Gadis belia itu pandang dengan tajam lelaki paruh baya yang ada di
hadapannya, pedang tipis masih tergenggam erat ditangannya yang
bergetar..
"cah ayu, kematian ibumu adalah takdir..mungkin cuma kebetulan saya berada disana dengan waktu yang salah.."
ujar lelaki berjubah kelabu ini serak
"terserah apa kata mu pak tua, gambar dirimu terpampang jelas sebagai bukti, kau lah penyebab kematian ibuku, tujuh belas tahun silam..."
"siapa yang menggambar diri saya cah ayu.."
"kau tidak usah tahu pak tua, sekarang terima ajalmu.."
kembali gadis belia ini ayunkan pedang tipis kearah orang tua berjubah kelabu yang dengan sigap lesatkan tubuh ke udara menghindari sabetan pedang..
"cah ayu, kematian ibumu adalah takdir..mungkin cuma kebetulan saya berada disana dengan waktu yang salah.."
ujar lelaki berjubah kelabu ini serak
"terserah apa kata mu pak tua, gambar dirimu terpampang jelas sebagai bukti, kau lah penyebab kematian ibuku, tujuh belas tahun silam..."
"siapa yang menggambar diri saya cah ayu.."
"kau tidak usah tahu pak tua, sekarang terima ajalmu.."
kembali gadis belia ini ayunkan pedang tipis kearah orang tua berjubah kelabu yang dengan sigap lesatkan tubuh ke udara menghindari sabetan pedang..
"cabut senjatamu tabib keparat..jangan cuma menghindar.."
"cah ayu, ibumu meninggal karena sakit nya, saya cuma mau menolong.."
"persetan..dengan alasan itu, hari ini aku mengadu jiwa dengan mu.."
seperti burung srigunting, tubuh dara berbaju kuning ini putar pedang tipisnya dengan cepat, dilain kejap sebuah tendangan telak disarangkan ke tubuh lawannya..
"buuukk..!!"
orang tua berjubah kelabu terpental ambruk di rerumputan, pekik ngeri terdengar dari samping pertempuran..
"pak ne.. kau tidak apa-apa.."
ujar sebuah suara
"bu ne..tetap di tempatmu..jaga ke dua anak kita.."
"abah..kenapa tidak melawan..dia wanita jahat.."
"suralaya..jaga adik dan biungmu..cah ayu ini datang menuntut tanggung jawab abah atas kematian ibunya.."
"buuuk..!!"
sebuah tendangan melingkar mendarat telak di punggung lelaki tua berjubah kelabu, darah tampak merembes di sela bibirnya..
"wanita jahat aku lawanmu.."
"suralaya tetap di tempat mu.."
"abah kenapa diam saja, mana kemampuan abah sebagai bekas tabib istana yang mumpuni..wanita itu akan membunuh mu abah.."
orang tua berjubah ini cuma diam, di sekanya lelehan darah yang merembes di sudut bibirnya..
"orang tua, beberapa tahun aku mencarimu,
setelah membunuh ibu ku kau seenaknya saja cuci tangan keluar dari kerajaan..cepat cabut senjata mu, sebelum kau menyesal.."
"abah cabut keris mu, aku tahu kau tidak bersalah..."
sentak suralaya geram mana kala melihat abahnya cuma diam sambil mendekap dadanya..
"baiklah cah ayu, satu yang musti kau ingat..sedikit pun saya tidak ada niat membunuh ibu mu.."
lelaki berjubah ini perlahan cabut keris eluk sembilan dari balik jubahnya..
"silahkan cah ayu.."
gumam orang tua berjubah kelabu sambil menempelkan keris eluk sembilan di keningnya.
Dara baju kuning pandang sekejap pamor kebiruan yang tergurat di bilah keris..
"hemm..benar kata paman, tabib keparat ini memiliki keris maha dahsyat itu.."
gumam dara berbaju kuning sambil pindahkan pedang tipis ke tangan kirinya, walau keraguan mulai merambah relung hati dari gadis ini namun niat balas dendam kematian ibunya lebih besar dari rasa jerih yang membelenggunya, maka didahului bentakan nyaring, tubuh gadis ini melesat bak kilat kearah orang tua berjubah kelabu dengan tapak tangan kanan dikembangkan kedepan disusul kibasan maut dari pedang tipis dari genggaman tangan kirinya..
"traaaaakk..!!"
suara patahan logam terdengar nyaring..
dara baju kuning terkesiap, pedang tipisnya patah menjadi dua bagian begitu beradu dengan bilah pedang..tapi dengan cepat kembali lancarkan pukulan telapak tangan kanan yang mengandung tenaga inti ke dada orang berjubah kelabu..
Orang tua ini geser sedikit badannya kesamping angin pukulan terasa berdesir sejengkal dari dadanya..lalu..
"tuk..!"
sebuah totokan bersarang di pangkal leher sang dara hingga tubuhnya kaku di tempat tanpa bisa bersuara, cuma kedua bola matanya saja yang bisa berputar memandang dengan bara dendam tak berkesudahan..
"cah ayu, sekali lagi saya tegaskan..sedikit pun tak ada maksud membunuh ibumu..
waktu itu ketika kau terlahir..ibumu pingsan selama dua hari, dihari ke dua ketika ibumu siuman, saya sangat senang sebagai tabib saya merasa telah berhasil dalam memberikan pengobatan..tapi entah kenapa beberapa detik berikutnya ibumu kembali lemah..dan pingsan kembali sampi akhirnya menemui ajalnya..dari situ..keluargamu menyalahkan saya..mereka melukis diri saya dan melaporkannya pada baginda raja, baginda raja yang terus mendapat desakan dari keluargamu ditambah demi menyelamatkan nama baik kerajaan akhirnya memberhentikan diri saya serta mengasingkan saya bersama keluarga di tempat ini.."
dara baju kuning yang tidak bisa bergerak karena pengaruh totokan hanya bisa mengejapkan ke dua matanya..bhatinnya merintih karena selama belasan tahun dia cuma mendengar kisah dari satu sisi saja yaitu pamannya yang terus menerus menanam benih kebenci pada bekas sang tabib kerajaan ini..
"cah ayu, saya akan melepaskan totokan ini..setelah itu terserah apa yang akan kau lakukan pada diri saya.."
begitu totokan yang menguasainya lepas tak dinyana dara ayu berbaju kuning ini sambar tubuh suralaya yang ada disampingnya dan dalam sekejap sosoknya raib dari pandangan mata
"pak ne..suralaya diculik..kenapa diam saja.."
teriak istri sang tabib sambil memeluk orok perempuan yang tertidur dalam dekapannya.
"sudahlah bu ne..gadis itu pasti punya alasan menculik suralaya anak kita.."
"pa ne..saya khawatir..cepat kejar.."
sentak istri sang tabib panik mana kala melihat suaminya hanya diam mematung..
gumam orang tua berjubah kelabu sambil menempelkan keris eluk sembilan di keningnya.
Dara baju kuning pandang sekejap pamor kebiruan yang tergurat di bilah keris..
"hemm..benar kata paman, tabib keparat ini memiliki keris maha dahsyat itu.."
gumam dara berbaju kuning sambil pindahkan pedang tipis ke tangan kirinya, walau keraguan mulai merambah relung hati dari gadis ini namun niat balas dendam kematian ibunya lebih besar dari rasa jerih yang membelenggunya, maka didahului bentakan nyaring, tubuh gadis ini melesat bak kilat kearah orang tua berjubah kelabu dengan tapak tangan kanan dikembangkan kedepan disusul kibasan maut dari pedang tipis dari genggaman tangan kirinya..
"traaaaakk..!!"
suara patahan logam terdengar nyaring..
dara baju kuning terkesiap, pedang tipisnya patah menjadi dua bagian begitu beradu dengan bilah pedang..tapi dengan cepat kembali lancarkan pukulan telapak tangan kanan yang mengandung tenaga inti ke dada orang berjubah kelabu..
Orang tua ini geser sedikit badannya kesamping angin pukulan terasa berdesir sejengkal dari dadanya..lalu..
"tuk..!"
sebuah totokan bersarang di pangkal leher sang dara hingga tubuhnya kaku di tempat tanpa bisa bersuara, cuma kedua bola matanya saja yang bisa berputar memandang dengan bara dendam tak berkesudahan..
"cah ayu, sekali lagi saya tegaskan..sedikit pun tak ada maksud membunuh ibumu..
waktu itu ketika kau terlahir..ibumu pingsan selama dua hari, dihari ke dua ketika ibumu siuman, saya sangat senang sebagai tabib saya merasa telah berhasil dalam memberikan pengobatan..tapi entah kenapa beberapa detik berikutnya ibumu kembali lemah..dan pingsan kembali sampi akhirnya menemui ajalnya..dari situ..keluargamu menyalahkan saya..mereka melukis diri saya dan melaporkannya pada baginda raja, baginda raja yang terus mendapat desakan dari keluargamu ditambah demi menyelamatkan nama baik kerajaan akhirnya memberhentikan diri saya serta mengasingkan saya bersama keluarga di tempat ini.."
dara baju kuning yang tidak bisa bergerak karena pengaruh totokan hanya bisa mengejapkan ke dua matanya..bhatinnya merintih karena selama belasan tahun dia cuma mendengar kisah dari satu sisi saja yaitu pamannya yang terus menerus menanam benih kebenci pada bekas sang tabib kerajaan ini..
"cah ayu, saya akan melepaskan totokan ini..setelah itu terserah apa yang akan kau lakukan pada diri saya.."
begitu totokan yang menguasainya lepas tak dinyana dara ayu berbaju kuning ini sambar tubuh suralaya yang ada disampingnya dan dalam sekejap sosoknya raib dari pandangan mata
"pak ne..suralaya diculik..kenapa diam saja.."
teriak istri sang tabib sambil memeluk orok perempuan yang tertidur dalam dekapannya.
"sudahlah bu ne..gadis itu pasti punya alasan menculik suralaya anak kita.."
"pa ne..saya khawatir..cepat kejar.."
sentak istri sang tabib panik mana kala melihat suaminya hanya diam mematung..
Dara baju kuning hentikan larinya, disebuah padang rumpun bunga
edelwis sosok suralaya dilempar begitu saja dari bahunya, totokan yang
bersarang di pangkal leher suralaya langsung musnah begitu tubuhnya
berguling ditanah berumput, tertatih pemuda berumur enam belas tahun ini
menyandarkan punggung di bongkahan sebuah batu..
"wanita jahat, apa maksud mu menculik diriku.."
dara baju kuning hampiri suralaya sambil plototkan kedua bola matanya..
"dengar anak setan..ayahmu itu telah membunuh ibu ku.."
"lalu apa yang akan kau lakukan pada ku, kau mau membunuh ku juga..bukankah abah telah menjelaskan semuanya pada mu.."
"diam kamu anak setan.." hardik dara baju kuning gusar
"perbuatan mu ini memalukan..lazimnya lelaki menculik perempuan..ini terbalik.."
"tutup mulut mu.."
sentak dara baju kuning sambil angsurkan wajahnya dekat suralaya..
Sesaat pandangan keduanya beradu beberapa detik...
getar aneh seketika merambah relung hati gadis ini..tapi dengan cepat tarik tubuhnya menjauhi suralaya..
"nyisanak.."
"panggil aku bunga.."
"oh..namamu
indah..nyisanak bunga..aku tahu dendammu pada abah sangat dalam..namun
bukankah abahku sudah menjelaskan duduk permasalahannya.."
dara bernama bunga ini cuma diam, dipandangnya sekali lagi suralaya..dan getaran aneh itu kembali melingkupi sanubarinya...
"edan apa yang terjadi dengan diri ku.." gumam bunga dalam hati..
"suralaya..."
"ah..kini kau tidak memanggilku anak setan lagi..apa kau.."
"diam..aku belum selesai bicara..anak.."
bunga tidak bisa meneruskan ucapannya mana kala sura laya mendekati dirinya serta memandangnya dengan tajam..
"ah..dia memandangku seperti itu lagi.." desis bunga bergetar..
"nyisanak bunga..aku tahu dirimu sedang kalut..tapi coba tanya sanubarimu..disitu jawaban sejati akan kau temukan.."
"suralaya..sebenarnya
aku sudah paham dengan penjelasan abahmu..tapi aku terlanjur
malu..makanya aku sengaja membawamu ke tempat ini agar beban bhatinku
berkurang.."
"aku mengerti nyisanak bunga.."
"suralaya..kau bebas pulanglah.."
"kau mau kemana nyisanak bunga.."
"aku
akan kembali ke kota raja, mencoba menjelaskan semuanya pada paman
serta membersihkan nama baik abahmu..tapi sebelumnya boleh aku bertanya
sesuatu.."
"soal apa nyisanak bunga.."
"keris eluk sembilan yang dipegang abahmu itu.."
"oh..menurut
abah keris itu milik kakek buyutnya..seorang perwira wilwatikta..yang
dituduh membrontak dan tewas di sungai tambak beras.."
"baiklah suralaya..aku pamit sampaikan maapku pada abahmu.."
"selamat jalan nyisanak bunga..apakah kelak kita akan bertemu lagi.."
dara baju kuning ini cuma tersenyum, detik berikutnya sosoknya telah hilang dilamping bukit sebelah selatan..
Surlaya masih berdiri ditempatnya, pemuda ini terkesiap sebuah saputangan berenda bunga tanjung tergenggam ditangan kanannya.
"bungaaa.."
selesai
salam bhumi deres mili
Tidak ada komentar:
Posting Komentar