Setelah dhuta dari majapahit
yang menyerahkan surat permintaan maap atas tragedy bubat dan abu kremasi prabu
linggabuana serta putri dyah pitaloka berlalu dari balerung kraton padjajaran,
dari balik singgasana muncul satu sosok pemuda gagah dengan mahkota emas
bertengger dikepalanya, dialah niskala wastu kencana yang mempunyai nama kecil
rd. anggalarang yang telah ditabalkan sebagai putra mahkota yang kelak
menggantikan ayah handanya prabu linggabuana, menjadi prabu di kedaton padjajaran.
“angger anggalarang, paman mengerti akan keputusan mu untuk menantang
duel dengan mahapatih gadjah mada tidak bias ditawar lagi, namun seperti tradisi
yang telah turun-temurun sebelum memegang tampuk kekuasaan dipadjajaran, dirimu
harus melukukan lelaku pengembaraan selama satu tahun,tradisi inipun pernah
dilakukan oleh kakek buyut, eyang serta ramandamu dimasa mudanya..”
Anggalarang Cuma diam tepekur dihadapan pamannya, dirinya menyadari
betul akan tradisi yang telah berlaku dikerajaannya.