KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Senin, 18 Juni 2012

DUA MENTARI SATU MUSLIHAT

      Semenanjung branjangan meremang dalam kabut dini hari, semilir angin utara terasa mencucuk persendian, debur ombak terdengar bergemuruh menghantam hamparan karang, di salah satu tebing karang yang menjorok ke laut lepas dua orang bertampang gagah tengah berdiri berhadapan, sudah hampir sepenanakan nasi kedua sosok tubuh ini diam bagai patung pualam,kedua mata mereka tampak terpejam sesekali raut dari wajah keduanya berubah menegang bulir-bulir keringat menetes dari kedua sosok tubuh ini.

“kanda gegar wahana, ayahanda prabu menghendaki kakanda  hadir di kedaton”
Ujar pemuda berambut ikal dengan plat bahu dodot sutra berwarna coklat keemasan.
“dinda platik waja, lebih baik kau kembali ke kedaton..bukankah sudah aku katakana berulang kali..aku tidak tertarik dengan pemerintahan,  tempat ku di sini..kalau dinda menghendaki tahta..aku rela memberikannya pada dirimu..”
Pemuda berambut ikal bernama platik waja ini hanya bisa geleng-gelengkan kepalanya, dia tahu betul sifat kakaknya bila menghendaki satu tujuan.
“tidak bisa begitu kanda, bagaimanapun juga ayahanda prabu sudah membagi pusat pemerintahan menjadi dua…jadi saya harap kanda  menyadari tangung jawab sebagai anak tertua..”

Untuk pertama kalinya pemuda dengan gelang akar bahar di lengannya ini membuka matanya,  pandangan tajam dirasakan bak sembilu bilamana pemuda bernama gegar wahana ini memandang orang dihadapannya.

“dinda platik waja, terus terang aku bosan dengan kehidupan istana yang penuh dengan muslihat, topeng kepalsuan..apa kau tidak sadar mereka yang mengelilingi kita itu cuma tunduk dengan pangkat serta jabatan yang kita miliki bukan tulus tunduk pada gegar wahana atau platik waja..”
“tapi kakang…”
“jika tidak ada keperluan lain, pengawal mu sudah siap mengantar diri mu kembali ke kedaton…”

Platik waja hanya bisa menarik napas panjang, pemuda gagah berambut ikal ini lantas perintahkan beberapa pengawal menyiapkan tandu bagi dirinya, namun sebelum tandu yang di gotong empat pengawal sampai di hadapan platik waja, dari arah tenggara terdengar jeritan ketakutan seorang perempuan, dengan sigap
platik waja melesat ke sumber suara  tapi pemuda berambut ikal dengan plat bahu dodot sutra ini tertegun dihadapan sana terpaut lima langkah, kakaknya  gegar wahana tengah melancarkan beberapa serangan pada seekor beruang hitam yang hendak menyerang seorang gadis berkerudung putih.

“dinda platik waja, bawa nyisanak itu menjauh dari tempat ini..” sentak gegar wahana yang tengah berkutat dengan beruang ganas itu
“pengawal bantu dinda gegar wahana melawan binatang itu..” teriak platik waja sambil membawa sosok perempuan yang kini terkulai pingsan di bahu kirinya.

     Beruang hitam itu sangat ganas, beberapa kali gegar wahana hampir tersambar cakar binatang ini, sepuluh pengawal yang diperintahkan platik waja terlihat keteteran,  delapan diantaranya terluka cukup serius dan akhirnya tewas karena kehabisan darah, sedang dua yang lainnya tunggang langgang melarikan diri.
“breeettt…!!”
Lengan sebelah kanan gegar wahana tampak mengucurkan darah, binatang ini semakin buas dan liar dengan sekali lesatan tubuhnya sudah lima langkah disamping kiri gegar wahana dan siap menancapkan kukunya yang besar dan runcing ke perut gegar wahana
“deeessss…!!!”

Sekelebatan bayangan tampak mendaratkan pukulan kearah binatang ini, beruang yang terkena tendangan Cuma bergeming sedikit, detik berikutnya sosoknya telah melesat kearah bayangan yang menyerangnya yang tak lain dari platik waja.
Platik waja cabut Mandau yang tersemat dipunggungnya, dengan senjata itu pemuda berambut ikal ini kembali menyongsong serangan yang dilancarkan sang beruang.
Sepuluh jurus telah berlalu, pada satu kesempatan platik waja berhasil mengujamkan Mandau yang di pegangnya di punggung beruang, namun alangkah kagetnya pemuda ini bulu tebal beruang itu ternyata sangat licin dan mementahkan tusukan mandaunya, platik waja tata kuda-kuda penyerangan namun serangan beruang terlalu cepat datang.

“craaakkkk…!!”
Sambaran cakar beruang itu tampak tergambar jelas dipunggung platik waja, plat dodot sutranya tampak terlepas dan berlumuran darah, pemuda berambut ikal ini terhuyung dan jatuh di tanah berumput disusul raungan sang beruang yang siap menghujamkan cakarnya kembali ke tubuh pemuda malang ini.
“prrrraaaaakkikkkk…!!!”
Cahaya kehijauan terlihat berpendar  berserabutan ke segala arah, sang beruang hitam terdengar meraung panjang, dihadapan binatang ini tampak sosok orang tua bersorban dengan jubah kuning melambai ditiup sang bayu dari sisi teluk
“asalamualaikum..maap bila kami menggangu ketentraman datuk..”

Ujar sosok berjubah kuning sambil merangkapkan telapak tangannya di depan dada, beruang ini sesaat tatap dengan tajam sosok yang menghentikan serangannya pada platik waja, begitu matanya membentur kilauan hijau di telapak tangan orang berjubah kuning, binatang ini terlihat menundukan kepalanya detik berikutnya sosoknya terlihat jauh dilamping bukit sebelah selatan kemudian hilang di rimbunnya pepohonan hutan.
“kisanak apa kau tidak apa-apa…” ujar orang tua berjubah kuning ini pada platik waja
“pak tua..tolong kakak ku dulu..dia terluka parahh..”  kata platik waja tersengal
Orang tua berjubah kuning ini tengok pemuda bergelang akar bahar di bahunya yang tampak terkapar di rerumputan, dengan sekali kelebatan sosoknya telah berada di samping gegar wahana.
“tuan..tolong adik ku dulu..dia kesakitan..” ujar gegar wahana sambil menunjuk kearah platik waja.
Orang tua berjubah kuning ini Cuma bisa geleng-geleng kepalanya, begitu menengok kearah gegar wahana pemuda ini telah pingsan begitupun dengan platik waja.
“subahan Allah..kakak beradik yang sangat menyayangi , demi menyelamatkan putri ku Zahra mereka sampai bertaruh nyawa seperti ini, lebih baik keduanya saya bawa ke pondok..”
Dengan sekali hentakan tubuh orang tua berjubah kuning ini berkelebat sambil mendukung gegar wahana di pundak kanan dan platik waja di bahu kiri sedang sang gadis di dukungnya di sebelah depan, seakan mendukung kapas orang tua berjubah kuning ini lesatkan badannya kearah barat daya.

oooOooo

     sanjaya alias sada lanang terlihat menarik napas dalam, tongkat berujung sapu lidi diletakkan melintang di pangkuannya.
“lalu mengapa kedua pangeran itu sekarang berseteru, syeh..”
Syeh idlopi terlihat mengambil sesuatu dari balik lengan jubah kuningnya, ketika orang tua ini membuka telapak tangan kanannya kemilau cahaya hijau terpendar kesesantro ruangan.

“pasangan benda ini yang mereka cari….” Ujar syeh idlopi pelan
“tasbeh…”
“benar  tuan sada lanang…ketika saya menyelamatkan keduanya dari beruang ganas itu untaian tasbeh saya tercecer, sebulan sesudah raja negri ini mangkat kedua pangeran itu diangkat menjadi prabu, satu ketika keduanya kembali kepondok ini untuk mempersunting Zahra anak saya untuk dijadikan permaisuri namun itu tidak mungkin terjadi..”
“kenapa syeh…”
“kedua raja itu menginginkan Zahra menjadi permaisuri mereka berdua..”
“hah..apa otak kedua raja itu sudah keblinger..” sentak sada lanang
“untuk mengulur waktu, saya mengajukan syarat selama empat puluh hari siapapun diantara keduanya yang berhasil mengumpulkan untaian tasbeh saya yang terserak di semenanjung branjangan dialah yang berhak mempersunting Zahra..”
“sekarang sudah hari keberapa dari ketetapan sayambara itu syeh..”
“kalau saya tidak salah hitung, hari inilah jangka waktu yang saya tetapkan berakhir…tapi rupanya salah satu dari raja itu menggunakan jalan pintas..”
“hemmm…”
“kenapa tuan sada lanang..”
“ah..tidak syeh..”
Ujar sada lanang atau sanjaya, pemuda dengan parut melintang di pipi kirinya ini sekilas teringat akan sepak terjangnya dimasa lalu…
“besok saya dan Zahra berencana meneruskan perjalanan ke pulau jawa dwipa, sekalian menyirap kabar keberadaan anak saya yang pertama yang terlebih dahulu bertolak ke jawa dwipa..”
“oh..jadi Zahra memiliki seorang kakak..”  ujar sada lanang
“benar tuan sada lanang, kami berasal dari Gujarat, negri kami syam..anak saya yang pertama laki-laki bernama syarif syam dia memiliki rambut yang sangat panjang sampai menyentuh tanah, dia sengaja ke pulau jawa dwipa mencari seorang wali yang diyakini dapat memotong rambutnya,  karena di negri kami tidak ada senjata apapun yang dapat memotong rambutnya itu..”
“baiklah syeh..sayapun berencana pulang ke jawa dwipa..sudah lama saya meninggalkan guru sekaligus bopo saya..”

(seperti diketahui sebelumnya, sada lanang atau sanjaya ini adalah murid sekaligus anak dari wiku dharma persada sebelum kutuk menimpa dirinya, harap baca episode: Elegi Sapta Daya, pen)

ooooOoooo

 selesai

salam bhumi deres mili

akan datang: keris sang mahapatih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lisensi

Lisensi Creative Commons
BHUMI DERES MILI by BHUMI DERES MILI is licensed under a Creative Commons Atribusi 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di KANG KUSYOTO, KYT.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http//:www.bhumideresmili.blogspot.com.

Total Tayangan Halaman

About

Pages

Download

Powered By Blogger

Search Box

Popular Posts

Followers