terjadi dengan dirimu hingga hanyut terbawa arus sungai..”
“ceritanya panjang..tapi baiklah..karena kalian sudah menolong ku..aku akan menceritakannya...”

ooooOoooo

     sosok lelaki dengan mahkota dikepalanya ini tersentak kaget manakala dihadapannya berdiri dua orang yang sangat dikenalinya
“guru..bagaimana kalian bisa kemari..”
“masih berani kau memanggil kami guru mu..murid durhaka..”
Sentak orang berselempang kain putih dengan enam bulatan dikepalanya.
“hebat sekali kelakuan mu sanjaya, menjadi prabu dengan cara licik...walaupun seribu kali kau merubah wujudmu..namun guratan dipipi seblah kirimu tidak akan bisa kau tutupi, sekarang cepat serahkan pedang sangga buana itu pada ku..”
Ujar sosok yang satunya dengan mata tajam melotot kearah sosok lelaki bermahkota yang sedang menggenggam sebilah pedang berkilat tertimpa mentari pagi.
“baiklah guru..aku serahkan pedang ini.tapi sebelumnya...”
Belum selesai lelaki bermahkota ini bicara, memdadak ujudnya berubah menjadi sosok harimau kumbang dengan taring besar berkilat lalu dengan ganas menyerang dua orang yang sebenarnya gurunya itu dengan ganas.
“murid durhaka..kau sanjaya..”
Sentak lelaki plontos dengan enam bulatan dikepalanya ini sambil jungkir balik menghindari terkaman harimau berbulu hitam legam itu
“lindu bergola cepat kau lemparkan benda itu kearah binatang celaka ini..”
“windu kuntoro, awas dibelakang mu..”
Sentak lindu bergola manakala sosok harimau kumbang dengan cepat arahkan cakarnya ke dada orang berkepala plontos dengan enam bulatan dibatok kepalanya, bersamaan dengan itu segumpal cairan berwarna merah tepat mengenai sosok harimau kumbang.
“deeessss…!!”
Sosok binatang ini meraung keras bilamana cairan berwarna merah telak mengenai mukanya, tapi kembali sosoknya bangkit dan siap melancarkan serangan susulan namun binatang berbulu hitam legam ini mendadak lunglai dan kembali ke ujud aslinya manakala sekelebatan bayangan dengan cepat memukulkan sebuah benda berbentuk tongkat dengan ujung berupa sapu lidi besar di badan binatang jelmaan itu.
“anak muda siapa kau ini, sapta daya kelemahannya pada darah yang berasal dari mahluk berjenis kelamin wanita, namun dengan sapu lidi seluruh ilmu yang dimiliki sanjaya menjadi musnah..”
Sosok pemuda gagah berbaju putih ini rangkapkan kedua tangannya
“saya anggalarang, maap telah mencampuri urusan paman berdua..urusan saya disini telah selesai..saya pamit..”
Sosok pemuda berbaju putih dengan buntalan butut dibahu kirinya ini lantas lesatkan badannya keudara yang dalam waktu sekejap sososknya telah raib dari pandangan ketiganya.
“ampun guru..” ujar sanjaya sambil rangkapkan kedua tangannya didepan dada
“terlambat sanjaya..dosamu sudah selangit tembus..hanya kematian yang dapat menebus segala dosa mu..”
Ujar lelaki plontos dengan enam bulatan dikepalanya ini, lantas ambil bilah pedang lalu ayunkan kearah sanjaya yang tampak lunglai.
(untuk lebih jelasnya, silahkan baca episode: ElegySapta Daya, pen)
“begitulah..kisahnya syeh..”
Ujar leleki berparut yang tak lain dari sanjaya yang kini namanya berubah menjadi sada lanang pemberian dari sifu zen.
“anak muda, meurut ajaran yang kami anut..kutukan itu tidak ada, itu semua adalah ujian dari sang maha agung..”
“syeh..sang maha agung itu siapa..”
“zat maha tunggal, pencipta mayapada beserta seluruh isinya termasuk aku dan diri mu..”
“aku belum paham syeh..tolong bimbing diriku agar kutukan yang menimpa diriku sirna..”
“anak muda, saya dalam perjalanan kesebuah pulau yang bernama jawadwipa kalau kau mau..ikutlah dengan kami, diperjalanan nanti kami akan berusaha memulihkan jati diri mu..”
“syeh..aku berasal dari kepulauan itu..”
“ah..kebetulan kalau begitu anak muda..”
Mendadak dari arah pintu berhamburan orang-orang bersenjatakan tombak dan perisai, dan dengan bengis menodongkan senjatanya kearah syeh.idlopi dan sanjaya atau sada lanang.
“orang tua, raja kami membutuhkan jawaban mu sekarang, atau putrimu kami bawa paksa..”
Ujar lelaki bertelanjang dada dengan selempang kain bersulam benang perak.
“panglima, bukankah sudah saya katakana..siapapun diantara dua raja baik raja platik waja dan raja gegar wahana yang mampu mengambil untaian tasbeh ku yang terserak di tanah semenanjung dialah yang berhak mempersunting Zahra putri ku..”
“itu Cuma alasan mu saja syeh..prabu platik waja, tidak mau tahu..putrimu sekarang juga harus ikut dengan kami..”
“kisanak maap..alangkah bagusnya bila kalian semua bertindak sopan di hadapan orang tua..”
Ujar sada lanang sambil rangkapkan kedua tanganya di dada
“siapa kau, pemuda berparut..apa hubungan mu dengan syeh. Idlopi..”
“tuan panglima, dia tamu saya..”
“jangan banyak bicara..prajurit geledah tempat ini..bawa putri Zahra..”
Sentak orang berselempang kain benang perak, diikuti menyerbu masuk sepuluh prajurit bersenjatakan tombak
“brrruuaaaakkkk..!!!”
Mendadak sepuluh orang yang hendak masuk kedalam bilik terjengkang kebelakang
“syeh..rupanya kekerasan yang kau pilih..”
“terserah apa kata tuan panglima..”
Orang berselempang kain benang perak ini lantas lesatkan tubuhnya kearah lelaki bersorban, panglima ini tak menyadari gebrakan dari syeh idlopi yang menumbangkan sepuluh anak buahnya seakan terlupakan dia sedang berhadapan dengan siapa.
“buuukkk…”
Tubuh leleki berselempang kain perak terpelintir dan ambruk dilantai manakala tubuh syeh idlopi tiba-tiba muncul dan meyarangkan tendangannya kearah punggungnya.
“perlakuan dirimu akan membuat prabu platika waja murka..”
Ujar orang berselempang kain perak sambil dekap pundaknya lalu tingalkan tempat itu disusul anak buahnya yang terlihat terhuyung-huyung.
“maap anak muda..atas kejadian barusan..”
Ujar syeh idlopi sambil merapikan sorbannya
“siapa mereka syeh..”
“utusan yang akan membawa putriku Zahra..untuk diperistri raja mereka..”
“kalau saja ilmu kanuragan ku masih ada..mereka semua tidak akan seenaknya saja berbuat seperti ini..”
“sudahlah sada lanang...rupanya perjalanan kita ketanah jawa dwipa akan tertunda..”
“apa tidak lebih baik kita tinggalkan kepulauan ini syeh..”
“anak muda, saya sudah berjanji pada kedua raja itu..dan janji adalah hutang wajib hukumnya untuk di bayar..”
Sanjaya atau sada lanang Cuma diam, digenggamnya tongkat berujung sapu lidi itu ditangan kirinya.

ooooOoooo

     Mentari tepat di ubun-ubun ketika puluhan orang dengan bersenjatakan lengkap tengah berdiri di satu lamping bukit karang sambil memandang kehamparan laut lepas didepannya, mendadak diangkasa seekor burung merpati hinggap disalah satu orang tinggi besar dengan gelang akar bahar melingkar di lengannya.
“kurang ajar, rupanya prabu platika waja menyalahi aturan sayambara..”
“ada apa gusti prabu. Gegar wahana..”
“senopati..hentikan sejenak pencarian untaian tasbeh milik syeh idlopi..kita datangi prabu platika waja..dia sudah menyalahi perjanjian sayam bara..”
“baik gusti prabu..”
Puluhan prajurit bersenjata lengkap ini lantas tinggalkan tempat dimana orang sekitar menyebutnya semenanjung branjangan, prajurit-prajurit ini tak mengetahui disela-sela pokok pohon aren seberkas cahaya kemilau terpancar.

ooooOoooo

Salam Bhumi Deres Mili

Menyusul: Dua Mentari Satu Muslihat



    

4 komentar:

  1. Ternyata Mas Kusyoto pandai ya.. Membuat Narasinya, kita aja sampai terhanyut nih Mas Kus!

    Setia Menyimak walo jarang meninggalkan komentar!

    Alhamdulillah bisa meninggalkan jejak.

    Insya ALLAH berkunjung lagi pos berikutnya dan meninggalkan pesan/kesan!

    Admin
    Iman Hijrah dan Jihad Mobile Blog

    BalasHapus
  2. nuhun testimoninya kang...ditunggu kunjungannya kembali di blog bhumi deres mili..

    BalasHapus
  3. lanjut kan bang,
    seru ceritanya...........

    BalasHapus
  4. nuhun testimoninya kang dimas..ditunggu kunjungannya kembali di blog bhumi deres mili

    BalasHapus

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers