Kabut tipis dari lereng rinjani melayang pelan menuruni lembah nan subur
dibawahnya, gemericik air membuncah disela bebatuan gunung menciptakan suara
alam tak berkesudahan, sementara itu disebuah batu pipih yang terletak ditengah
sungai satu sosok berjubah kuning terlihat khusuk dengan tafakurnya, tak lama
sosok tubuh yang ternyata seorang lelaki tua bersorban hentakkan kaki dari batu
pipih yang didudukinya, tubuhnya tampak sebat menjejak dari batu yang satu
kebatu yang lain, sudut mata orang berjubah kuning ini sekilas melihat sebuah
benda timbul tenggelam terseret derasnya aliran sungai yang akan menuju
kesebuah air terjun dibawahnya, sedetik lagi benda yang ternyata satu sosok
tubuh seorang lelaki ini akan terlempar kebawah air terjun, dengan gerakan
kilat lelaki berjubah kuning sambar tubuh orang yang entah pingsan atau sudah
menemui ajal itu dan dengan ringan membawanya ketepian sungai.
“duh..gusti
yang maha agung, apa yang terjadi dengan pemuda ini..”
Gumam orang tua
berjubah kuning sambil meraba urat nadi pergelangan orang yang tampak pucat
membiru.
“masih ada
tanda kehidupan walau sangat lemah, lebih baik dia aku bawa ketempat ku..”
Memikir sampai
disitu, orang berjubah kuning ini lantas jejakkan kakinya satu kali ketanah,
sosok pemuda yang pingsan itu terlihat melayang keatas dan tertelungkup
dipundak sang orang tua bersorban yang
dengan satu gerakan sosoknya terlihat jauh diseberang hulu sungai dimana
meremang tersaput kabut di kejauhan sebuah gunung tertinggi di kepulauan
Lombok, rinjani.
Suasana masih terang-terang tanah, sosok
pemuda yang semalaman terbaring pingsan terlihat bergerak perlahan, erangan
panjang lapat-lapat terdengar dari mulutnya.
“abi..dia sudah
siuman..”
Ujar satu sosok
berkerudung putih sambil menghampiri lelaki tua bersorban yang tengah duduk
sambil memutar-mutar untaian tasbeh berwarna hijau ditangan kanannya.
“syukurlah,
Zahra..cepat kau ambilkan obat yang sudah abi racik..”
Dara
berkerudung putih ini lantas ambil mangkuk tanah yang berisi cairan berwarna hijau
dari atas meja kayu lalu menyerahkannya pada lelaki tua bersorban.
“anak muda,
jangan banyak bergerak minumlah perlahan obat ini..”
Pemuda dengan
parut melintang dipipi kirinya ini sesaat pandang orang yang ada di hadapannya.
“minumlah anak
muda..mudah-mudahan tenagamu cepat pulih..”
Pemuda ini
sekali lagi pandang orang tua dihadapannya, lalu beralih kesatu sosok dara
berkerudung putih disamping orang tua bersorban.
“minumlah tuan,
abi tidak mungkin meracuni tuan..”
Ujar dara
berkerudung putih dengan lembut hingga pemuda dengan parut melintang di pipi
kirinya ini perlahan teguk cairan berwarna hijau dari mangkuk tanah.
“aku
dimana..dan siapa kalian..”
“anak muda...saya
syeh.idlopi dari tanah ngarab dan itu putri saya Zahra, saya menemukan diri mu
hanyut dialiran sungai tadi pagi..apa yang terjadi..dan siapa namamu anak
muda..”
Pemuda dengan
parut melintang dipipi kirinya ini tercenung sesaat, namun mendadak rona
mukanya berubah khawatir
“ada apa tuan,
apakah tuan mencari ini..”
Ujar dara
berkerudung putih sambil mengangsurkan sebuah tongkat berujung sapu lidi.
“terimakasih
atas pertolongan kalian, namaku sada lanang..”
“lalu apa yang
terjadi dengan dirimu hingga hanyut terbawa arus sungai..”
“ceritanya
panjang..tapi baiklah..karena kalian sudah menolong ku..aku akan
menceritakannya...”
ooooOoooo
sosok lelaki dengan mahkota dikepalanya
ini tersentak kaget manakala dihadapannya berdiri dua orang yang sangat
dikenalinya
“guru..bagaimana
kalian bisa kemari..”
“masih berani
kau memanggil kami guru mu..murid durhaka..”
Sentak orang
berselempang kain putih dengan enam bulatan dikepalanya.
“hebat sekali
kelakuan mu sanjaya, menjadi prabu dengan cara licik...walaupun seribu kali kau
merubah wujudmu..namun guratan dipipi seblah kirimu tidak akan bisa kau tutupi,
sekarang cepat serahkan pedang sangga buana itu pada ku..”
Ujar sosok yang
satunya dengan mata tajam melotot kearah sosok lelaki bermahkota yang sedang
menggenggam sebilah pedang berkilat tertimpa mentari pagi.
“baiklah
guru..aku serahkan pedang ini.tapi sebelumnya...”
Belum selesai
lelaki bermahkota ini bicara, memdadak ujudnya berubah menjadi sosok harimau
kumbang dengan taring besar berkilat lalu dengan ganas menyerang dua orang yang
sebenarnya gurunya itu dengan ganas.
“murid
durhaka..kau sanjaya..”
Sentak lelaki
plontos dengan enam bulatan dikepalanya ini sambil jungkir balik menghindari
terkaman harimau berbulu hitam legam itu
“lindu bergola
cepat kau lemparkan benda itu kearah binatang celaka ini..”
“windu kuntoro,
awas dibelakang mu..”
Sentak lindu
bergola manakala sosok harimau kumbang dengan cepat arahkan cakarnya ke dada
orang berkepala plontos dengan enam bulatan dibatok kepalanya, bersamaan dengan
itu segumpal cairan berwarna merah tepat mengenai sosok harimau kumbang.
“deeessss…!!”
Sosok binatang
ini meraung keras bilamana cairan berwarna merah telak mengenai mukanya, tapi
kembali sosoknya bangkit dan siap melancarkan serangan susulan namun binatang
berbulu hitam legam ini mendadak lunglai dan kembali ke ujud aslinya manakala
sekelebatan bayangan dengan cepat memukulkan sebuah benda berbentuk tongkat
dengan ujung berupa sapu lidi besar di badan binatang jelmaan itu.
“anak muda siapa
kau ini, sapta daya kelemahannya pada
darah yang berasal dari mahluk berjenis kelamin wanita, namun dengan sapu lidi
seluruh ilmu yang dimiliki sanjaya menjadi musnah..”
Sosok pemuda
gagah berbaju putih ini rangkapkan kedua tangannya
“saya
anggalarang, maap telah mencampuri urusan paman berdua..urusan saya disini
telah selesai..saya pamit..”
Sosok pemuda
berbaju putih dengan buntalan butut dibahu kirinya ini lantas lesatkan badannya
keudara yang dalam waktu sekejap sososknya telah raib dari pandangan ketiganya.
“ampun guru..”
ujar sanjaya sambil rangkapkan kedua tangannya didepan dada
“terlambat
sanjaya..dosamu sudah selangit tembus..hanya kematian yang dapat menebus segala
dosa mu..”
Ujar lelaki
plontos dengan enam bulatan dikepalanya ini, lantas ambil bilah pedang lalu
ayunkan kearah sanjaya yang tampak lunglai.
(untuk lebih
jelasnya, silahkan baca episode: ElegySapta Daya, pen)
“begitulah..kisahnya
syeh..”
Ujar leleki
berparut yang tak lain dari sanjaya yang kini namanya berubah menjadi sada
lanang pemberian dari sifu zen.
“anak muda,
meurut ajaran yang kami anut..kutukan itu tidak ada, itu semua adalah ujian
dari sang maha agung..”
“syeh..sang
maha agung itu siapa..”
“zat maha
tunggal, pencipta mayapada beserta seluruh isinya termasuk aku dan diri mu..”
“aku belum
paham syeh..tolong bimbing diriku agar kutukan yang menimpa diriku sirna..”
“anak muda,
saya dalam perjalanan kesebuah pulau yang bernama jawadwipa kalau kau mau..ikutlah
dengan kami, diperjalanan nanti kami akan berusaha memulihkan jati diri mu..”
“syeh..aku
berasal dari kepulauan itu..”
“ah..kebetulan
kalau begitu anak muda..”
Mendadak dari
arah pintu berhamburan orang-orang bersenjatakan tombak dan perisai, dan dengan
bengis menodongkan senjatanya kearah syeh.idlopi dan sanjaya atau sada lanang.
“orang tua,
raja kami membutuhkan jawaban mu sekarang, atau putrimu kami bawa paksa..”
Ujar lelaki
bertelanjang dada dengan selempang kain bersulam benang perak.
“panglima,
bukankah sudah saya katakana..siapapun diantara dua raja baik raja platik waja
dan raja gegar wahana yang mampu mengambil untaian tasbeh ku yang terserak di
tanah semenanjung dialah yang berhak mempersunting Zahra putri ku..”
“itu Cuma
alasan mu saja syeh..prabu platik waja, tidak mau tahu..putrimu sekarang juga
harus ikut dengan kami..”
“kisanak
maap..alangkah bagusnya bila kalian semua bertindak sopan di hadapan orang
tua..”
Ujar sada
lanang sambil rangkapkan kedua tanganya di dada
“siapa kau,
pemuda berparut..apa hubungan mu dengan syeh. Idlopi..”
“tuan panglima,
dia tamu saya..”
“jangan banyak
bicara..prajurit geledah tempat ini..bawa putri Zahra..”
Sentak orang
berselempang kain benang perak, diikuti menyerbu masuk sepuluh prajurit
bersenjatakan tombak
“brrruuaaaakkkk..!!!”
Mendadak
sepuluh orang yang hendak masuk kedalam bilik terjengkang kebelakang
“syeh..rupanya
kekerasan yang kau pilih..”
“terserah apa
kata tuan panglima..”
Orang
berselempang kain benang perak ini lantas lesatkan tubuhnya kearah lelaki
bersorban, panglima ini tak menyadari gebrakan dari syeh idlopi yang
menumbangkan sepuluh anak buahnya seakan terlupakan dia sedang berhadapan
dengan siapa.
“buuukkk…”
Tubuh leleki
berselempang kain perak terpelintir dan ambruk dilantai manakala tubuh syeh
idlopi tiba-tiba muncul dan meyarangkan tendangannya kearah punggungnya.
“perlakuan
dirimu akan membuat prabu platika waja murka..”
Ujar orang
berselempang kain perak sambil dekap pundaknya lalu tingalkan tempat itu
disusul anak buahnya yang terlihat terhuyung-huyung.
“maap anak
muda..atas kejadian barusan..”
Ujar syeh
idlopi sambil merapikan sorbannya
“siapa mereka
syeh..”
“utusan yang
akan membawa putriku Zahra..untuk diperistri raja mereka..”
“kalau saja
ilmu kanuragan ku masih ada..mereka semua tidak akan seenaknya saja berbuat
seperti ini..”
“sudahlah sada
lanang...rupanya perjalanan kita ketanah jawa dwipa akan tertunda..”
“apa tidak
lebih baik kita tinggalkan kepulauan ini syeh..”
“anak muda,
saya sudah berjanji pada kedua raja itu..dan janji adalah hutang wajib hukumnya
untuk di bayar..”
Sanjaya atau
sada lanang Cuma diam, digenggamnya tongkat berujung sapu lidi itu ditangan
kirinya.
ooooOoooo
Mentari tepat di ubun-ubun ketika puluhan
orang dengan bersenjatakan lengkap tengah berdiri di satu lamping bukit karang
sambil memandang kehamparan laut lepas didepannya, mendadak diangkasa seekor
burung merpati hinggap disalah satu orang tinggi besar dengan gelang akar bahar
melingkar di lengannya.
“kurang ajar,
rupanya prabu platika waja menyalahi aturan sayambara..”
“ada apa gusti
prabu. Gegar wahana..”
“senopati..hentikan
sejenak pencarian untaian tasbeh milik syeh idlopi..kita datangi prabu platika
waja..dia sudah menyalahi perjanjian sayam bara..”
“baik gusti
prabu..”
Puluhan
prajurit bersenjata lengkap ini lantas tinggalkan tempat dimana orang sekitar
menyebutnya semenanjung branjangan, prajurit-prajurit ini tak mengetahui
disela-sela pokok pohon aren seberkas cahaya kemilau terpancar.
ooooOoooo
Salam Bhumi
Deres Mili
Menyusul: Dua Mentari Satu Muslihat
Ternyata Mas Kusyoto pandai ya.. Membuat Narasinya, kita aja sampai terhanyut nih Mas Kus!
BalasHapusSetia Menyimak walo jarang meninggalkan komentar!
Alhamdulillah bisa meninggalkan jejak.
Insya ALLAH berkunjung lagi pos berikutnya dan meninggalkan pesan/kesan!
Admin
Iman Hijrah dan Jihad Mobile Blog
nuhun testimoninya kang...ditunggu kunjungannya kembali di blog bhumi deres mili..
BalasHapuslanjut kan bang,
BalasHapusseru ceritanya...........
nuhun testimoninya kang dimas..ditunggu kunjungannya kembali di blog bhumi deres mili
BalasHapus