Berlin 1984
Tiga hari setelah tragedi runtuhnya gian wall. (tembok raksaksa yang memisahkan german barat dan german selatan, dibangun pada masa hitler)
Sang malam barusaja menyapa taman kota, dalam temaram lampu antik abad pertengahan sepasang muda-mudi tampak asik masuk memadu kasih, butir salju mulai menitik dari langit yg kelam, derit ayunan terdengar berkeriet tertiup angin utara, dari arah air mancur ditengah taman sekelebatan bayangan hitam melintas bak kilat diantara keduanya, detik berikutnya diatas salju yg putih genangan cairan kental berwarna merah merembes dipermukaannya, suasana kembali seperti semulah semakin hening mencekam seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya ditempat tsb.
Esoknya,
kala mentari menyapa puing-puing tembok berlin, orang tua petugas kebersihan
dikejutkan dengan penemuan dua orang muda-mudi tergeletak tanpa nyawa dengan
sebilah pisau tipis menancap telak didada sebelah kiri, tak menunggu
lama kegemparan menyergap seluruh pelosok kota, satuan polisi anti teror
dikerahkan, dan tak hanya sampai disitu besoknya kejadian yg sama
terulang dan dalam sepekan belasan pasangan muda-mudi ditemukan tewas
mengenaskan dengan pisau tipis menancap telak dijantung.
Entah apa modus pembunuh berantai berdarah dingin ini, namun sejak saat itu suasana kota berlin seakan menjadi kota mati, hening sepi dan dingin terutama malam hari.
-¤-
Tersebutlah detektif wouldofa dari negri kincir angin belanda, walau usianya diambang senja namun insting petualangnya merasa tertantang untuk memecahkan teka-teki misteri pembunuhan berantai atas muda-mudi di bekas kota nazi itu, dan hari itu juga langsung terbang ke german.
-¤-
Hari masih pagi, ketika detektif would, begitu dia biasa disapa sedang menikmati secangkir kopi luak disebuah cape, dimana kebiasaan orang disana menyambut datangnya pagi dengan membaca koran ditemani secangkir kopi asal indonesia ini. Baru satu teguk detektif would menikmati kopinya.
"stttaaaapp..!!"
sebilah belati menancap ditengah meja sang detektif, dg sigap detektif would cabut pistolnya, namun sang pelempar pisau seakan raib tak tahu rimbanya, dicabut dan diamatinya belati tsb.
"hemm..sama seperti yg tertancap di jantung para korban." gumam detektif would, secarik kertas lusuh tampak terikat di hulu belati..
"pulang kenegaramu, atau nasibmu sama dg mereka.."
diremasnya kertas bernada ancaman tsb serta diselipkannya belati dibalik jaket hitamnya.
-¤-
siang yang terik, detektif woul tampak keluar dari penginapan untuk mulai penelusuran, mendadak..
"ssstttapp..!!"
sebilah belati dg secarik surat menancap di topinya.
"ini kali topimu, lain waktu jantung mu detektif.."
detektif would cabut revorver miliknya..
"dooorr..!!"
gelegar pistol terdengar, sudut mata detektif tua ini sempat melihat kelebat bayangan dg sigap dikejarnya kearah utara dimana hutan pinus berada.
Detektif woul terus melangkah menembus gumpalan salju yg tebal.
"door..!!" kembali revorver miliknya menyalak, mana kala sekelebatan bayangan melintas disamping kirinya.
"staaap..crab..!!"
sebuah belati menancap dipokok pinus sesenti dari dadanya.
"door..!!"
"keluar kau, ayo kita duel.." teriak detektif would.
"staaapp.."
dirasakannya oleh detektif would sebuah benda menelusup kedalam jasnya terasa dingin ketika menyentuh kulitnya, setelah diperhatikan sebilah belati tampak menempel menembus jaket dibagian dada kirinya.
"heh..kalau dia mau, dari tadi aku telah tewas.." memikir sampai disitu dg tertatih ditinggalkannya tempat itu.
-¤-
"bila ingin mengetahui semuanya, datanglah besok disebuah taman sebelah selatan reruntuhan tembok berlin.." begitu bunyi pesan yg terselip dibelati kemarin ketika berada dihutan pinus.
"inilah reruntuhan tembok itu.." gumam detektif. Would. Dan ketika sudut matanya diarahkan keselatan disebuah bangku taman sepasang muda-mudi sedang memadu kasih..
"ah..celaka, jangan-jangan." dengan sigap detektif would berlari menyongsong keduanya.
"stttttaap..!!"
tak ada jeritan dan erangan namun kedua pasang sejolinini kini terkapar dg dada tertancap belati yg membuat salju merah seketika. dengan segera detektif would cabut pistolnya namun langsung ambruk disalju dirasakannya dada sebelah kirinya dingin begitu diraba, sebilah belati menancap telak dijantungnya, pandangannya mulai kabur..dan berkabut..sebelum matanya tertutup masih dilihatnya satu sosok tubuh berdiri samar dihadapannya dg memakai sebuah topeng terbuat dari kardus tengah menjinjing sebuah kardus besar bertuliskan dikirim ke.. "BATAVIA"
gelap yang dirasa detektif would, sebelum kesadarannya berkurang, hidungnya sempat mencium bau foam cukur jenggot murahan..
Selesai
salam bhumi deres mili
penulis
Tiga hari setelah tragedi runtuhnya gian wall. (tembok raksaksa yang memisahkan german barat dan german selatan, dibangun pada masa hitler)
Sang malam barusaja menyapa taman kota, dalam temaram lampu antik abad pertengahan sepasang muda-mudi tampak asik masuk memadu kasih, butir salju mulai menitik dari langit yg kelam, derit ayunan terdengar berkeriet tertiup angin utara, dari arah air mancur ditengah taman sekelebatan bayangan hitam melintas bak kilat diantara keduanya, detik berikutnya diatas salju yg putih genangan cairan kental berwarna merah merembes dipermukaannya, suasana kembali seperti semulah semakin hening mencekam seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya ditempat tsb.
Entah apa modus pembunuh berantai berdarah dingin ini, namun sejak saat itu suasana kota berlin seakan menjadi kota mati, hening sepi dan dingin terutama malam hari.
-¤-
Tersebutlah detektif wouldofa dari negri kincir angin belanda, walau usianya diambang senja namun insting petualangnya merasa tertantang untuk memecahkan teka-teki misteri pembunuhan berantai atas muda-mudi di bekas kota nazi itu, dan hari itu juga langsung terbang ke german.
-¤-
Hari masih pagi, ketika detektif would, begitu dia biasa disapa sedang menikmati secangkir kopi luak disebuah cape, dimana kebiasaan orang disana menyambut datangnya pagi dengan membaca koran ditemani secangkir kopi asal indonesia ini. Baru satu teguk detektif would menikmati kopinya.
"stttaaaapp..!!"
sebilah belati menancap ditengah meja sang detektif, dg sigap detektif would cabut pistolnya, namun sang pelempar pisau seakan raib tak tahu rimbanya, dicabut dan diamatinya belati tsb.
"hemm..sama seperti yg tertancap di jantung para korban." gumam detektif would, secarik kertas lusuh tampak terikat di hulu belati..
"pulang kenegaramu, atau nasibmu sama dg mereka.."
diremasnya kertas bernada ancaman tsb serta diselipkannya belati dibalik jaket hitamnya.
-¤-
siang yang terik, detektif woul tampak keluar dari penginapan untuk mulai penelusuran, mendadak..
"ssstttapp..!!"
sebilah belati dg secarik surat menancap di topinya.
"ini kali topimu, lain waktu jantung mu detektif.."
detektif would cabut revorver miliknya..
"dooorr..!!"
gelegar pistol terdengar, sudut mata detektif tua ini sempat melihat kelebat bayangan dg sigap dikejarnya kearah utara dimana hutan pinus berada.
Detektif woul terus melangkah menembus gumpalan salju yg tebal.
"door..!!" kembali revorver miliknya menyalak, mana kala sekelebatan bayangan melintas disamping kirinya.
"staaap..crab..!!"
sebuah belati menancap dipokok pinus sesenti dari dadanya.
"door..!!"
"keluar kau, ayo kita duel.." teriak detektif would.
"staaapp.."
dirasakannya oleh detektif would sebuah benda menelusup kedalam jasnya terasa dingin ketika menyentuh kulitnya, setelah diperhatikan sebilah belati tampak menempel menembus jaket dibagian dada kirinya.
"heh..kalau dia mau, dari tadi aku telah tewas.." memikir sampai disitu dg tertatih ditinggalkannya tempat itu.
-¤-
"bila ingin mengetahui semuanya, datanglah besok disebuah taman sebelah selatan reruntuhan tembok berlin.." begitu bunyi pesan yg terselip dibelati kemarin ketika berada dihutan pinus.
"inilah reruntuhan tembok itu.." gumam detektif. Would. Dan ketika sudut matanya diarahkan keselatan disebuah bangku taman sepasang muda-mudi sedang memadu kasih..
"ah..celaka, jangan-jangan." dengan sigap detektif would berlari menyongsong keduanya.
"stttttaap..!!"
tak ada jeritan dan erangan namun kedua pasang sejolinini kini terkapar dg dada tertancap belati yg membuat salju merah seketika. dengan segera detektif would cabut pistolnya namun langsung ambruk disalju dirasakannya dada sebelah kirinya dingin begitu diraba, sebilah belati menancap telak dijantungnya, pandangannya mulai kabur..dan berkabut..sebelum matanya tertutup masih dilihatnya satu sosok tubuh berdiri samar dihadapannya dg memakai sebuah topeng terbuat dari kardus tengah menjinjing sebuah kardus besar bertuliskan dikirim ke.. "BATAVIA"
gelap yang dirasa detektif would, sebelum kesadarannya berkurang, hidungnya sempat mencium bau foam cukur jenggot murahan..
Selesai
salam bhumi deres mili
penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar