KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Selasa, 10 Januari 2012

ANGKARA MURKA MERAJALELA


     Sosok yang sedari tadi terpekur dalam semadi perlahan buka kedua kelopak matanya,  manakala sebuah teriakan yang dilambari kekuatan tenaga inti menggema hingga menggetarkan dinding goa dimana orang berkepala plontos dengan enam bulatan dibatok kepalanya ini duduk bersila.
“wiku dharma persada, keluar kau dari tempat persembunyianmu..!!”
Sosok yang tak lain dari pemimpin partai lintas aliran halilintar sewu ini tampak tercekat sesaat, dia kenal suara teriakan itu.
“manggala..darimana dia tahu tempat ini…” gumam wiku dharma persada.
“wiku gadungan cepat keluar, atau kami bakar tempat ini..!!” kembali terdengar teriakan manggala si arit iblis dari atas.
Dengan sekali hentakan sososk wiku dharma persada melesat kadalam bangunan kubus batu andesit yang langsung membawanya kepermukan tanah.
“BBBUUUUUUUMMMM…..!!!”

     Ledakan dahsyat terdengar memekakan gendang telinga manakala bangunan berbentuk kubus dari batu andesit muncul dipermukaan tanah disususl melesatnya sosok wiku dharmapersada.
“hahahaha..akhirnya kau keluar juga dari tempat persembunyian mu wiku..” ujar manggala lantang
“aku tidak pernah bersembunyi dari apapun manggala..”
“luar biasa, partai mu telah kami hancurkan, malah kongkow-kogkow disini, pemimpin macam apa dirimu..”
“jaga ucapanmu manggala, sanjaya akan mencari dan melenyapkan mu..”
“ow..ow..ow..takut..hahahaha..andai sanjaya tahu, kaupun dulu pernah bermaksud melenyapkannya, entah apa yang akan dia lakukan terhadap dirimu wiku..”
“tutup mulutmu manggala, sekarang apa maumu..”
“mauku adalah Ini…”
“Bhhhhhhuuuuummmmmm…!!!”
Ledakan hebat kembali mengguncang tempat itu, rupanya manggala tidak mau berpajang urusan, dengan ajian kuntum kilat melecut raga tingkat tiga, bekas anak buah wiku dharmapersada ini lancarkan serangan kilat kearah wiku berkepala plontos ini yang dengan sigap telah berada diatas sebuah pohon tembesi.
“pemimpin partai tersohor seantero jawa, bisanya Cuma berloncatan diatas pohon seperti seekor ketek..memalukan..”
Gertak manggala yang kembali melancarkan ajian kutum kilat melecut raga level tiga kearah sang wiku.
“Bhuuuuuuummmmmmm….!!!”
Pohon tembesi langsung hancur menjadi bubuk berwarna biru, namun tanpa dinyana oleh manggala, wiku dharmapersada telah berada tiga langkah dihadapannya sambil melancarkan tendangan menyilang kearah dirinya.
“bbuuukk..!!”
Mangala tak sempat menghindar, tubuhnya mental ambruk direrumputan, melihat itu wiku dharmapersada tak membuang peluang dengan cepat kembali lancarkan tendangan tumit kearah batok kepala manggala.
“buuukkk..”
Wiku dharmapersada tampak kernyitkan dahi, merasakan kakinya kesemutan.
“warok sampar kombayoni, kau berserikat dengan penghianat ini..”
Geram wiku dharmapersada manakala satu sososk tinggi besar bercambang bawuk dengan tombak pendek berujung trisula menangkis tendangan yang akan meremukan batok kepala manggala.
“bagus kau masih mengenal ku, tiga puluh tahun lalu kau hancurkan partai alas roban, sekarang trima pebalasanku..”
“warok sampar..menyesal aku dulu mengampuni selembar nyawa busuk mu..” ujar wiku dharmapersada berang
“wiku..kau sudah uzur, sudah waktunya rehat dari dunia ini..” menggema sebuah suara yang merontokkan dedaunan disusul berkelebatnya dua orang yang dengan ringan menjejak rerumputan.
“tunggara..sangaran..kaupun berserikat dengan penghianat ini…”
“hahahaha..kasian kau wiku..diakhir hidupmu..orang-orang kepercayaan mu menghianati dirimu…hayooo kawan-kawan kita brengus wiku gadungai ini…”
Sentak manggala yang bersandar disebuah pohon dengan mendekap dadanya yang sakit bekas tendangan menyilang sang wiku.
Tanpa dikomando dua kali, tiga sosok bayangan dengan cepat melesat kearah wiku dharmapersada disertai bersiutnya gemuruh angin pukulan dan senjata tajam.

        Warok sampar kombayoni dengan tombak pendek berujung trisula dengan sebat tusukkan kearah tenggorokan, disusul desingan rantai maut milik sangaran menghujam dari atas dan lusinan piasau terbang tunggara yang dengan ganas membeset dari berbagai penjuru, pertarungan yang tak seimbangpun pecah.
Wiku dharmapersada yang hanya megandalkan tasbeh besar serta kibasan ujung jubahnya tampak kewalahan menghadapi serangan beruntun dari ketiga lawannya, belum lagi manggala yang dengan licik sesekali menggempurnya dengan aji kuntum kilat melecut raga tingkat tiga dari kejauhan .
lambat laun wiku dharmapersada mulai terdesak, tombak pendek berujung trisula bisa dihindarinya, bahkan sempat menyarangkan tendangan beruntun kearah dada warok sampar kombayoni, rantai maut sangaran bisa ditepis dengan ujung jubahnya, namun sebuah pisau terbang milik tunggara terlihat menghujam dipunggung kiri dari sang wiku.
“wiku gaungan itu mulai lemah, gempur secara bersamaan..hancurkan dulu tasbehnya..” sentak manggala.
Wiku dharmapersada tersentak lawan mengetahui kelemahan jurusnya
“craaakk..pyarrr..!!!”
Wiku berkepala plontos dengan bulatan enam dibatok kepalanya ini kaget bukan kepalang, tasbeh besar andalannya putus berhamburan terkena sabetan rantai maut sangaran.
“gempur bersamaan…!!”
Sentak mangala sambil kibaskan telapak tangan mengandung ajian kuntum kilat melecut raga tingkat tiga kearah wiku dharmapersada…
“DHHHUUUUAAAARRRR…!!!”
Dentuman keras terdengar membahana, debu pasir berterbangan menutupi pemandangan dalam radius seratus meter, begitu suasana terang kembali sang wiku sudah raib dari hadapan pengeroyoknya.
“kurang ajar, wiku dharmapersada lolos..” sentak manggala geram
“tidak usah dikejar manggala, pisau terbang beracunku telak menghujam punggungnya, kalau dalam satu hari tidak diobati, secara perlahan urat saraf dalam tubunya lumpuh, aliran daranya akan mengalir terbalik dan bisa dipastikan akan tewas dengan sendirinya..” ujar tunggara sambil menimang pisau terbangnya.
“hai..kalian cepat tolong aku, dadaku sesak terkena tendangan wiku sialan itu..”sentak warok sampar kombayoni sambil memegang dadanya yang berdenyut terkena tendangan beruntun sang wiku.
“bagaimana sekarang manggala…” ujar sangaran
kuburan mustika telah kita kuasai, aku yakin didalam sana masih banyak senjata-senjata mustika yang dahsyat ayo kita periksa..”
Keempatnya lantas melesat masuk kedalam bangunan berbentuk kubus dari batu andesit, yang akan membawa mereka kebawah tanah dimana sebuah tempat bernama kuburan mustika berada.

ooooOoooo

    Beberapa kejap sebelum serangan beruntun melabrak wiku dharmapersada, disaat pisau beracun mulai mempengaruhi kesadarannya, sebuah sambaran angin teramat halus telah melibat tubuh wiku ini, begitu dirasakan tubuhnya melesat dengan cepat sang wiku sudah tidak ingat apa-apa lagi.

ooooOoooo

    Sinar mentari terasa hangat menerpa wajah wiku dharma persada, pemimpin partai halilintar sewu perlahan buka kedua bola matanya, kepalanya dirasakan masih sakit dan tubuhnya begitu lemah bahkan untuk menggerakan tangan saja dia tidak mampu.
“apa yang terjadi dengan diriku…dimana aku..” gumam wiku dharmapersada lirih.
Ketika ujung matanya menangkap bayangan berkelebat kearah dirinya wiku dharma persada Cuma bisa diam pasrah sambil kembali memejamkan kedua matanya.
“sudahlah windu kuntoro, tidak usah pura-pura pingsan..aku tahu kau sudah siuman..”
Wiku dharma persada tersentak, orang mengetahui nama aslinya
“lindu..lindu bergola..benarkah ini kau…”
“hahaha..dunia memang sempit, puluhan tahun tak bersua siapa nyana kita bisa bertemu disini..”
“lindu bergola ada keperluan apa kau ketanah jawadwipa, sanjaya muridku menyambangimu ke jurang tanpa dasar semenanjung Himalaya..”
“haha..anak itu..bagaimana bisa kau jadikan murid…”
“apa maksudmu lindu bergola…”
Dengan singkat lindu bergola atau dunia persilatan menjulukinya dengan sebutan pertapa sapta raga, menceritakan ihwal kedatangan sanjaya dikediamannya dijurang tanpa dasar semenanjung Himalaya.
(untuk lebih jelas, silahkan baca episode: Embun merah semenanjungHimalaya dan kutukan sang pendekar, pen)
Windu kuntoro atau wiku dharmapersada Cuma bisa menarik nafas dalam dan panjang begitu pertapa sapta raga atau lindu bergola menyelesaikan ceritanya.
“hah..mungkin ini karma atas tindakan menghabisi sifu zen guru kita..” ujar pertapa sapta raga miris.
“lindu bergola, maapkan semua tindakan ku pada dirimu..”
“sudahlah windu kuntoro, untuk sepekan kedepan dirimu harus istirahat total, racun pisau terbang yang bersarang dipunggungmu telah bersih namun aliran darahmu yang mengalir terbalik perlu penanganan yang lebih serius setelah dirimu pulih, baru kita ke nagri Hindustan,  sepak terjang sanjaya harus dihentikan sebelum tatanan dunia persilatan tanah jawadwipa dan Hindustan goncang…”

ooooOoooo

     Kita tinggalkan sejenak tanah jawadwipa….
Nagri seribu bukit, tanah Hindustan pada masa itu berdiri berbagai kerajaan-kerajaan hampir disetiap penjuru mata angin,  disebelah selatan pada deretan punggung gunung Himalaya, sebuah kerajaan dinasti lembah indus bertahta, sang raja bergelar mahesapati memerintah dengan arif dan bijaksana hingga tatanan pemerintahan berjalan dengan tertib dan damai, kehidupan para kawula alitnya pun sejahtera.
     Namun semuanya mendadak berubah, kerajaan lembah indus yang semula  aman tentram dan damai dalam dua tahun belakangan ini porak-poranda, begitu sang raja mahespati digulingkan oleh orang kepercayaannya sendiri dan mengangkat dirinya menjadi raja lembah indus bergelar tamtama gama, pajak melambung tinggi, kejahatan meraja lela, angkara murka terjadi hampir ditiap titik. Raja baru ini memerintah dengan sewenang-wenang siapapun yang menentang berakhir tragis diujung pedang mustika miliknya.
“patih angkor kam, sudah ada kabar dimana keberadaan putri maespati itu, aku tidak mau kelak ada duri dalam daging dipemerintahanku..”
Ujar prabu tamtama gama sambil usap gagang pedang mustika miliknya yang tak lepas dari genggamannya itu.
“maap prabu..telik sandi telah disebar ke penjuru tanah lembah indus bahkan sampai semenanjung Himalaya, namun keberadaan putri dari raja maespati itu seperti hilang tertelan bumi..”
“kerahkan kembali pasukan..tangkap hidup atau mati putri maespati.”
“duli prabu..hamba laksanakan..”
Prabu tamtama gama Cuma kibaskan tangan kirinya, setelah patih Angkor kam berlalu dari hadapannya, raja muda ini tepuk tiga kali telapak tangannya, tak lama lima orang dara jelita berdandan seronok lenggak lenggok dihadapannya.

ooooOoooo

selesai

segera menyusul: mustika bukit karang

salam bhumi deres mili

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers