Kigedeng sumur gede pandang dua pemuda yg duduk dihadapannya dg tajam.
"begitulah ceritanya raden.." ujar lelaki separuh baya ini sambil hisap rokok kawung yg hampir padam
"senopati andawiyah, semua itu keputusanmu..saya yakin gusti sinuhun bisa memakluminya.."
"mudah2an raden, dan maap panggil saya dg kigedeng sumur gede saja, jabatan itu telah aku tanggalkan.."
rd. Puronegoro dan adiknya rd.purwo cuma anggukkan kepalanya.
"maap raden berdua, ada sesuatu yg ingin aku sampaikan.."
"masalah apa senopati..eh, maap maksud saya kigedeng.."
kigedeng sumur gede sesaat arahkan pandangannya kearah arena tanding jurit dimana putrinya nyimas. Nurniyah tengah menghadapi lawan2nya.
"yg sedang bertanding diluar itu, nyimas nurniyah anakku, aku terpaksa mengadakan tanding jurit atas kemauannya, karena begitu banyak pelamar yg menginginkan dirinya, entah ini musibah atau anugrah.." kigedeng sumur gede hentikan ucapannya sesaat menunggu reaksi dari kedua dhuta kesultanan cerbon ini.
"lantas hubunganya dg kami.." ujar rd.puronegoro
"aku khawatir anak itu mendapat nasib buruk, jika yg mengalahkannya berwatak durjana..jadi aku mohon kesedian diantara raden berdua mengalahkan anak saya.."
kedua dhuta kesultanan ini saling pandang.
o0o
pendopo padukuhan dharma ayu meremang dlm kabut dinihari, padukuhan yg semula bernama lembah cimanuk tapi demi mengenang jasa seorang wanita yg ikut mengharumkan nama padukuhan tsb, maka atas kebijakan rd.wiralodra yg kini menjabat sbg adipati.
Dari arah selatan satu sosok bayangan hitam dg langkah ringan melompati benteng kadipaten dg cepat tanpa diketahui penjaga yg tampak terkantuk ditempatnya, beberapa kejap keheningan subuh dirobek oleh teriakan2 membahana dari arah gedong pajimatan dimana sentata2 mustika disimpan.
"durat mata..tangkap..!!" teriak beberapa prajurit disusul melesatnya satu sosok bayangan hitam yg dg sekali kelebatan telah sampai di luar tembok benteng kadipaten, tapi alangkah tercengangnya sosok ini didepan sana puluhan prajurit sudah mengurungnya dari berbagai penjuru..
Sepuluh orang prajurit kadipaten dg bersenjatakan tombak dan perisai merangsak maju menggempur orang bercadar hitam, tapi dengan hanya geser kuda2nya sedikit kesamping kesepuluh prajurit ini seperti terbetok kedepan oleh laju tenaganya sendiri dan dg gerakan kilat lancarkan sambaran jurus tendangan kaki melingkar yg membuat kesepuluh prajurit kadipaten tumbang bergedebukan.
"stap..stpa..stpa..stap."desingan puluhan anak panah melesat dg deras kearah cadar hitam.
"trak..! Trak..! Trak..!"
cadar hitam gunakan tripel stik berujung pengait untuk membendung derasnya hujaman anak panah yg dlm sekejap puluhan prajurit kadipaten dharma ayu rubuh bergelimpangan, dalam pada itu satu bayangan lain dg gerakan ringan tampak masuk medan pertempuran.
"prajurit gelar brikade cakra wyuha."
teriak orang yg baru datang ini.
"sendika bekel.."
dlm hitungan detik orang bercadar hitam tampak terkurung ditengah-tengah dan dlm satu komando menyerang bersamaan bak gelombang lautan yg menghempas terus menerus.
Setangguh apapun seseorang jika jumlah lawan tak seimbang tentu keteteran juga, begitupun dg cadar hitam, memasuki jurus berikutnya sebuah tombak menancap dipahanya namun dg semangat membara cadar hitam putar tripel stiknya dg cepat dan sempat melukai beberapa prajurit.
"craaas..!!"
raungan membahana terdengar dari mulut cadar hitam begitu entah senjata apa yg menyerangnya memutus pergelangan tangan kanan cadar hitam. Orang ini akhirnya ambruk ketanah dg senjata mental bersamaan dg putus pergelangan tangannya.
"geledah durat mata ini..apa yg telah dicurinya.."
"baik bekel menak sanggarung.." ujar prajurit yg langsung membalikan tubuh cadar hitam yg telah lemah, namun disaat seperti itu tangan kiri cadar hitam lemparkan beberapa bola hitam.
"blaaaamm..!!"
dlm sekejap gumpalan asap hitam menutupi pemandangan dan begitu asap lenyap orang bercadar pun ikut hilang.
"cukup tdk usah dikejar.." ujar bekel menak sanggarung.
"apa yg terjadi menang sanggarung.."
seorang tua berjubah putih tampak berdiri rangkapkan tangan didada.
"kyai tinggil..ruang pusaka disatroni durat mata kyai.."
"ada yg hilang.."
"maap kyai..mustika golek sarpa lenyap dari ruang pajimatan.." ujar menak sanggarung. Dilain kejap satu sosok pemuda gagah telah berdiri ditengah kalangan.
"adipati.." ujar kyai tinggil dan bekel menak sanggarung.
"mustika golek sarpa adalah lambang kewibawaan kadipaten, menak sanggarung aku tugaskan kamu untuk menemukannya kembali.."
"sendika adipati.."
pemuda tegap dg sarung tangan hitam ditangan kirinya ini mengangguk hormat dan dilain kejap sosoknya tampak berada lima tombok diluar gerbang kadipaten.
"kyai..apa punya dugaan, siapa durat mata itu.."
orang tua berjubah ini cuma elus jenggotnya beberapa kali sambil pejamkan matanya, begitu membuka mata kyai tinggil tarik nafasnya dalam2.
"hanya wilayah perbatasan selatan yg belum mengakui dharma ayu, sebagai kota kadipaten.." ujar kyai tinggil.
"tlatah suket baja..maksud kyai.."
"kita tunggu, laporan bekel menak sanggarung raden.."
"aku mengerti kyai.."
adipati.wiralodra lantas kembali kekediamannya.
-¤-
pecantilan sumur gede.
suasana tampak hening beberapa kejap, kedua dhuta kacerbonan cuma diam membisu.
"raden, aku akan memberi tahu kelemahan dari putri saya.." ujar kigedeng sumur gede memecah kesunyian.
Belum sempat kigedeng meneruskan ucapannya tak dinyana rd.purwo lesatkan tubuhnya kearena tanding jurit.
"trang..trang..trang.."
belasan senjata rahasia berbentuk jarum luruh ke bawah satu senti dari tubuh nyimas. Nurniyah.
"kisanak kau licik, melanggar aturan..tanding jurit.."
ujar nyimas nurniyah.
"heh..jika aku tdk mendapatkanmu..orang lainpun tidak.."
"buuukk..!!"
rd. Purwo tendang orang ini sampai mental keluar arena
"terimakasih kisanak menyelamatkan saya dari kelicikan orang itu." ujar nyimas. Nurniah dibalas senyum simpul rd.purwo yg rupanya tadi meluruhkan puluhan jarum yg akan membokong nyimas. Nurniyah.
"maap apakah kisanak salah satu peserta juga.." ujar dara ayu ini yg membuat rd. Purwo gelagapan beberapa saat.
"saya..saya sebenarnya.." ujar rd. Purwo terbata.
"baiklah kisanak silahkan..mulai"
pemuda ini tampak bingung.
Rd.purwo masih tertegun ditempatnya, pemuda gagah ini tdk menyangka nyimas.nurniyah menganggapnya sebagai salah satu peserta tanding jurit, padahal dirinya cuma menolong dara ayu ini dari salah satu peserta yg licik yg hendak membokongnya dg senjata rahasia.
"silahkan kisanak, tunggu apa lagi.." gema suara sang dara serasa menyentak kalbu pemuda ini, sesaat ditatapnya mata kigedeng sumur gede yg duduk diluar arena bersama kakaknya rd.purwonegoro, bekas senopati cerbon ini cuma tersenyum dan anggukan kepalanya.
"peraturannya sama, dlm tiga jurus kisanak harus dapat menyentuh selendang ini, senjata dan ajian apapun diperbolehkan yg dilarang adalah senjata rahasia dan senjata penyembur.."
(mgkin yg dimaksud dg senjata penyembur oleh nyimas. Nurniyah adalah senjata api atau bedil)
"saya paham nyimas..
Jaga serangan.."
rd.purwo lantas rentangkan kedua tangannya kesamping dan entah darimana datangnya sebilah keris eluk sembilan kini tergenggam ditangan kanannya, sedang nyimas nurniyah pegang ujung selendang cinde yg melilit pinggang ramping dara ayu ini.
Tak menunggu lama kedua muda-mudi ini terlihat saling menyerang, keris ditangan rd.purwo tampak berdesing mencipta pusaran angin yg meliuk diantara badan sang dara sedang nyimas n urniyah dg enteng lentingkan badannya keudara dan dg selendang yg seolah bernyawa dirasakan menyayat kulit oleh rd.purwo padahal baru sambaran anginnya saja, dua jurus tlah berlalu memasuki jurus ke tiga tak sengaja mata rd.purwo menangkap isarat tangan yg diberikan kigedeng sumur gede yg dilihatnya menepuk-nepukan tangan dibetisnya berulang kali. "inikah kelemahan gadis itu.."
membatin rd.purwo yg tanpa membuang waktu lesatkan jurus sapuan kearah betis nyimas nurniyah, pemuda gagah ini tdk memperhatikan dg jeli isyarat kigedeng sumur gede, yg menepuk2 betisnya dg jari telunjuk mengarah kebawah tepat di mata kaki sang dara. Dan begitu tubuh pemuda ini sejajar dg tanah nyimas nurniah angkat sedikit tumitnya dan dg telak menghujam bahu rd. Purwo disusul tendangan melingkar tak ayal tubuh pemuda ini terlempar keudara siap membentur ujung arena tanding jurit yg runcing, disaat seperti itu satu angin terasa lembut dirasakan berdesir dibelakangnya yg langsung menangkap tubuh dan menyelamatkan rd.purwo dari maut.
"adik purwo kau tidak apa-apa.."
"kakang puronegoro, aku gagal.."
"tenanglah adik purwo, atur jalan darahmu.."
dg segera pemuda ini papah adiknya turun dari arena.
"kisanak, andikapun punya kesempatan jika punya niat.."
ujar nyimas nurniyah ditujukan pada rd. Puronegoro.
"kakang..ingat yg dikatakan raja naga bermahkota.."sela rd.purwo
"aku ingat adik, tapi niat dan tugas kita dri sinuhun telah kita selesaikan tdk ada salahnya aku menjajal kanuragan gadis ini.." ujar rd.puronegoro yg dg sekali jejakan kaki tubuhnya terpaut jarak tiga langkah dari sang dara.
"nyimas..aku trima keris tak berwarangka itu.."
"silahkan kisanak.."
rd.puronegoro lantas pasang kuda2nya dari tapak kakinya perlahan membias cahaya kuning gading yg lantas membungkus sekujur tubuhnya.
-¤-
Lamping bukit terjal itu begitu curam, desiran angin utara bergemerisik diantara daun2 waringin yg berjajar sampai didasar lembah, diatas sebuah batu yg menjorok kejurang satu sosok dara ramping berbaju kuning dg rambut berkibar tampak menatap jauh kearah lembah nan subur dibawahnya.
"kemana lagi aku mencari menjangan wulung dan romo wuluh balang, apa aku langsung ke hutan sinang alas loyang markas mereka.." membatin sang dara yg tak lain dari niluh seroja yg tengah melacak pembunuh dari eyang gurunya resi maruta mandra (yg dlm eps: titik balik angkara) dibunuh oleh rd.menjangan wulung dg ajian gelap ngampar tingkat enam bersama ayahnya sendiri, wuluh balang. Pen)
setelah berpisah dg rd.puronegoro dan adiknya rd.purwo gadis ini seakan pergi tanpa tujuan yg jelas.
Mendadak sang dara tersentak dari lamunannya dibawah sana dilihatnya kepulan asap menghitam diudara.
"sebuah kampung terbakar.." gumam gadis ini yg dg sigap lesatkan badannya kearah asal asap.
"traaaakk.."
tak dinyana sebuah benturan dirasakan menggebuk punggungnya, dara ini langsung ambruk ketanah dan diantara sadar dan tidak tubuhnya dirasakan ada yg menyeret dan puluhan langkah didengarnya mengikuti dari belakang berlalu meninggalkan lamping bukit terjal tersebut.
oo0oo
Gemuruh hujan yg menerpa genteng menyadarkan niluh seroja dari pingsannya, tapi alangkah terkejutnya gadis ini menyadari kedua tangan dan kakinya terikat dg tali yg kuat, sedang disekelilingnya puluhan pandangan mata menatapnya dg tajam.
"aku ada dimana, dan siapa kalian ini.." ujar dara ini bergetar
"kau jangan berlagak pilon, katakan kapan kelompokmu menyerang kampung kami.." ujar laki2 tegap bertelanjang dada dg golok terhunus.
"aku tidak mengerti maksud kisanak.."
"kau pasti mata2 yg dikirim warok brangas.."
"kisanak kau salah orang, aku tdk mengenal nama itu.."
"masih mungkir.."
lelaki tegap ini lantas ayunkan tangannya bermaksud menampar sang dara, namun satu tangan lain menangkap tangan lelaki ini.
"sabar paman, mungkin yg dikatakannya benar.."
"samba, jangan karena dia cantik kau menaruh iba pada mata2 perampok ini.."
"maaf paman barda, kita perlu bukti kuat apakah benar nyisanak ini mata2 perampok yg dikirim warok brangas.."
"samba, kami menemukan dia sedang berada diwilayah pinggir kampung selang beberapa saat setelah grombolan warok brangas menjarah kampung sebelah.."
"setiap orang berhak berada dimana saja dibhumi gusti Allah ini..barda." satu sosok berjubah coklat hadir ditengah kerumunan.
"kyai. Sura.." sela barda dan samba berbarengan.
"nah nduk, agar jelas ceritakanlah pada kami siapa kamu ini.." ujar kyai sura, dg singkat niluh seroja menerangkan bahwa dirinya tengah melacak rd.menjangan wulung pembunuh kakek gurunya resi.maruta mandra, tapi tdk menyinggung warok wuluh balang ayahnya, takut kalau antara warok brangas ada kaitan dg laskar kesangyangan dimana ayahnya adalah seorang warok juga.
"nah semuanya jelas, nisanak ini bukan mata2 perampok, maafkan kekeliruan ini nisanak niluh.."
"saya memakluminya kyai.." laki2 tua ini anggukkan kepalanya, selang beberapa saat dari arah ujung kampung terdengar kentongan dipukul berkali2
"grombolan warok brangas merampok dusun sebelah.." ujar seorang lelaki
"kyai, apa yg harus kita lakukan.." ujar samba.
"kampung kita miskin, apa yg musti kita khawatirkan.."
"maap kyai, sabar bukan berarti kita pasrah.." ujar niluh seroja
"maksud nisanak.."
"saya yakin, pemuda2 disini memilki sedikit olah kanuragan, atau minimal pernah belajar, kalau boleh izinkan saya membantu.."
beberapa orang lantas berdiri, menyatakan siap bertempur.
"baiklah saudara2, mari kita susun rencana.." ujar niluh seroja disambut kata siap para penduduk desa.
-¤-
Tlatah suket baja merupakan satu2nya kawasan diselatan perbatasan kadipaten dharma ayu yg tidak mengakui kedaulatan kadipaten yg didirikan rd.wiralodra sebagai adipatinya, tlatah suket baja merupakan himpunan para buruh tani yg tidak puas dan tidak percaya dg pemerintahan, kelompok ini beranggapan pemerintah hanya bisanya memeras rakyat, maka tersebutlah sarama dipati tampil sebagai pemersatu tlatah suket baja dan bermaksud makar dg pemerintahan.
Sore itu sarama dipati sedang duduk diberanda pondoknya, lelaki tinggi besar dg cambang bawuk meranggas ini dibuat terkejut dg kemunculan sosok hitam bercadar ambruk dihadapannya dg telapak tangan kanan buntung.
"simbar apa yg terjadi.."
lelaki bercadar hitam ini cuma mengerang, dari balik baju hitamnya sebuah benda diserahkan pada samara dipati
"mustika golek sarpa." gumam lelaki ini dg mata berbinar, tapi begitu berpaling kearah lelaki bercadar hitam, lelehan darah merembes dari dadanya kemudian ambruk tak bergerak lagi.
"simbar..pengorbananmu tdk sia2..sebentar lagi kita kuasai kadipaten dharma ayu.." ujar sarama dipati lantang, lelaki tinggi besar ini tidak menyadari kehadiran sosok lain diatas cabang pohon, seorang pemuda gagah dg sarung tangan hitam di tangan kirinya tampak anggukan kepala, dan dg sekali jejakan kaki sosoknya melesat kearah tenggara dimana kadipaten dharma ayu berada.
o0o
Adipati dharma ayu, rd.wiralodra tampak tercenung, begitu bekel menak sanggarung selesai melaporkan tentang penyelidikannya atas raibnya pusaka kadipaten mustika golek sarpa.
"kyai. Tinggil, apa sudah saatnya tlatah suket baja kita tundukan.." ujar pemuda gagah sambil kepalkan telapak tangannya.
"maap adipati, tidak selamanya besi dibalas dg besi pula, siapa yg menyangka pantai yg terjal dlm sekejap landai terkikis air laut.."
"maksud kyai.."
"strategi apus karma..raden.."
"hah..sebenarnya, aku kurang berkenan dg strategi ini, kyai..tapi seperti ujar2 para sesepuh siapa mencari lantai terjungkat bersiaplah untuk menyangganya, lalu siapa yg akan melaksanakannya.."
kyai tinggil tampak tercenung sejenak, tapi kemudian matanya mengarah pada pemuda gagah bekel menak sanggarung yg terpekur ditempat duduknya.
-¤-
hari masih terang2 tanah ketika dari lamping bukit terjal puluhan penunggang kuda tampak memandang dg dingin perkampungan dibawahnya.
"barda, kau yakin penduduk kampung itu tengah merencanakan sesuatu.."
"aku tidak mungkin salah dengar warok brangas, dan gadis yg bernama niluh seroja itu yg menggerakan para penduduk.."
"tapi mengapa jungjungan para warok belum juga muncul.." gumam lelaki tinggi besar ini sambil cengkram pedang yg terselip dipinggangnya.
"barda, kau kembalilah kekampung itu cari tahu apa yg mereka rencanakan.."
"siap menjalankan tugas warok, tapi.."
"jangan khawatir barda, jabatan kepala dusun akan kau dapatkan.."
dg sekali jejakan kaki ditanah, tubuh lelaki ini terlihat memuruni bukit menuju perkampungan dimana niluh seroja dan beberapa penduduk sedang mempersiapkan sesuatu, mereka tdk tahu diantara penduduk yg tampak lugu itu seekor srigala tengah menunggu mangsanya.
-¤-
pasar caplek, merupakan sebuah pasar yg cukup ramai kala itu, disamping tempatnya strategis berdekatan dg pusat pemerintahan kadipaten dharma ayu, pasar ini juga terkenal sejak adanya tontonan tayuban dg para penari yg berlenggak-lenggok sambil menjajakan dagangan rokok putih, tersebutlah nini cipta rasa, primadona para penari tayub yg sudah terkenal kecantikan dan keelokan parasnya hingga membuat siapapun yg memandangnya ketika dia menjajakan rokok putih akan mabuk kepayang dibuatnya, hingga tak jarang para pengunjung tayuban ini saling adu jotos hanya karena ingin berjoget dg nini cipta rasa, seperti yg terjadi sore itu seorang tua bangkotan tersungkur jontor karena memaksa masuk ketenda dimana nini ciptarasa menjajakan rokoknya dg menghisap rokok putih dibalik layar yg hanya bayangan dari perempuan ini saja yg tampak.
"ada apa lepen ribut2 diluar.." sebuah suara sangat merdu menyeruak dari balik tenda.
"biasa nini..orang kurang ajar..nini tenang2 saja didalam.."
"lepen, apa jaringnya sudah ada ikannya.."
"belum nini.."
"baik kita tunggu sehari lagi dipasar ini.."
hari semakin malam, pasar caplek tambah ramai, mendadak dari arah utara beberapa orang berserabutan lari.
"ada raksaksa..ada raksaksa..lari.."
dan memang benar dari arah yg ditunjuk satu sosok tinggi besar dhanawa tampak berjalan menghampiri orang2 yg ada dipasar caplek.
"kalian salah sangka, aku kiageng tepak dari palimanan hanya numpang tanya apa ada yg melihat anaku roro kinasih.." ujar sosok dhanawa ini, namun beberapa orang malah ada yg melempari dan mengusirnya hingga membuat kiageng tepak marah..dan keluarkah kutuk serapahnya
"hai orang2dermayu, pasar caplek akan ramai tapi penduduk pada mati.."
dan konon kutukan itu terbukti makanya sampai sekarang pasar caplek daerah dermayu tdk pernah maju..
Allahu Allam bhisshowab..
o0o
Dalam tempo singkat promosi menjajakan rokok putih dg alat tayub nini cipta rasa langsung terkenal bukan saja di kadipaten dharma ayu malah menyebar luas sampai ploksok diluar kadipaten, dan kabar itupun tak luput dari perhatian Sarama dipati pemimpin kelompok nomaden tlatah suket baja yg juga penggandrung seni tayub, maka pada hari yg telah ditentukan dipanggilah rombongan nini cipta rasa untuk pentas ditlatah suket baja.
Malam merambat dg pelan, puluhan pasang mata tampak tak berkedip sekejapun begitu nini cipta rasa beraksi diatas panggung, samara dipati yg duduk didepan memberi isyarat pada orang kepercayaannya.
"atur dg baik.." bisik samara dipati, orang ini cuma anggugkan kepalanya kemudian berlalu kebalik belakang panggung dan malampun terus merambat kedini hari tapi hingar bingar gending tayub semakin menghentak menghayutkan setiap insan ditlatah suket baja.
-¤-
kesibukan tampak memenuhi pendopo kampung dimana niluh seroja dan beberapa penduduk sedang mempersiapkan perlawanan terhadap grombolan perampok ganas warok brangas yg sangat meresahkan.
"kyai. Sura, kita tidak tahu kapan grombolan itu sampai dikampung ini, tapi kewaspadaan harus ditingkatkan.."
"benar nisanak niluh, saya telah mempercayakan samba dan beberapa pemuda lain untuk segera mengungsikan wanita dan anak2 ketempat aman.." ujar kyai. Sura sambil hembuskan asap roko kawung keudara.
"maap kyai, dari kemarin saya tidak melihat barda.." kilah niluh seroja
"barda, saya tugaskan bersiaga diperbatasan kampung nisanak niluh.."
"kyai, semoga ini cuma firasat saya yg tak benar, apa kyai tidak memperhatikan gelagat aneh pada diri barda.."
"barda itu memang orangnya brangasan, kasar, tdk sabaran namun sebenarnya hatinya mudah tersentuh, apa nisanak niluh mencurigainya.."
"mudah2an ini cuma perasaan saya saja kyai.."
tak lama satu sosok tegap dg cambang bawuk masuk kedalam pendopo.
"barda, bagaimana perkembangan dibatas desa.."
lelaki yg baru datang ini sesaat lirik dara berbaju kuning niluh seroja.
"masih belum ada gerakan dari gerombolan warok brangas kyai, maap tadi saya lihat samba mengungsikan wanita dan anak2 kearah akar gantung.."
"benar barda, disisi jurang akar gantung ada celah dimana bisa dijadikan tempat mengungsi sementara.."
"baiklah kyai, saya pamit meneruskan penjagaan.."
barda bangkit dari duduknya dan berlalu tanpa menoleh pada niluh seroja.
"begitulah barda, harap dimaklumi nisanak niluh.."
dara ayu ini cuma tersenyum simpul.."
-¤-
Malam merambat dini hari, dari arah rumpun belukar sekelebatan bayangan dg kecepatan kilat tampak berdiri didepan pintu gerbang desa, dg sekali kelebatan lima orang penduduk desa yg sedang berjaga tampak terkapar tak sadarkan diri, begitu sosok ini membuka gerbang puluhan penunggang kuda melaju masuk menyerbu desa, tapi alangkah terkejutnya orang2 ini mendapati suasana desa seakan lengang dan sepi..
"berhenti..!!"
"ada apa warok brangas.."
pentolan garong ini sapu sekeliling desa, lalu hirup dalam2 dinginnya udara subuh.
"terlalu hening.. Mana barda.."
"dia langsung menuju ke akar gantung setelah tadi membuka gerbang ."
"strategi istana kosong.."
"maksud warok.."
"kita dibiarkan masuk dg mudah tanpa perlawanan, tapi begitu kita lengah mereka akan menyerang serentak.."
"lalu apa tindakan kita warok.."
"bakar desa ini.."
puluhan panah berapi siap dilepas, mendadak diudara bertebaran cairan2 kental dan lenket menerpa grombolan ini berbarengan dg melesatnya panah berapi.
"BLLLAAAAMM..!!"
dentuman keras menggelegar cairan lengket yg ternyata minyak jarak dan bubuk mesiu melabrak grombolan ini tanpa ampun.
"kita dijebak..!!"
suasana desa yg hening berubah kacau, jerit kesakitan terdengar dimana2, begitu gerombolan ini cerai berai dari delapan arah menyerbu orang2 desa dipimpin niluh seroja.
"kau lawanku cah ayu.." sentak warok brangas yg langsung lentingkan badannya dari kuda menerjang gadis ini.
"craaak..!!"
tubuh warok brangas terkapar dg lembing menembus punggungnya..
Apa yg terjadi..pembaca...
Seorang dg cambang bawuk meranggas tampak dekati warok brangas..
"bar..barda..kau..kau "
"srigala musuh penduduk, sudah lumrah ditumpas.." gumam barda dan dg sekali gerakan lengan lembing itu semakin dalam menghujam dada warok brangas hingga tak bergerak lagi. Mengetahui pemimpinnya tewas grombolan yg lain langsung ambil langkah seribu.
"barda, maaf aku salah duga selama ini pada mu.." ujar niluh seroja pelan
"sudahlah nisanak niluh, aku sengaja menyamar, karena musuh yg sebenarnya adalah samba, tapi kini dia tlah membayar lunas perbuatannya dijurang akar gantung.."
"lalu kyai.sura dan para pengungsi.."
"mereka aman.."
mendadak udara terasa pengap, suasana mendadak redup dan diudara terdengar dentuman halilintar sebanyak enam kali berturut-turut disusul munculnya satu sosok pemuda tegap dg ikat kepala kain merah melilit dikeningnya.
"kau...!" niluh seroja tampak tersentak
"hahahaha..dunia memang sempit..kau merindukanku..niluh seroja.."
"menjangan wulung..pembunuh.."
"ingat niluh..bopomu warok wuluh balang juga punya andil atas tewasnya resi maruta mandra, kakek gurumu.."
"katakan dimana wuluh balang.."
"oh..dendam membutakan mata hati..hingga tanpa sungkan kau sebut nama langsung nama ayahmu.."
"aku disini nduk.."
satu sosok berjubah wulung tampak berdiri disamping menjangan wulung..
"bopo.kenapa tega membunuh kakek guru yg juga gurumu sendiri!!"
orang berjubah ini cuma diam.
"mengharukan..mengharukan.. Tapi ingat wuluh balang kau warok..dan tunduk padaku, junjunganmu.. Sekarang habisi niluh seroja.." sentak menjangan wulung hingga lelaki berjubah wulung ini terperanjat ditempatnya.
"ingin sempurna, maka lakukan sendiri..niluh seroja terima ajalmu.." sentak menjangan wulung dan langsung melesat kearah gadis ini dimana masih tertegun menatap ayahnya wuluh balang yg nampak kebingungan..
"blaaaaar...!"
tubuh wuluh balang ambruk ketanah, ajian gelap ngampar telak mengenainya..
"bopo.." niluh seroja menubruk tubuh ayahnya yg terkapar ditanah..
"niluh maapkan bo..bopo.." terbata wuluh balang tak lama kepalanya terkulai kebelakang.
"warok bodoh.." ujar menjangan wulung..
"kau yg bodoh..aku mengadu jiwa dg mu.." teriak niluh seroja yg langsung lancarkan serangan, gadis ini tak memperdulikan walau pemuda ganas di hadapannya bukan tandingannya..
"gadis malang..susullah bopomu..kealam baka.." ujar menjangan wulung dan langsung kebut lengannya aji gelap ngampar siap menghujam niluh seroja..
"blaaaar..!"
diudara bergema suara seruling yg menyayat hati disusul dentuman keras menutup pemandangan menjangan wulung..
"dia lagi.." gumam pemuda ini dlm hati, begitu kabut sirna, niluh seroja dan mayat wuluh balang ikut raib, namun gema seruling masih terdengar dekat berputar di sekeliling menjangan wulung.
o0o
Angin utara semilir menyibak rambut niluh seroja yg terpekur didepan gundukan tanah merah makam ayahnya, sementara tiga langkah dibelakang seorang dara ayu baju biru sambil bersila masih tampak asik meniup seruling perak, hebatnya meski bibirnya kelihatan bergerak tapi tak ada suara seruling yg keluar ditempat itu, namun gema serulingnya malah terdengar jauh ribuan mil kelereng2 lembah menyibak dedaunan dibawahnya.
"nisanak terimakasih atas pertolongannya.." ujar niluh seroja lirih, sudut matanya masih tampak jelas sisa air mata, dara ayu peniup seruling hentikan tiupannya sejenak.
"aku kidang selasih, sudah sewajarnya sesama kawan persilatan saling membantu, saudari ada urusan apa dg pemuda bernama menjangan wulung itu.." tukas kidang selasih sambil selipkan seruling perak di balik bajunya.
"ceritanya panjang dan rumit..nisanak selasih.."
"kehidupan memang rumit dan penuh misteri saudari niluh, kadang kita cuma bisa mengeluh dan menghujat tanpa makna yg hanya akan memperkeruh suasana jiwa.."
"menjangan wulung telah membunuh kakek guruku, ironisnya ayahku sendiri ikut andil.."
kidang selasih tampak tercenung, sudah begitu menyimpangkah menjangan wulung, seperti diketahui antara menjangan wulung dan kidang selasih sebenarnya saudara kembar. (baca: eps. Amukti sang senopati, pen)
"saudari niluh, sekarang apa rencanamu.."
"aku tidak tahu, nisanak selasih mungkin aku kembali saja kepadepokan bukit cadas gempal, memperdalam kanuragan dan jika telah tiba waktunya akan kucari menjangan wulung.."
gumam niluh seroja sambil kepalkan tinjunya.
"dendam kesumat yg luar biasa.." membatin kidang selasih.
-¤-
Tak terasa perjalanan kedua gadis yg baru kenal ini, kini memasuki perbatasan sebuah pecantilan yg kelihatannya tengah ada acara, dimana sebuah panggung besar berdiri ditengah balai dusun sedang ratusan orang tampak berjubel mengelilinginya, diatas arena tampak seorang gadis berpakaian ringkas menggenggam selendangnya, dan dihadapan gadis ini berdiri pemuda gagah berbaju hitam yg semula memapah seseorang kesudut arena.
"nimas.nurniyah..aku terima keris tanpa warangka itu.."
ujar sang pemuda yg tak lain dari rd.puronegoro dhuta kesultanan cerbon.
"aturannya sama, dlm tiga jurus harus bisa memegang selendang ini, ajian dan senjata apapun diperbolehkan yg dilarang adalah senjata rahasia dan senjata penyembur (mungkin yg dimaksud senjata penyembur oleh nimas.nurniah adalah senjata api atau bedil, pen)
suasana sontak hening, gemuruh penontok mendadak sirap, kedua muda-mudi ini tampak berdiri berhadapan seakan mengukur kekuatan lawan masing-masing, sementara itu diantara penonton yg berjubel sepasang mata bulat bening tampak berbinar, sepasang bola mata itu milik niluh seroja, hati gadis ini sesaat berbunga, hampir lima tahun setelah berpisah dg rd.puronegoro, perasaan kasih sayang pada pemuda ini semakin membuncah dan berkembang dan kini pemuda yg sekian lama dirindukannya berada dekat dihadapannya, tapi disamping itu semua niluh seroja merasa aneh sebenarnya apa yg terjadi, mengapa rd.puronegoro mau tanding jurit dg wanita yg sepertinya dari golongan pendekar.
"saudari kenal dg pemuda yg diatas arena itu.." sela kidang selasih mana kala dilihatnya sikap niluh seroja salah tingkah.
"dia..dia..ahh.."
niluh seroja tak mampu meneruskan ucapannya.
"agaknya antara niluh seroja dan pemuda itu ada hubungan khusus.." membatin kidang selasih demi dilihatnya niluh seroja wajahnya merona merah dan salah tingkah ditempatnya berdiri.
-¤-
pendopo kadipaten dharma ayu hening tersaput kabut senja hari, disalah satu ruang rahasia seorang pemuda gagah dg sarung tangan hitam ditangan kirinya duduk bersila dg khusuk, mendadak gumpalan kabut menyelimuti pemuda ini dan begitu kabut sirna tampaklah seorang dara berparas cantik jelita.
"bekel menak sanggarung, namamu skrg. Nini citpa rasa, kerjakan tugasmu..tapi ingat ilmu malih rupamu hanya bertahan tiga hari.."
"saya mengerti kyai tinggil.."
"ikut sertakan jagabaya lepen menyertaimu.."
nini cipta rasa cuma mengangguk pelan, dan tak menunggu lama sebuah rombongan tari tayub tampak bergerak meninggalkan gerbang kadipaten dharma Ayu.
o0o
Dengan sekali jejakan kaki, tubuh rd.puronegoro kini telah berada satu jengkal diatas kepala nyimas.nurniyah dan dg cepat julurkan tangan kanannya berusaha menggenggam ujung selendang cinde milik dara ayu ini.
"deess..!!"
pemuda ini tarik pulang tangan kanannya begitu merasakan sambaran angin teramat panas seperti mengiris kulitnya.
Jurus pertama berlalu sudah...
Memasuki jurus kedua, dhuta kesultanan ini rubah kuda2nya, sementara puluhan penton semakin ramai memadati arena tanding jurit.
Ditempat duduknya, kigedeng sumur gede terlihat menarik nafas panjang.
"kakang gedeng, ada apa.." ujar retno dumilah sang istri, begitu melihat paras suaminya berubah.
"nyai..aku merasa ada sesuatu yg tak lazim, tapi apa..aku sendiri tidak tahu.."
"bukankah kakang sendiri yg meminta, dhuta kesultanan itu ikut sayambara, dan memberitahu titik kelemahan dari nyimas. Nurniyah, jadi sudah dipastikan siapa calon suami dari anak kita.."
kigedeng. Sumur gede cuma manggut-manggut, namun entah kenapa bhatinnya semakin gelisah.
Sedangkan dibarisan para penonton, seraut wajah ayu tampak murung, niluh seroja yg semula hatinya berbunga, dapat bertemu rd.puronegoro lagi, tapi...
Begitu mengetahui tanding jurit itu dlm rangka sayambara penentuan jodoh, bhatin gadis ini seperti tersayat ribuan sembilu.
"saudari niluh, aku ikut prihatin..namun yakinlah, apa yg kita lihat belum tentu itu yg sebenarnya.." tukas kidang selasih sembari tepuk bahu niluh seroja, mencoba menentramkan gemuruh batin dari sahabat barunya ini, niluh seroja hanya bisa gigit sudut bibir bawahnya, ditahannya sekuat tenaga agar air matanya tidak mengalir.
Walau sudah diberitahu kelemahan dari nyimas. Nurniyah, namun rd.puronegoro tdk mau ambil untung, jiwa kesatrianya lebih besar dari hasrat pribadinya, maka dijalaninya tanding jurit ini dg wajar.
-¤-
malam semakin kepuncak dinihari, tlatah suket baja meremang dlm kabut, disebuah bilik yg mewah satu sosok ramping tampak mengendap mendekati tubuh gempal yg sedang tidur dg nyenyaknya, begitu terpaut jarak tiga langkah dg cepat pukulkan tangan kirinya kearah orang yg sedang tidur tsb.
"breees..!!"
senjata berupa benang hitam tipis menancap dg telak ke tubuh orang ini, namun aneh tak ada teriakan atau jerit kesakitan, mendadak dari atas melesat satu bayangan yg langsung menyerang dg ganas.
"kau menginginkan nyawaku nini cipta rasa.." bentak orang ini yg ternyata saramadipati pemimpin tlatah suket baja.
"aku tau siapa kau, dan tujuanmu sebenarnya.."
perlahan sosok cantik nini cipta rasa berubah ke ujud semula yakni bekel menak sanggarung..
"tidak usah kaget, aji malih rupamu mentah..begitu masuk kawasan tlatah suket baja..sekarang terima ajalmu.."
bekel menak sanggarung lentingkan badannya keatap disusul sosok tinggi besar saramadipati, menjebol atap dan kini keduanya saling berhadapan dg senjata masing-masing..
o0o
Samaradipati pemimpin klompok nomaden tlatah suket baja tak menduga pemuda yg jadi lawannya begitu tangguh, sepuluh jurus tlah berlalu dilain kesempatan sebuah alur benang hitam tipis namun setajam sembilu meluncur dg telak kearah dada sebelah kirinya.
"blaaaarr..!!"
dentuman keras terdengar memekakan telinga, dilain kejap suasana berubah gelap pekat dan panas..
"astagfirulah..aji gelap ngampar.."
keluh menak sanggarung dlm hati, pemuda ini lantas kerahkan tenaga pelindung tapi dirasakan tenaganya seperti tersedot habis
"gusti Allah.." gumamnya tersendat
"DHUAAAARR..!!"
dentuman keras kembali menggelegar, menak sanggarung merasakan tubuhnya melayang diudara dan dilain kejap satu sosok bayangan memanggulnya melarikannya kearah tenggara.
"junjungan para warok, selamat datang.." ujar samaradipati manakala dilihatnya seorang pemuda tegap dg ikat kepala merah berdiri dihadapannya.
Pemuda yg baru datang ini tatap dingin samaradipati, perlahan telapak tangan kanannya dibuka..
"berikan benda mustika itu padaku." ujar sang pemuda.
Samaradipati keruk saku bajunya dilain kejap sebuah cincin besar diserahkannya pada sang pemuda
"mustika golek sarpa.." gumam sang pemuda.
"samaradipati pemilik mustika ini tadi yg menyelamatkan nyawa pemuda yg menyamar itu.."
"bagaimana jungjungan bisa tahu.."
"hawa aji lembu sekilan masih terasa ditempat ini..jadi, waspadalah orang2 kadipaten itu akan menyerang kemari.."
samaradipati cuma anggukan kepala, dilain kejap sosok pemuda tegap yg dipanggil junjungan para warok ini lentingkan badannya kearah selatan.
-¤-
arena tanding jurit pecantilan sumur gede
memasuki jurus ketiga, rd.puronegoro kembangkan telapak tangannya kedepan, dan inilah awal bencana itu..
Aji tapak cecak milik pemuda ini berhasil menyedot selendang cinde milik nyimas.nurniyah, tapi diluar dugaan begitu tersentuh bukan hanya selendang yg tertarik malah seluruh busana dari nyimas.nurniyah terbetot ketelapak tangan rd.puronegoro dan tentusaja suasana sontak gaduh, berbagai komentar meluncur dari mulut para penonton.
"nunuknya kelihatan..nunuknya kelihatan.." begitulah kira2 komentar yg terjadi pada masa itu.
Merasa dipermalukan nyimas.nurniyah lesatkan badannya kearah tenggara dimana satu sosok berjubah menghampirinya..
"guru..murid, dipermakukan oleh pemuda itu.."
orang ini lantas lepas jubah putihnya dan dg segera tutup aurat nyimas.nurniyah..berbarengan dg munculnya rd.puronegoro "kyai.sangkan..gumam pemuda ini sambil tundukan kepalanya ketanah..
"sudah suratan ilahi, kau tentu tahu konsekuwensinya raden.."
pada masa itu, hukum syariah islam benar2 dijunjung tinggi, membuat aib dg menyentuh langsung yg bukan muhrimnya sama saja dg berzina dan dirajam sampai mati adalah hukumannya.
"saya tahu, kyai.."
perlahan tubuh pemuda ini duduk bersila ditanah, mengheningkan cipta, rasa, dan karsanya pada sang pencipta, pasrah jiwa raga sebagai penebus dosa..ditutupnya semua amal hidup dg kalimah toyibah "lailahhaillalah.."
Akhir riwayat hidup rd.puronegoro berlangsung perlahan rohnya keluar dari jasadnya..dhuta kesul tanan ini tutup usia sebagai konsekuensi prastya seorang kesatria..
"inalilahi wa ina lilahi rojiun.." gumam niluh seroja, gadis ini lantas hampiri jasad orang yg dikasihinya ini, dibukanya ikatan kain pergelangan tangan sang pemuda, disana sebuah tusuk konde berkepala bunga seroja pemberiannya masih tersimpan dg rapih ditempatnya.
"kakang, aku tak menyangka..tapi mungkin ini sudah takdirmu.." gumam gadis ini, lalu tubuhnya limbung dan sebelum pingsan kidang selasih memapahnya ketempat yg tenang..
-¤-
tiga hari setelah tragedi itu..
Hujan mengguyur pecantilan sumur gede dg derasnya, tak ada yg mengira banjir merendam seluruh pecantilan dg cepat, ketika hujan reda beberapa orang menemukan satu sosok tubuh menambak dan menghalangi saluran air, dan begitu ditilik sosok itu adalah rd.puronegoro, yg mungkin kuburnya meledak hingga hanyut dan menambak sungai hingga menyebabkan banjir, dhuta kesultanan ini kemudian dikuburkan kembali, puluhan tahun kemudian pecantilan sumur gede berubah menjadi padukuhan nunuk, dan kuburan rd.puronegoro terkenal dg kibuyut tambak..
Selesai..
Salam bhumi deres mili
sumber: babad dermayu, pitutur para sepuh, dongeng sebelum tidur ayahanda tercinta, dari berbagai sumber..
Samai jumpa lagi di
Bhumi deres mili
dg kisah-kisah yg lain
wasalam
penulis
nb. Penulis mohon maaf dan terimakasih pada semua ahliwaris para tokoh yg telah mengizinkan penulis mengangkat kisah legenda ini.
"begitulah ceritanya raden.." ujar lelaki separuh baya ini sambil hisap rokok kawung yg hampir padam
"senopati andawiyah, semua itu keputusanmu..saya yakin gusti sinuhun bisa memakluminya.."
"mudah2an raden, dan maap panggil saya dg kigedeng sumur gede saja, jabatan itu telah aku tanggalkan.."
rd. Puronegoro dan adiknya rd.purwo cuma anggukkan kepalanya.
"maap raden berdua, ada sesuatu yg ingin aku sampaikan.."
"masalah apa senopati..eh, maap maksud saya kigedeng.."
kigedeng sumur gede sesaat arahkan pandangannya kearah arena tanding jurit dimana putrinya nyimas. Nurniyah tengah menghadapi lawan2nya.
"yg sedang bertanding diluar itu, nyimas nurniyah anakku, aku terpaksa mengadakan tanding jurit atas kemauannya, karena begitu banyak pelamar yg menginginkan dirinya, entah ini musibah atau anugrah.." kigedeng sumur gede hentikan ucapannya sesaat menunggu reaksi dari kedua dhuta kesultanan cerbon ini.
"lantas hubunganya dg kami.." ujar rd.puronegoro
"aku khawatir anak itu mendapat nasib buruk, jika yg mengalahkannya berwatak durjana..jadi aku mohon kesedian diantara raden berdua mengalahkan anak saya.."
kedua dhuta kesultanan ini saling pandang.
o0o
pendopo padukuhan dharma ayu meremang dlm kabut dinihari, padukuhan yg semula bernama lembah cimanuk tapi demi mengenang jasa seorang wanita yg ikut mengharumkan nama padukuhan tsb, maka atas kebijakan rd.wiralodra yg kini menjabat sbg adipati.
Dari arah selatan satu sosok bayangan hitam dg langkah ringan melompati benteng kadipaten dg cepat tanpa diketahui penjaga yg tampak terkantuk ditempatnya, beberapa kejap keheningan subuh dirobek oleh teriakan2 membahana dari arah gedong pajimatan dimana sentata2 mustika disimpan.
"durat mata..tangkap..!!" teriak beberapa prajurit disusul melesatnya satu sosok bayangan hitam yg dg sekali kelebatan telah sampai di luar tembok benteng kadipaten, tapi alangkah tercengangnya sosok ini didepan sana puluhan prajurit sudah mengurungnya dari berbagai penjuru..
Sepuluh orang prajurit kadipaten dg bersenjatakan tombak dan perisai merangsak maju menggempur orang bercadar hitam, tapi dengan hanya geser kuda2nya sedikit kesamping kesepuluh prajurit ini seperti terbetok kedepan oleh laju tenaganya sendiri dan dg gerakan kilat lancarkan sambaran jurus tendangan kaki melingkar yg membuat kesepuluh prajurit kadipaten tumbang bergedebukan.
"stap..stpa..stpa..stap."desingan puluhan anak panah melesat dg deras kearah cadar hitam.
"trak..! Trak..! Trak..!"
cadar hitam gunakan tripel stik berujung pengait untuk membendung derasnya hujaman anak panah yg dlm sekejap puluhan prajurit kadipaten dharma ayu rubuh bergelimpangan, dalam pada itu satu bayangan lain dg gerakan ringan tampak masuk medan pertempuran.
"prajurit gelar brikade cakra wyuha."
teriak orang yg baru datang ini.
"sendika bekel.."
dlm hitungan detik orang bercadar hitam tampak terkurung ditengah-tengah dan dlm satu komando menyerang bersamaan bak gelombang lautan yg menghempas terus menerus.
Setangguh apapun seseorang jika jumlah lawan tak seimbang tentu keteteran juga, begitupun dg cadar hitam, memasuki jurus berikutnya sebuah tombak menancap dipahanya namun dg semangat membara cadar hitam putar tripel stiknya dg cepat dan sempat melukai beberapa prajurit.
"craaas..!!"
raungan membahana terdengar dari mulut cadar hitam begitu entah senjata apa yg menyerangnya memutus pergelangan tangan kanan cadar hitam. Orang ini akhirnya ambruk ketanah dg senjata mental bersamaan dg putus pergelangan tangannya.
"geledah durat mata ini..apa yg telah dicurinya.."
"baik bekel menak sanggarung.." ujar prajurit yg langsung membalikan tubuh cadar hitam yg telah lemah, namun disaat seperti itu tangan kiri cadar hitam lemparkan beberapa bola hitam.
"blaaaamm..!!"
dlm sekejap gumpalan asap hitam menutupi pemandangan dan begitu asap lenyap orang bercadar pun ikut hilang.
"cukup tdk usah dikejar.." ujar bekel menak sanggarung.
"apa yg terjadi menang sanggarung.."
seorang tua berjubah putih tampak berdiri rangkapkan tangan didada.
"kyai tinggil..ruang pusaka disatroni durat mata kyai.."
"ada yg hilang.."
"maap kyai..mustika golek sarpa lenyap dari ruang pajimatan.." ujar menak sanggarung. Dilain kejap satu sosok pemuda gagah telah berdiri ditengah kalangan.
"adipati.." ujar kyai tinggil dan bekel menak sanggarung.
"mustika golek sarpa adalah lambang kewibawaan kadipaten, menak sanggarung aku tugaskan kamu untuk menemukannya kembali.."
"sendika adipati.."
pemuda tegap dg sarung tangan hitam ditangan kirinya ini mengangguk hormat dan dilain kejap sosoknya tampak berada lima tombok diluar gerbang kadipaten.
"kyai..apa punya dugaan, siapa durat mata itu.."
orang tua berjubah ini cuma elus jenggotnya beberapa kali sambil pejamkan matanya, begitu membuka mata kyai tinggil tarik nafasnya dalam2.
"hanya wilayah perbatasan selatan yg belum mengakui dharma ayu, sebagai kota kadipaten.." ujar kyai tinggil.
"tlatah suket baja..maksud kyai.."
"kita tunggu, laporan bekel menak sanggarung raden.."
"aku mengerti kyai.."
adipati.wiralodra lantas kembali kekediamannya.
-¤-
pecantilan sumur gede.
suasana tampak hening beberapa kejap, kedua dhuta kacerbonan cuma diam membisu.
"raden, aku akan memberi tahu kelemahan dari putri saya.." ujar kigedeng sumur gede memecah kesunyian.
Belum sempat kigedeng meneruskan ucapannya tak dinyana rd.purwo lesatkan tubuhnya kearena tanding jurit.
"trang..trang..trang.."
belasan senjata rahasia berbentuk jarum luruh ke bawah satu senti dari tubuh nyimas. Nurniyah.
"kisanak kau licik, melanggar aturan..tanding jurit.."
ujar nyimas nurniyah.
"heh..jika aku tdk mendapatkanmu..orang lainpun tidak.."
"buuukk..!!"
rd. Purwo tendang orang ini sampai mental keluar arena
"terimakasih kisanak menyelamatkan saya dari kelicikan orang itu." ujar nyimas. Nurniah dibalas senyum simpul rd.purwo yg rupanya tadi meluruhkan puluhan jarum yg akan membokong nyimas. Nurniyah.
"maap apakah kisanak salah satu peserta juga.." ujar dara ayu ini yg membuat rd. Purwo gelagapan beberapa saat.
"saya..saya sebenarnya.." ujar rd. Purwo terbata.
"baiklah kisanak silahkan..mulai"
pemuda ini tampak bingung.
Rd.purwo masih tertegun ditempatnya, pemuda gagah ini tdk menyangka nyimas.nurniyah menganggapnya sebagai salah satu peserta tanding jurit, padahal dirinya cuma menolong dara ayu ini dari salah satu peserta yg licik yg hendak membokongnya dg senjata rahasia.
"silahkan kisanak, tunggu apa lagi.." gema suara sang dara serasa menyentak kalbu pemuda ini, sesaat ditatapnya mata kigedeng sumur gede yg duduk diluar arena bersama kakaknya rd.purwonegoro, bekas senopati cerbon ini cuma tersenyum dan anggukan kepalanya.
"peraturannya sama, dlm tiga jurus kisanak harus dapat menyentuh selendang ini, senjata dan ajian apapun diperbolehkan yg dilarang adalah senjata rahasia dan senjata penyembur.."
(mgkin yg dimaksud dg senjata penyembur oleh nyimas. Nurniyah adalah senjata api atau bedil)
"saya paham nyimas..
Jaga serangan.."
rd.purwo lantas rentangkan kedua tangannya kesamping dan entah darimana datangnya sebilah keris eluk sembilan kini tergenggam ditangan kanannya, sedang nyimas nurniyah pegang ujung selendang cinde yg melilit pinggang ramping dara ayu ini.
Tak menunggu lama kedua muda-mudi ini terlihat saling menyerang, keris ditangan rd.purwo tampak berdesing mencipta pusaran angin yg meliuk diantara badan sang dara sedang nyimas n urniyah dg enteng lentingkan badannya keudara dan dg selendang yg seolah bernyawa dirasakan menyayat kulit oleh rd.purwo padahal baru sambaran anginnya saja, dua jurus tlah berlalu memasuki jurus ke tiga tak sengaja mata rd.purwo menangkap isarat tangan yg diberikan kigedeng sumur gede yg dilihatnya menepuk-nepukan tangan dibetisnya berulang kali. "inikah kelemahan gadis itu.."
membatin rd.purwo yg tanpa membuang waktu lesatkan jurus sapuan kearah betis nyimas nurniyah, pemuda gagah ini tdk memperhatikan dg jeli isyarat kigedeng sumur gede, yg menepuk2 betisnya dg jari telunjuk mengarah kebawah tepat di mata kaki sang dara. Dan begitu tubuh pemuda ini sejajar dg tanah nyimas nurniah angkat sedikit tumitnya dan dg telak menghujam bahu rd. Purwo disusul tendangan melingkar tak ayal tubuh pemuda ini terlempar keudara siap membentur ujung arena tanding jurit yg runcing, disaat seperti itu satu angin terasa lembut dirasakan berdesir dibelakangnya yg langsung menangkap tubuh dan menyelamatkan rd.purwo dari maut.
"adik purwo kau tidak apa-apa.."
"kakang puronegoro, aku gagal.."
"tenanglah adik purwo, atur jalan darahmu.."
dg segera pemuda ini papah adiknya turun dari arena.
"kisanak, andikapun punya kesempatan jika punya niat.."
ujar nyimas nurniyah ditujukan pada rd. Puronegoro.
"kakang..ingat yg dikatakan raja naga bermahkota.."sela rd.purwo
"aku ingat adik, tapi niat dan tugas kita dri sinuhun telah kita selesaikan tdk ada salahnya aku menjajal kanuragan gadis ini.." ujar rd.puronegoro yg dg sekali jejakan kaki tubuhnya terpaut jarak tiga langkah dari sang dara.
"nyimas..aku trima keris tak berwarangka itu.."
"silahkan kisanak.."
rd.puronegoro lantas pasang kuda2nya dari tapak kakinya perlahan membias cahaya kuning gading yg lantas membungkus sekujur tubuhnya.
-¤-
Lamping bukit terjal itu begitu curam, desiran angin utara bergemerisik diantara daun2 waringin yg berjajar sampai didasar lembah, diatas sebuah batu yg menjorok kejurang satu sosok dara ramping berbaju kuning dg rambut berkibar tampak menatap jauh kearah lembah nan subur dibawahnya.
"kemana lagi aku mencari menjangan wulung dan romo wuluh balang, apa aku langsung ke hutan sinang alas loyang markas mereka.." membatin sang dara yg tak lain dari niluh seroja yg tengah melacak pembunuh dari eyang gurunya resi maruta mandra (yg dlm eps: titik balik angkara) dibunuh oleh rd.menjangan wulung dg ajian gelap ngampar tingkat enam bersama ayahnya sendiri, wuluh balang. Pen)
setelah berpisah dg rd.puronegoro dan adiknya rd.purwo gadis ini seakan pergi tanpa tujuan yg jelas.
Mendadak sang dara tersentak dari lamunannya dibawah sana dilihatnya kepulan asap menghitam diudara.
"sebuah kampung terbakar.." gumam gadis ini yg dg sigap lesatkan badannya kearah asal asap.
"traaaakk.."
tak dinyana sebuah benturan dirasakan menggebuk punggungnya, dara ini langsung ambruk ketanah dan diantara sadar dan tidak tubuhnya dirasakan ada yg menyeret dan puluhan langkah didengarnya mengikuti dari belakang berlalu meninggalkan lamping bukit terjal tersebut.
oo0oo
Gemuruh hujan yg menerpa genteng menyadarkan niluh seroja dari pingsannya, tapi alangkah terkejutnya gadis ini menyadari kedua tangan dan kakinya terikat dg tali yg kuat, sedang disekelilingnya puluhan pandangan mata menatapnya dg tajam.
"aku ada dimana, dan siapa kalian ini.." ujar dara ini bergetar
"kau jangan berlagak pilon, katakan kapan kelompokmu menyerang kampung kami.." ujar laki2 tegap bertelanjang dada dg golok terhunus.
"aku tidak mengerti maksud kisanak.."
"kau pasti mata2 yg dikirim warok brangas.."
"kisanak kau salah orang, aku tdk mengenal nama itu.."
"masih mungkir.."
lelaki tegap ini lantas ayunkan tangannya bermaksud menampar sang dara, namun satu tangan lain menangkap tangan lelaki ini.
"sabar paman, mungkin yg dikatakannya benar.."
"samba, jangan karena dia cantik kau menaruh iba pada mata2 perampok ini.."
"maaf paman barda, kita perlu bukti kuat apakah benar nyisanak ini mata2 perampok yg dikirim warok brangas.."
"samba, kami menemukan dia sedang berada diwilayah pinggir kampung selang beberapa saat setelah grombolan warok brangas menjarah kampung sebelah.."
"setiap orang berhak berada dimana saja dibhumi gusti Allah ini..barda." satu sosok berjubah coklat hadir ditengah kerumunan.
"kyai. Sura.." sela barda dan samba berbarengan.
"nah nduk, agar jelas ceritakanlah pada kami siapa kamu ini.." ujar kyai sura, dg singkat niluh seroja menerangkan bahwa dirinya tengah melacak rd.menjangan wulung pembunuh kakek gurunya resi.maruta mandra, tapi tdk menyinggung warok wuluh balang ayahnya, takut kalau antara warok brangas ada kaitan dg laskar kesangyangan dimana ayahnya adalah seorang warok juga.
"nah semuanya jelas, nisanak ini bukan mata2 perampok, maafkan kekeliruan ini nisanak niluh.."
"saya memakluminya kyai.." laki2 tua ini anggukkan kepalanya, selang beberapa saat dari arah ujung kampung terdengar kentongan dipukul berkali2
"grombolan warok brangas merampok dusun sebelah.." ujar seorang lelaki
"kyai, apa yg harus kita lakukan.." ujar samba.
"kampung kita miskin, apa yg musti kita khawatirkan.."
"maap kyai, sabar bukan berarti kita pasrah.." ujar niluh seroja
"maksud nisanak.."
"saya yakin, pemuda2 disini memilki sedikit olah kanuragan, atau minimal pernah belajar, kalau boleh izinkan saya membantu.."
beberapa orang lantas berdiri, menyatakan siap bertempur.
"baiklah saudara2, mari kita susun rencana.." ujar niluh seroja disambut kata siap para penduduk desa.
-¤-
Tlatah suket baja merupakan satu2nya kawasan diselatan perbatasan kadipaten dharma ayu yg tidak mengakui kedaulatan kadipaten yg didirikan rd.wiralodra sebagai adipatinya, tlatah suket baja merupakan himpunan para buruh tani yg tidak puas dan tidak percaya dg pemerintahan, kelompok ini beranggapan pemerintah hanya bisanya memeras rakyat, maka tersebutlah sarama dipati tampil sebagai pemersatu tlatah suket baja dan bermaksud makar dg pemerintahan.
Sore itu sarama dipati sedang duduk diberanda pondoknya, lelaki tinggi besar dg cambang bawuk meranggas ini dibuat terkejut dg kemunculan sosok hitam bercadar ambruk dihadapannya dg telapak tangan kanan buntung.
"simbar apa yg terjadi.."
lelaki bercadar hitam ini cuma mengerang, dari balik baju hitamnya sebuah benda diserahkan pada samara dipati
"mustika golek sarpa." gumam lelaki ini dg mata berbinar, tapi begitu berpaling kearah lelaki bercadar hitam, lelehan darah merembes dari dadanya kemudian ambruk tak bergerak lagi.
"simbar..pengorbananmu tdk sia2..sebentar lagi kita kuasai kadipaten dharma ayu.." ujar sarama dipati lantang, lelaki tinggi besar ini tidak menyadari kehadiran sosok lain diatas cabang pohon, seorang pemuda gagah dg sarung tangan hitam di tangan kirinya tampak anggukan kepala, dan dg sekali jejakan kaki sosoknya melesat kearah tenggara dimana kadipaten dharma ayu berada.
o0o
Adipati dharma ayu, rd.wiralodra tampak tercenung, begitu bekel menak sanggarung selesai melaporkan tentang penyelidikannya atas raibnya pusaka kadipaten mustika golek sarpa.
"kyai. Tinggil, apa sudah saatnya tlatah suket baja kita tundukan.." ujar pemuda gagah sambil kepalkan telapak tangannya.
"maap adipati, tidak selamanya besi dibalas dg besi pula, siapa yg menyangka pantai yg terjal dlm sekejap landai terkikis air laut.."
"maksud kyai.."
"strategi apus karma..raden.."
"hah..sebenarnya, aku kurang berkenan dg strategi ini, kyai..tapi seperti ujar2 para sesepuh siapa mencari lantai terjungkat bersiaplah untuk menyangganya, lalu siapa yg akan melaksanakannya.."
kyai tinggil tampak tercenung sejenak, tapi kemudian matanya mengarah pada pemuda gagah bekel menak sanggarung yg terpekur ditempat duduknya.
-¤-
hari masih terang2 tanah ketika dari lamping bukit terjal puluhan penunggang kuda tampak memandang dg dingin perkampungan dibawahnya.
"barda, kau yakin penduduk kampung itu tengah merencanakan sesuatu.."
"aku tidak mungkin salah dengar warok brangas, dan gadis yg bernama niluh seroja itu yg menggerakan para penduduk.."
"tapi mengapa jungjungan para warok belum juga muncul.." gumam lelaki tinggi besar ini sambil cengkram pedang yg terselip dipinggangnya.
"barda, kau kembalilah kekampung itu cari tahu apa yg mereka rencanakan.."
"siap menjalankan tugas warok, tapi.."
"jangan khawatir barda, jabatan kepala dusun akan kau dapatkan.."
dg sekali jejakan kaki ditanah, tubuh lelaki ini terlihat memuruni bukit menuju perkampungan dimana niluh seroja dan beberapa penduduk sedang mempersiapkan sesuatu, mereka tdk tahu diantara penduduk yg tampak lugu itu seekor srigala tengah menunggu mangsanya.
-¤-
pasar caplek, merupakan sebuah pasar yg cukup ramai kala itu, disamping tempatnya strategis berdekatan dg pusat pemerintahan kadipaten dharma ayu, pasar ini juga terkenal sejak adanya tontonan tayuban dg para penari yg berlenggak-lenggok sambil menjajakan dagangan rokok putih, tersebutlah nini cipta rasa, primadona para penari tayub yg sudah terkenal kecantikan dan keelokan parasnya hingga membuat siapapun yg memandangnya ketika dia menjajakan rokok putih akan mabuk kepayang dibuatnya, hingga tak jarang para pengunjung tayuban ini saling adu jotos hanya karena ingin berjoget dg nini cipta rasa, seperti yg terjadi sore itu seorang tua bangkotan tersungkur jontor karena memaksa masuk ketenda dimana nini ciptarasa menjajakan rokoknya dg menghisap rokok putih dibalik layar yg hanya bayangan dari perempuan ini saja yg tampak.
"ada apa lepen ribut2 diluar.." sebuah suara sangat merdu menyeruak dari balik tenda.
"biasa nini..orang kurang ajar..nini tenang2 saja didalam.."
"lepen, apa jaringnya sudah ada ikannya.."
"belum nini.."
"baik kita tunggu sehari lagi dipasar ini.."
hari semakin malam, pasar caplek tambah ramai, mendadak dari arah utara beberapa orang berserabutan lari.
"ada raksaksa..ada raksaksa..lari.."
dan memang benar dari arah yg ditunjuk satu sosok tinggi besar dhanawa tampak berjalan menghampiri orang2 yg ada dipasar caplek.
"kalian salah sangka, aku kiageng tepak dari palimanan hanya numpang tanya apa ada yg melihat anaku roro kinasih.." ujar sosok dhanawa ini, namun beberapa orang malah ada yg melempari dan mengusirnya hingga membuat kiageng tepak marah..dan keluarkah kutuk serapahnya
"hai orang2dermayu, pasar caplek akan ramai tapi penduduk pada mati.."
dan konon kutukan itu terbukti makanya sampai sekarang pasar caplek daerah dermayu tdk pernah maju..
Allahu Allam bhisshowab..
o0o
Dalam tempo singkat promosi menjajakan rokok putih dg alat tayub nini cipta rasa langsung terkenal bukan saja di kadipaten dharma ayu malah menyebar luas sampai ploksok diluar kadipaten, dan kabar itupun tak luput dari perhatian Sarama dipati pemimpin kelompok nomaden tlatah suket baja yg juga penggandrung seni tayub, maka pada hari yg telah ditentukan dipanggilah rombongan nini cipta rasa untuk pentas ditlatah suket baja.
Malam merambat dg pelan, puluhan pasang mata tampak tak berkedip sekejapun begitu nini cipta rasa beraksi diatas panggung, samara dipati yg duduk didepan memberi isyarat pada orang kepercayaannya.
"atur dg baik.." bisik samara dipati, orang ini cuma anggugkan kepalanya kemudian berlalu kebalik belakang panggung dan malampun terus merambat kedini hari tapi hingar bingar gending tayub semakin menghentak menghayutkan setiap insan ditlatah suket baja.
-¤-
kesibukan tampak memenuhi pendopo kampung dimana niluh seroja dan beberapa penduduk sedang mempersiapkan perlawanan terhadap grombolan perampok ganas warok brangas yg sangat meresahkan.
"kyai. Sura, kita tidak tahu kapan grombolan itu sampai dikampung ini, tapi kewaspadaan harus ditingkatkan.."
"benar nisanak niluh, saya telah mempercayakan samba dan beberapa pemuda lain untuk segera mengungsikan wanita dan anak2 ketempat aman.." ujar kyai. Sura sambil hembuskan asap roko kawung keudara.
"maap kyai, dari kemarin saya tidak melihat barda.." kilah niluh seroja
"barda, saya tugaskan bersiaga diperbatasan kampung nisanak niluh.."
"kyai, semoga ini cuma firasat saya yg tak benar, apa kyai tidak memperhatikan gelagat aneh pada diri barda.."
"barda itu memang orangnya brangasan, kasar, tdk sabaran namun sebenarnya hatinya mudah tersentuh, apa nisanak niluh mencurigainya.."
"mudah2an ini cuma perasaan saya saja kyai.."
tak lama satu sosok tegap dg cambang bawuk masuk kedalam pendopo.
"barda, bagaimana perkembangan dibatas desa.."
lelaki yg baru datang ini sesaat lirik dara berbaju kuning niluh seroja.
"masih belum ada gerakan dari gerombolan warok brangas kyai, maap tadi saya lihat samba mengungsikan wanita dan anak2 kearah akar gantung.."
"benar barda, disisi jurang akar gantung ada celah dimana bisa dijadikan tempat mengungsi sementara.."
"baiklah kyai, saya pamit meneruskan penjagaan.."
barda bangkit dari duduknya dan berlalu tanpa menoleh pada niluh seroja.
"begitulah barda, harap dimaklumi nisanak niluh.."
dara ayu ini cuma tersenyum simpul.."
-¤-
Malam merambat dini hari, dari arah rumpun belukar sekelebatan bayangan dg kecepatan kilat tampak berdiri didepan pintu gerbang desa, dg sekali kelebatan lima orang penduduk desa yg sedang berjaga tampak terkapar tak sadarkan diri, begitu sosok ini membuka gerbang puluhan penunggang kuda melaju masuk menyerbu desa, tapi alangkah terkejutnya orang2 ini mendapati suasana desa seakan lengang dan sepi..
"berhenti..!!"
"ada apa warok brangas.."
pentolan garong ini sapu sekeliling desa, lalu hirup dalam2 dinginnya udara subuh.
"terlalu hening.. Mana barda.."
"dia langsung menuju ke akar gantung setelah tadi membuka gerbang ."
"strategi istana kosong.."
"maksud warok.."
"kita dibiarkan masuk dg mudah tanpa perlawanan, tapi begitu kita lengah mereka akan menyerang serentak.."
"lalu apa tindakan kita warok.."
"bakar desa ini.."
puluhan panah berapi siap dilepas, mendadak diudara bertebaran cairan2 kental dan lenket menerpa grombolan ini berbarengan dg melesatnya panah berapi.
"BLLLAAAAMM..!!"
dentuman keras menggelegar cairan lengket yg ternyata minyak jarak dan bubuk mesiu melabrak grombolan ini tanpa ampun.
"kita dijebak..!!"
suasana desa yg hening berubah kacau, jerit kesakitan terdengar dimana2, begitu gerombolan ini cerai berai dari delapan arah menyerbu orang2 desa dipimpin niluh seroja.
"kau lawanku cah ayu.." sentak warok brangas yg langsung lentingkan badannya dari kuda menerjang gadis ini.
"craaak..!!"
tubuh warok brangas terkapar dg lembing menembus punggungnya..
Apa yg terjadi..pembaca...
Seorang dg cambang bawuk meranggas tampak dekati warok brangas..
"bar..barda..kau..kau "
"srigala musuh penduduk, sudah lumrah ditumpas.." gumam barda dan dg sekali gerakan lengan lembing itu semakin dalam menghujam dada warok brangas hingga tak bergerak lagi. Mengetahui pemimpinnya tewas grombolan yg lain langsung ambil langkah seribu.
"barda, maaf aku salah duga selama ini pada mu.." ujar niluh seroja pelan
"sudahlah nisanak niluh, aku sengaja menyamar, karena musuh yg sebenarnya adalah samba, tapi kini dia tlah membayar lunas perbuatannya dijurang akar gantung.."
"lalu kyai.sura dan para pengungsi.."
"mereka aman.."
mendadak udara terasa pengap, suasana mendadak redup dan diudara terdengar dentuman halilintar sebanyak enam kali berturut-turut disusul munculnya satu sosok pemuda tegap dg ikat kepala kain merah melilit dikeningnya.
"kau...!" niluh seroja tampak tersentak
"hahahaha..dunia memang sempit..kau merindukanku..niluh seroja.."
"menjangan wulung..pembunuh.."
"ingat niluh..bopomu warok wuluh balang juga punya andil atas tewasnya resi maruta mandra, kakek gurumu.."
"katakan dimana wuluh balang.."
"oh..dendam membutakan mata hati..hingga tanpa sungkan kau sebut nama langsung nama ayahmu.."
"aku disini nduk.."
satu sosok berjubah wulung tampak berdiri disamping menjangan wulung..
"bopo.kenapa tega membunuh kakek guru yg juga gurumu sendiri!!"
orang berjubah ini cuma diam.
"mengharukan..mengharukan.. Tapi ingat wuluh balang kau warok..dan tunduk padaku, junjunganmu.. Sekarang habisi niluh seroja.." sentak menjangan wulung hingga lelaki berjubah wulung ini terperanjat ditempatnya.
"ingin sempurna, maka lakukan sendiri..niluh seroja terima ajalmu.." sentak menjangan wulung dan langsung melesat kearah gadis ini dimana masih tertegun menatap ayahnya wuluh balang yg nampak kebingungan..
"blaaaaar...!"
tubuh wuluh balang ambruk ketanah, ajian gelap ngampar telak mengenainya..
"bopo.." niluh seroja menubruk tubuh ayahnya yg terkapar ditanah..
"niluh maapkan bo..bopo.." terbata wuluh balang tak lama kepalanya terkulai kebelakang.
"warok bodoh.." ujar menjangan wulung..
"kau yg bodoh..aku mengadu jiwa dg mu.." teriak niluh seroja yg langsung lancarkan serangan, gadis ini tak memperdulikan walau pemuda ganas di hadapannya bukan tandingannya..
"gadis malang..susullah bopomu..kealam baka.." ujar menjangan wulung dan langsung kebut lengannya aji gelap ngampar siap menghujam niluh seroja..
"blaaaar..!"
diudara bergema suara seruling yg menyayat hati disusul dentuman keras menutup pemandangan menjangan wulung..
"dia lagi.." gumam pemuda ini dlm hati, begitu kabut sirna, niluh seroja dan mayat wuluh balang ikut raib, namun gema seruling masih terdengar dekat berputar di sekeliling menjangan wulung.
o0o
Angin utara semilir menyibak rambut niluh seroja yg terpekur didepan gundukan tanah merah makam ayahnya, sementara tiga langkah dibelakang seorang dara ayu baju biru sambil bersila masih tampak asik meniup seruling perak, hebatnya meski bibirnya kelihatan bergerak tapi tak ada suara seruling yg keluar ditempat itu, namun gema serulingnya malah terdengar jauh ribuan mil kelereng2 lembah menyibak dedaunan dibawahnya.
"nisanak terimakasih atas pertolongannya.." ujar niluh seroja lirih, sudut matanya masih tampak jelas sisa air mata, dara ayu peniup seruling hentikan tiupannya sejenak.
"aku kidang selasih, sudah sewajarnya sesama kawan persilatan saling membantu, saudari ada urusan apa dg pemuda bernama menjangan wulung itu.." tukas kidang selasih sambil selipkan seruling perak di balik bajunya.
"ceritanya panjang dan rumit..nisanak selasih.."
"kehidupan memang rumit dan penuh misteri saudari niluh, kadang kita cuma bisa mengeluh dan menghujat tanpa makna yg hanya akan memperkeruh suasana jiwa.."
"menjangan wulung telah membunuh kakek guruku, ironisnya ayahku sendiri ikut andil.."
kidang selasih tampak tercenung, sudah begitu menyimpangkah menjangan wulung, seperti diketahui antara menjangan wulung dan kidang selasih sebenarnya saudara kembar. (baca: eps. Amukti sang senopati, pen)
"saudari niluh, sekarang apa rencanamu.."
"aku tidak tahu, nisanak selasih mungkin aku kembali saja kepadepokan bukit cadas gempal, memperdalam kanuragan dan jika telah tiba waktunya akan kucari menjangan wulung.."
gumam niluh seroja sambil kepalkan tinjunya.
"dendam kesumat yg luar biasa.." membatin kidang selasih.
-¤-
Tak terasa perjalanan kedua gadis yg baru kenal ini, kini memasuki perbatasan sebuah pecantilan yg kelihatannya tengah ada acara, dimana sebuah panggung besar berdiri ditengah balai dusun sedang ratusan orang tampak berjubel mengelilinginya, diatas arena tampak seorang gadis berpakaian ringkas menggenggam selendangnya, dan dihadapan gadis ini berdiri pemuda gagah berbaju hitam yg semula memapah seseorang kesudut arena.
"nimas.nurniyah..aku terima keris tanpa warangka itu.."
ujar sang pemuda yg tak lain dari rd.puronegoro dhuta kesultanan cerbon.
"aturannya sama, dlm tiga jurus harus bisa memegang selendang ini, ajian dan senjata apapun diperbolehkan yg dilarang adalah senjata rahasia dan senjata penyembur (mungkin yg dimaksud senjata penyembur oleh nimas.nurniah adalah senjata api atau bedil, pen)
suasana sontak hening, gemuruh penontok mendadak sirap, kedua muda-mudi ini tampak berdiri berhadapan seakan mengukur kekuatan lawan masing-masing, sementara itu diantara penonton yg berjubel sepasang mata bulat bening tampak berbinar, sepasang bola mata itu milik niluh seroja, hati gadis ini sesaat berbunga, hampir lima tahun setelah berpisah dg rd.puronegoro, perasaan kasih sayang pada pemuda ini semakin membuncah dan berkembang dan kini pemuda yg sekian lama dirindukannya berada dekat dihadapannya, tapi disamping itu semua niluh seroja merasa aneh sebenarnya apa yg terjadi, mengapa rd.puronegoro mau tanding jurit dg wanita yg sepertinya dari golongan pendekar.
"saudari kenal dg pemuda yg diatas arena itu.." sela kidang selasih mana kala dilihatnya sikap niluh seroja salah tingkah.
"dia..dia..ahh.."
niluh seroja tak mampu meneruskan ucapannya.
"agaknya antara niluh seroja dan pemuda itu ada hubungan khusus.." membatin kidang selasih demi dilihatnya niluh seroja wajahnya merona merah dan salah tingkah ditempatnya berdiri.
-¤-
pendopo kadipaten dharma ayu hening tersaput kabut senja hari, disalah satu ruang rahasia seorang pemuda gagah dg sarung tangan hitam ditangan kirinya duduk bersila dg khusuk, mendadak gumpalan kabut menyelimuti pemuda ini dan begitu kabut sirna tampaklah seorang dara berparas cantik jelita.
"bekel menak sanggarung, namamu skrg. Nini citpa rasa, kerjakan tugasmu..tapi ingat ilmu malih rupamu hanya bertahan tiga hari.."
"saya mengerti kyai tinggil.."
"ikut sertakan jagabaya lepen menyertaimu.."
nini cipta rasa cuma mengangguk pelan, dan tak menunggu lama sebuah rombongan tari tayub tampak bergerak meninggalkan gerbang kadipaten dharma Ayu.
o0o
Dengan sekali jejakan kaki, tubuh rd.puronegoro kini telah berada satu jengkal diatas kepala nyimas.nurniyah dan dg cepat julurkan tangan kanannya berusaha menggenggam ujung selendang cinde milik dara ayu ini.
"deess..!!"
pemuda ini tarik pulang tangan kanannya begitu merasakan sambaran angin teramat panas seperti mengiris kulitnya.
Jurus pertama berlalu sudah...
Memasuki jurus kedua, dhuta kesultanan ini rubah kuda2nya, sementara puluhan penton semakin ramai memadati arena tanding jurit.
Ditempat duduknya, kigedeng sumur gede terlihat menarik nafas panjang.
"kakang gedeng, ada apa.." ujar retno dumilah sang istri, begitu melihat paras suaminya berubah.
"nyai..aku merasa ada sesuatu yg tak lazim, tapi apa..aku sendiri tidak tahu.."
"bukankah kakang sendiri yg meminta, dhuta kesultanan itu ikut sayambara, dan memberitahu titik kelemahan dari nyimas. Nurniyah, jadi sudah dipastikan siapa calon suami dari anak kita.."
kigedeng. Sumur gede cuma manggut-manggut, namun entah kenapa bhatinnya semakin gelisah.
Sedangkan dibarisan para penonton, seraut wajah ayu tampak murung, niluh seroja yg semula hatinya berbunga, dapat bertemu rd.puronegoro lagi, tapi...
Begitu mengetahui tanding jurit itu dlm rangka sayambara penentuan jodoh, bhatin gadis ini seperti tersayat ribuan sembilu.
"saudari niluh, aku ikut prihatin..namun yakinlah, apa yg kita lihat belum tentu itu yg sebenarnya.." tukas kidang selasih sembari tepuk bahu niluh seroja, mencoba menentramkan gemuruh batin dari sahabat barunya ini, niluh seroja hanya bisa gigit sudut bibir bawahnya, ditahannya sekuat tenaga agar air matanya tidak mengalir.
Walau sudah diberitahu kelemahan dari nyimas. Nurniyah, namun rd.puronegoro tdk mau ambil untung, jiwa kesatrianya lebih besar dari hasrat pribadinya, maka dijalaninya tanding jurit ini dg wajar.
-¤-
malam semakin kepuncak dinihari, tlatah suket baja meremang dlm kabut, disebuah bilik yg mewah satu sosok ramping tampak mengendap mendekati tubuh gempal yg sedang tidur dg nyenyaknya, begitu terpaut jarak tiga langkah dg cepat pukulkan tangan kirinya kearah orang yg sedang tidur tsb.
"breees..!!"
senjata berupa benang hitam tipis menancap dg telak ke tubuh orang ini, namun aneh tak ada teriakan atau jerit kesakitan, mendadak dari atas melesat satu bayangan yg langsung menyerang dg ganas.
"kau menginginkan nyawaku nini cipta rasa.." bentak orang ini yg ternyata saramadipati pemimpin tlatah suket baja.
"aku tau siapa kau, dan tujuanmu sebenarnya.."
perlahan sosok cantik nini cipta rasa berubah ke ujud semula yakni bekel menak sanggarung..
"tidak usah kaget, aji malih rupamu mentah..begitu masuk kawasan tlatah suket baja..sekarang terima ajalmu.."
bekel menak sanggarung lentingkan badannya keatap disusul sosok tinggi besar saramadipati, menjebol atap dan kini keduanya saling berhadapan dg senjata masing-masing..
o0o
Samaradipati pemimpin klompok nomaden tlatah suket baja tak menduga pemuda yg jadi lawannya begitu tangguh, sepuluh jurus tlah berlalu dilain kesempatan sebuah alur benang hitam tipis namun setajam sembilu meluncur dg telak kearah dada sebelah kirinya.
"blaaaarr..!!"
dentuman keras terdengar memekakan telinga, dilain kejap suasana berubah gelap pekat dan panas..
"astagfirulah..aji gelap ngampar.."
keluh menak sanggarung dlm hati, pemuda ini lantas kerahkan tenaga pelindung tapi dirasakan tenaganya seperti tersedot habis
"gusti Allah.." gumamnya tersendat
"DHUAAAARR..!!"
dentuman keras kembali menggelegar, menak sanggarung merasakan tubuhnya melayang diudara dan dilain kejap satu sosok bayangan memanggulnya melarikannya kearah tenggara.
"junjungan para warok, selamat datang.." ujar samaradipati manakala dilihatnya seorang pemuda tegap dg ikat kepala merah berdiri dihadapannya.
Pemuda yg baru datang ini tatap dingin samaradipati, perlahan telapak tangan kanannya dibuka..
"berikan benda mustika itu padaku." ujar sang pemuda.
Samaradipati keruk saku bajunya dilain kejap sebuah cincin besar diserahkannya pada sang pemuda
"mustika golek sarpa.." gumam sang pemuda.
"samaradipati pemilik mustika ini tadi yg menyelamatkan nyawa pemuda yg menyamar itu.."
"bagaimana jungjungan bisa tahu.."
"hawa aji lembu sekilan masih terasa ditempat ini..jadi, waspadalah orang2 kadipaten itu akan menyerang kemari.."
samaradipati cuma anggukan kepala, dilain kejap sosok pemuda tegap yg dipanggil junjungan para warok ini lentingkan badannya kearah selatan.
-¤-
arena tanding jurit pecantilan sumur gede
memasuki jurus ketiga, rd.puronegoro kembangkan telapak tangannya kedepan, dan inilah awal bencana itu..
Aji tapak cecak milik pemuda ini berhasil menyedot selendang cinde milik nyimas.nurniyah, tapi diluar dugaan begitu tersentuh bukan hanya selendang yg tertarik malah seluruh busana dari nyimas.nurniyah terbetot ketelapak tangan rd.puronegoro dan tentusaja suasana sontak gaduh, berbagai komentar meluncur dari mulut para penonton.
"nunuknya kelihatan..nunuknya kelihatan.." begitulah kira2 komentar yg terjadi pada masa itu.
Merasa dipermalukan nyimas.nurniyah lesatkan badannya kearah tenggara dimana satu sosok berjubah menghampirinya..
"guru..murid, dipermakukan oleh pemuda itu.."
orang ini lantas lepas jubah putihnya dan dg segera tutup aurat nyimas.nurniyah..berbarengan dg munculnya rd.puronegoro "kyai.sangkan..gumam pemuda ini sambil tundukan kepalanya ketanah..
"sudah suratan ilahi, kau tentu tahu konsekuwensinya raden.."
pada masa itu, hukum syariah islam benar2 dijunjung tinggi, membuat aib dg menyentuh langsung yg bukan muhrimnya sama saja dg berzina dan dirajam sampai mati adalah hukumannya.
"saya tahu, kyai.."
perlahan tubuh pemuda ini duduk bersila ditanah, mengheningkan cipta, rasa, dan karsanya pada sang pencipta, pasrah jiwa raga sebagai penebus dosa..ditutupnya semua amal hidup dg kalimah toyibah "lailahhaillalah.."
Akhir riwayat hidup rd.puronegoro berlangsung perlahan rohnya keluar dari jasadnya..dhuta kesul tanan ini tutup usia sebagai konsekuensi prastya seorang kesatria..
"inalilahi wa ina lilahi rojiun.." gumam niluh seroja, gadis ini lantas hampiri jasad orang yg dikasihinya ini, dibukanya ikatan kain pergelangan tangan sang pemuda, disana sebuah tusuk konde berkepala bunga seroja pemberiannya masih tersimpan dg rapih ditempatnya.
"kakang, aku tak menyangka..tapi mungkin ini sudah takdirmu.." gumam gadis ini, lalu tubuhnya limbung dan sebelum pingsan kidang selasih memapahnya ketempat yg tenang..
-¤-
tiga hari setelah tragedi itu..
Hujan mengguyur pecantilan sumur gede dg derasnya, tak ada yg mengira banjir merendam seluruh pecantilan dg cepat, ketika hujan reda beberapa orang menemukan satu sosok tubuh menambak dan menghalangi saluran air, dan begitu ditilik sosok itu adalah rd.puronegoro, yg mungkin kuburnya meledak hingga hanyut dan menambak sungai hingga menyebabkan banjir, dhuta kesultanan ini kemudian dikuburkan kembali, puluhan tahun kemudian pecantilan sumur gede berubah menjadi padukuhan nunuk, dan kuburan rd.puronegoro terkenal dg kibuyut tambak..
Selesai..
Salam bhumi deres mili
sumber: babad dermayu, pitutur para sepuh, dongeng sebelum tidur ayahanda tercinta, dari berbagai sumber..
Samai jumpa lagi di
Bhumi deres mili
dg kisah-kisah yg lain
wasalam
penulis
nb. Penulis mohon maaf dan terimakasih pada semua ahliwaris para tokoh yg telah mengizinkan penulis mengangkat kisah legenda ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar